23. Pingsan

3 2 0
                                    

HALO GUYSS!

SENYUM DULU!

OKE! SILAHKAN BACA!
JANLUP VOTE DAN COMMENT ♡♡

****

"Di chat nih." Ucap Arka menunjukkan roomchatnya semalam. Seketika tubuh Fasha mematung.

"Bu-bukan aku kak yang kirim pesan itu, seriusan." Jelas Fasha gugup sambil mengacungkan jari telunjuk dan tengah membentuk huruf V. Bukan masalah takut sebenarnya, tapi lebih ke rasa malu.

"Terus?"

"Ya nggak tau, diponselku nggak ada pesan gitu."

"Ya mungkin lo hapus."

"Enggak, coba liat waktu pesannya kak?!"

"Pukul 17.15, udah hampir maghrib."

"Kemarin sore....pulang itu aku langsung mandi sholat, habis itu kedapur, makan dan buat susu, bahkan didapur sampai maghrib." Jelas Fasha.

"Ponsel lo?"

"Sebelum mandi, aku minta Ardel buat charger-in, dan aku baru buka ponsel waktu habis isya'."

"Beneran?"

"Iya, aku nggak kirim pesan itu." Jawab Fasha menunduk.

"Gue juga nggak marah sih, gausah nunduk gitu."

"Ya setidaknya gue tau aja, kalau tersangkanya itu Ardel." Lanjut Arka santai.

"Tapi gue kecewa sih kalau lo nggak rindu." Ucap Arka dengan nada dibuat sedih.

"Apaan sih." Jawab Fasha memalingkan wajahnya.

"Ngapain hadap samping, hadap depan dong, ntar ga liat jalan kalau hadap samping."

"Nggak."

"Lah kok judes."

Bukan judes, tapi nenangin jantung, batin Fasha.

"Lo tunggu sini bentar, nggak usah kemana-mana." Ucap Arka saat mereka tiba dibangku kosong. Fasha menurut dan mengeluarkan ponselnya. Beberapa menit menunggu, Arka tak kunjung kembali. Tapi malah datang 3 preman yang hendak menjambret tas Fasha. Dengan sekuat tenaga Fasha menahan tas itu agar tidak lolos dibawa.

"To-rmrrprprmph." Teriak Fasha yang kemudian dibekap oleh salah satu dari mereka. Tarik menarik masih terjadi, namun tenaga Fasha tak sekuat mereka, hingga tas itu pun lolos dari tarikan Fasha. Preman yang membekap mulut Fasha tadi mendorong Fasha hingga akan jatuh tersungkur. Tubuhnya tak jatuh ke tanah, melainkan ditangkap seseorang dari belakang.

"Duduk ke bangku." Pinta orang itu dengan dingin. Fasha hanya menurut ketakutan.

Orang itu menarik paksa tas Fasha dan menghajar preman itu satu persatu.
Bugh.
Bugh.
Bugh.

"Jadi preman jangan banci, berani kok sama cewek." Makinya tanpa berhenti menghajar.

"Pergi sebelum kalian jadi mayat disini." Lirihnya dingin sambil memelintir tangan kanan 2 orang preman sedangkan yang satunya sudah lari menjauh.

"Pergi!!" Sentaknya tanpa suara yang keras, namun menegaskan. Orang itu pun menghampiri dan mengembalikan tas Fasha.

"Ma-makasih." Ucap Fasha takut.

"Hmm."

"Ka-kak Arka gapapa?" Tanya Fasha mulai berani menengok. Ya orang itu adalah Arka. Sebenarnya ia tadi membeli es krim coklat, tapi sekembalinya ia ketempat Fasha, ternyata cewek itu sedang berhadapan dengan preman.

"Gue gapapa." Jawab Arka tanpa menoleh.

"Nih, eskrim coklat buat lo." Lanjutnya menyerahkan satu cup es krim, masih tanpa menoleh sedikit pun. Fasha menerimanya kemudian diam, tak berani berbuat apapun lagi. Karena melihat dingin dan datarnya Arka untuk pertama kali, membuat ia merasa tak nyaman.

"Ayo kak, antar Fasha pulang." Pinta Fasha hati-hati.

"Nggak mau makan dulu?" Tanya Arka berusaha mengatur nadanya menjadi lebih hangat.

"Nggak, kalau Minggu, mama pulang cepet, jadi nanti makan bareng keluarga." Tolak Fasha halus.

"Yaudah, ayo!" Putus Arka. Mereka pun kembali keparkiran dan memulai perjalanan untuk pulang.


****


Sebuah motor berhenti dihalaman rumah Fasha. Ardel yang sedang menyirami tanaman menjadi beralih menatap dua orang berbeda gender sedang melepas helm. Tiba-tiba saja, tubuh kembarannya melemas dan pingsan yang kemudian ditopang oleh Arka.

"Sha! Sha!! Lo kenapa?" Panik Ardel langsung mematikan keran dan menghampiri Fasha.

"Taksi, cepet cari taksi, bawa ke rumah sakit." Pinta Arka. Ardel langsung mengangguk panik kemudian menghadang taksi di depan rumahnya.

"Sha! Lo lemes gini kok nggak bilang gue??" Lirih Arka. Kemudian Arka pun membopong Fasha masuk taksi. Beruntung, hari menjelang gelap masih ada taksi yang lewat.

Arka dan Ardel menunggu diluar ruang IGD dalam diam dengan pikiran masing-masing. Fasha baru saja ditangani oleh dokter untuk diperiksa. Mimik khawatir terlukis di wajah mereka, bahkan rasa khawatir Arka semakin meningkat teringat kejadian beberapa waktu lalu di pasar malam.

Ceklek.

"Keluarganya Ardelia Nafasha?" Tanya dokter Ani mengarah pada Arka dan Ardel.

"Iya, kami dok." Jawab Arka dan Ardel bersamaan.

"Ananda Ardelia tidak sakit terlalu parah." Ucap dokter Ani tersenyum yang kemudian hembusan nafas lega terdengar.

"Hanya saja, batin dan ingatan ananda seperti tertekan, lama-lama tak mampu menahan tekanan itu, akhirnya kepala ananda memberat dan berakhir pingsan." Jelas dokter Ani.

"Te-tekanan apa dok?" Tanya Ardel.

"Kemungkinan trauma, atau bisa juga phobia terhadap sesuatu namun hal yang ditakutinya tak kunjung pergi. Seperti ketakutan kecoa, tapi kecoa itu malah ngikut dibelakang." Detail dokter Ani. Arka dan Ardell hanya mengangguk.

"Mari salah satu ikut saya ke farmasi untuk ambil obat." Ardel mengangguk kemudian mengikuti dokter Ani di belakang.

"Ini diminum kalau ananda merasakan kepalanya memberat saja." Ucap dokter Ani menyerahkan 10 tablet obat.

"Baik, terimakasih banyak dokter."

"Iya, sama-sama."

"Apa saudara saya sudah boleh ditengok dok?"

"Boleh, semoga keadaannya semakin membaik."

"Aamiin, permisi dok." Pamit Ardel dibalas anggukan dokter Ani.


****


Arka dan Ardel menunggu disamping ranjang Fasha yang masih belum sadar juga. Tiba tiba tangannya mengeliat.

"Eghh, ini di rumah sakit ya?" Tanya Fasha mulai sadar.

"Iya." Jawab Ardel ketus. Ia bukan benci, melainkan ia khawatir, kenapa sampai pingsan dan lama sekali sadarnya.

“Sha! Lo udah sadar?” Kaget Arka kemudian mendapat anggukan lemah dari Fasha.

"Kenapa aku bisa disini?" Tanya Fasha lemah.

"Lo pingsan." Jawab Ardel dingin.

"Maaf! Jadi repotin kalian." Cicit Fasha.

"Emang biasanya juga gitu." Jawab Ardel kemudian ditatap nyalang oleh Arka. Bukan apa-apa, hanya saja benarkan Ardel itu kembarannya? Kenapa seolah tak miliki rasa kasihan?

“Maaf.” Ulang Fasha semakin merasa bersalah.

"Udah, gapapa. Lo mau minum dulu nggak?" Tengah Arka menawarkan sebotol air minum. Fasha mengangguk menerima tawaran Arka.

“Kuat megang sendiri nggak?" Tanya Arka diangguki Fasha. Fasha menerima botol itu dan meminumnya perlahan.

“Mau pulang!” Lirih Fasha.

"Nanti kalau udah mendingan." Jawab Arka.

"Tapi aku gapapa."

"Iya, nan-"

"Biarin kek, paling sampe rumah juga pingsan lagi." Potong Ardel kesal dengan sikap keras kepala Fasha.

“Maaf, aku tidur lagi aja.” Ucap Fasha kemudian menutup tubuhnya dengan selimut hingga sebatas pundak. Arka dan Ardel masih berdiri di samping ranjang Fasha hingga dipastikan sudah tertidur. Setelahnya mereka berdua keluar ruangan.

“Mending lo pulang! Bentar lagi nyokap gue kesini, dan gue pastiin lo dapat serangan pertanyaan.” Saran Ardel melepas pandangannya dari ponsel.

“Gapapa, gue tetep nunggu disini."

"Nggak usah bikin gue emosi kenapa sih?"

"Gue nggak bikin lo emosi."

“Pulang nggak lo!? Atau gue panggilin satpam!?”

"Nggak!"

“Kenapa sih lo? Keras kepala banget?”

“Gue nggak yakin aja, lo itu beneran saudaranya Fasha. Emang bisa, psikopat kayak lo jagain saudaranya?”

"Diem! Pergi gak, cepet pergi! Sebelum gue panggil satpam atau teriak!" Sahut Ardel yang mulai kehabisan kesabaran.

“Nggak!” Kemudian Ardel melangkah pergi dengan kasar.

Beberapa menit kemudian, Ardel kembali dengan seorang satpam di sampingnya.

"Ini pak. Dia sudah mengganggu ketenangan saudara saya." Adu Ardel dengan kebohongan.

"Baik, mari, silahkan masnya keluar!" Ucap satpam itu menyuruh Arka keluar dengan paksa. Mau tak mau Arka menurut, daripada menambah masalah di tempat umum seperti ini.

****

THANK YOU GUYS!! TUNGGU EPS SELANJUTNYA YA! AKU UPDATE SEMINGGU SEKALI KOK.

CEK CHATTIME MEREKA DI IG : @wpamly.rk
TAPI UNTUK CHATTIME AGAK LAMBAT YA, LEBIH UPDATE DI SINI. SO KALIAN TUNGGU AJA. DIFOLLOW DEH, BIAR GA KETINGGALAN KALO ADA UPDATE-AN.

LUP LUP LUP KALIAN

13 Februari 2023
- amlyrk -

FASHARKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang