2. Berbeda

25 5 0
                                    

Halo. Aku update lagii. Happy reading semua.
WARNING! Maaf jika ada typo.

****

Bel masuk sudah berbunyi 5 menit yang lalu. Kini halaman sekolah sudah kosong tanpa lalu lalang siswa, tinggal beberapa saja yang berkepentingan ke kamar mandi. Kelas 10 IPA 2 sedang berlangsung mata pelajaran matematika. Pelajaran yang sangat dibenci Fasha. Ya, dia tak pandai untuk pelajaran yang satu ini. Fasha diam memperhatikan guru di depan sembari menyenderkan tubuhnya ditembok, yang kebetulan bangkunya terletak di sisi pinggir.

“Baik anak-anak, ada yang mau ditanyakan?” Ucap bu Lusi mengedarkan pandang ke setiap sisi kelas.

“FASHAA!! Ngapain kamu senderan tembok seperti itu? Memperhatikan penjelasan saya tidak?” Tanya bu Lusi saat Fasha ketahuan senderan tembok. Lalu mata semua siswa tertuju pada Fasha yang kini gelagapan.

“I...i..iya bu, saya memperhatikan.” Jawab Fasha, toh itu benar adanya.

“Kalau kamu memperhatikan, sekarang maju ke depan kerjakan soal dipapan tulis!” Bu Lusi menulis sederet kalimat matematika yang harus dihitung. Fasha bangkit dari kursinya lalu melangkah maju ke depan masih dengan tatapan semua siswa kelas 10 IPA 2.

“Hahaha, Fasha mana bisa.” Bisik salah satu siswa disertai anggukan teman sebangkunya.

“Hati-hati Sha, entar otaknya pindah di dengkul.” Teriak Rayhan di bangku ujung belakang, lalu kelas pun bergemuruh tawa karena ucapan Rayhan.

“Kalian semua diam!” Galak bu Lusi membuat seisi kelas langsung terdiam.

“Segera kerjakan Fasha!” Perintah bu Lusi menengok ke arah Fasha yang hanya terdiam memandangi coretan angka di papan tulis. Fasha mulai mengerjakan semampunya dengan cara yang ia ingat saat penjelasan tadi berlangsung. Selang 2 menit Fasha sudah dititik akhir mengerjakan.

“Sudah bu.” Ucap Fasha menunduk sembari meletakkan spidol dimeja gurunya. Fasha pun hendak melangkah ke bangkunya, namun bu Lusi menghentikan langkahnya.

“Tunggu disini, sambil saya koreksi dan kamu pahami!” Fasha hanya menurut lalu mengurungkan niat dan kini berbalik menatap papan tulis.

“Fasha, menurut kamu, jawabanmu ini salah atau benar?” Nadanya tinggi, tatapannya tajam, itulah ciri-ciri bu Lusi setiap berbicara.

“Salah bu.” Fasha tak yakin jawabannya benar, toh nada bu Lusi pula terdengar tak bersahabat.

“Lalu yang benar seperti apa?” Fasha hanya menggeleng.

“Apakah ini yang dinamakan memperhatikan!?” Fasha hanya diam menunduk, harus ia akui, untuk memahami satu materi dalam pelajaran ini, ia membutuhkan waktu lebih dari satu minggu, tidak setelah dijelaskan langsung ditanya seperti ini.

“Jawabannya benar atau salah anak-anak?” Tanya bu Lusi beralih ke anak murid yang sedang duduk di bangku-bangku belakang Fasha.

“Salah!” Serentak satu isi kelas kecuali Fasha.

“Yang bisa silahkan maju memperbaiki jawaban Fasha!” Seorang siswi maju ke depan, ia adalah Aulia, mengambil spidol papan dan mulai membenahi jawaban.

“Bagus Aulia.” Ucap bu Lusi setelah Aulia kembali ke bangku. Tatapan bu Lusi kembali ke Fasha yang masih berdiri di depan.

“Kamu tau kesalahan kamu dimana?”

“Iya bu, saya salah peletakan angka kedalam rumus dan perhitungannya.” Jawab Fasha. Ia tau itu karena ia lihat Aulia mengganti bagian angka rumus dan hasil hitungnya.

“Baik kamu sudah paham, belajar lebih giat seperti Ardel! Minta bantuan untuk diajari dia, biar kamu lebih paham, jangan malas-malasan seperti ini. Ardel saja bisa kok kamu enggak, kalian kan kembar!” Fasha hanya diam menunduk saat dirinya dibandingkan dengan Ardel, ya dalam kemampuan menangkap materi mereka memang berbeda.

“Ya sudah, silahkan kembali ke tempat duduk, Fasha!” Fasha melangkah kembali ke bangku. Suara cibiran siswa di kelas masih terdengar, seperti nyamuk yang terbang di dekat telinga.

“Kalau Ardel itu cantik pintar pula, lah dia nggak cantik nggak pintar, orang tuanya nggak sayang mungkin.” Cibir seorang siswi di depan Fasha.

****

Thank you yang udah baca sampai sini. Jangan lupa vote dan comment. Sampai jumpa di part selanjutnya.

15 Agustus 2022

FASHARKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang