4. Curhat

16 5 0
                                    

YEEYY UPDATEE CHAPTER 4!! Happy reading 🌻🌻

****

"Ngapain aja sih lo, lama banget?" Tanya Dimas sesampainya Arka di bengkel.

"Iya tuh, dari sekolah sampe sini juga cuma 500 meter." Sahut Rivan.

"Nggak usah banyak nanya, mana nih minum gue?" Jawab Arka tak menyahuti pertanyaan kedua sahabatnya. Dimas menyodorkan segelas jus mangga dan sepiring capcay udang.

"Hah, bibir lo kenapa Ar?" Rivan menyadari luka di bibir Arka saat ia memperhatikan tangan Arka mengambil suapan pertama dan memasukkan kedalam mulut.

"Penting buat lo?"

"Ya nggak gitu juga Ar, cuma gara-gara ditinggal aja ngambek." Sahut Dimas.

"Ya udah lanjut makan." Arka masih malas meladeni. Hening sejenak, menikmati minum mereka masing-masing.

"Ar serius gue nanya! Bibir lo itu kenapa?" Tanya Rivan kembali membuka suara.

"Gelut."

"Hah? Berantem? Emang lo bisa?" Sahut Dimas.

"Iya berantem, tap."

"Tapi lo nggak ngelawan." Lanjut Rivan memotong ucapan Arka.

"Dengerin dulu Van, main potong aja lo!" Ingat Dimas.

"Oh iya sorry."

"TAPI NGGAK SAMPE MATIII!!" Ucap Arka menghabiskan makannya pada suapan terakhir dengan jengah.

****

Arka masuk ke kamar langsung merebahkan tubuhnya. Baru 2,5 bulan Arka bersekolah di SMA Ramayana. Namun hal buruk telah terjadi berkali kali padanya. Mulai dari waktu pertama masuk ia sudah kena lemparan bola basket yang mengenai kepala, ketumpahan kuah bakso dari pundak hingga perut, dan kejahilan lainnya yang sederhana. Namun 1 bulan terakhir ini lebih melelahkan dan keterlaluan. Seperti seharian ini, dipalak, dipukulin, masih lagi dkempesin ban motornya. Mau dikata maling tapi kok dipalak, mau dikata korban kemalingan tapi kok yang dipukulin.

"Oh iya, cewek tadi namanya siapa ya?" Tanya Arka sendiri tiba-tiba. Ting.. Sebuah pesan masuk di ponsel Arka.

Anggi : Sini Ar, tempat biasa aja, gue gabut banget.

****

Di rumah Fasha dan Ardel.

"Gimana sekolahnya tadi?" Tanya Maya-mama Fasha dan Ardel membuka obrolan dimeja makan malam.

"Baik, ma." Jawab Fasha singkat.

"Baik gimana?" Maya masih terus kepo.

"Ya kan sekolahnya asik gitu ma, waktu pelajaran juga ngga ngebosenin."

"Kalau kamu gimana Del?"

"Biasa aja ma, temen-temen ghibah mulu kerjaannya, terus kan tadi suruh buat kelompok belajar, malah pada emosian semua, gegara siswanya ganjil buat dibagi." Jelas Ardel.

"Tapi udah kebagi kan kelompoknya sekarang?"

"Udah sih udah."

"Lha terus?"

"Ada yang nggak terima karena dalam kelompok itu ada yang dianggap biang masalah." Sebenarnya Ardel tak begitu suka cerita kesehariannya, namun ini ia lakukan untuk menarik Fasha, agar ia ikut serta cerita tentang ketidaknyamanannya di sekolah. Ia yakin, Fasha pasti bosan dikelas karena tak ada teman.

"Yaudah gapapa, namanya manusia, pasti ada yang suka ada yang enggak. Kita juga nggak bisa maksa orang lain suka sama kita."

"Kamu Fasha, temennya gimana?" Lanjut Maya bertanya.

"Biasa ma, ada yang suka ada yang enggak." Jawab Fasha menirukan kalimat Maya. Maya tak melanjutkan tanya, karena ia sadari, putrinya sedang memiliki mood buruk.

****

Selesai makan malam, Fasha dan Ardel masuk kamar masing-masing menyelesaikan tugas sekolah. Tok tok.

"Fasha, gue masuk ya?" Panggil Ardel di depan pintu kamar Fasha yang ditutup.

"Ya, masuk." Ardel masuk, terlihat Fasha sedang menyusun baju yang sudah disetrika ke dalam lemari.

"Lo nggak belajar?" Tanya Ardel.

"Bentar, habis ini."

"Bareng aja yok."

"Emang sama?"

"Nggak tau sih, coba liat." Fasha menutup lemari dan mengambil buku tugasnya.

"Kamu apa? Aku cuma matematika."

"Nah gitu yok, gue juga ada matematika, tapi sama PKn."

"Okay."

"Oh iya, lusa lo sibuk ngga, mumpung Minggu, kita jalan-jalan yok."

"Nggak sih, aku nggak pernah sibuk kok, apalagi buat keluarga."

"Yaudah kita jalan keluar ya, atau nggak kita nonton!"

"Okee, sepakat." Mereka bertos dan tersenyum.

"Oh iya, boleh nggak gue minta tolong sama lo?" Tanya Ardel.

"Boleh, apa?"

"Lo jujur dong sama mama tentang apapun yang lo alami di sekolah, lo bilang kalo lo dibully gitu, siapa tau mama bisa bantu!"

"Nggak perlu Del, namanya juga sekolah, bersosialisasi, mama sendiri kok yang bilang, namanya manusia pasti ada yang suka ada yang benci."

"Emang ada yang suka lo?"

"Ada, kamu. Kamu nggak bencikan sama aku?"

"Tapi kan mama bisa kasih solusi biar lo tenang sekolahnya."

"Emang aku ada bilang kalo di sekolah nggak tenang?" Ardel menggeleng kemudian tersenyum.

Hati lo terbuat dari apa sih Sha? Gue sayang banget sama lo, gue akan berusaha bantu setiap masalah lo tanpa lo suruh. Dan gue harap lo juga sayang gue selamanya, jangan pernah benci gue meski dalam keadaan apapun ya Sha!  Batin Ardel.

****

Haloo. Kalau menurut kalian cerita ini menarik, rekomendasikan juga dong ke temen kalian. Jangan lupa tinggalkan vote ⭐ dan komentar 💬 di chapter ini!! See you next chapter❤️

-amlyrk-
29 Agustus 2022

FASHARKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang