-delapan belas-

1.1K 104 3
                                    

...

"Changbin Hyung Bohong kan ? Gak mungkin"

"Itu kenyataannya Jeongin, gak mungkin gue bohong untuk hal kaya gini"

"Tapi Hyunjin Hyung gak mungkin kanker"

Bangchan kemudian memeluk Jeongin yang menangis, anak itu yang paling histeris diantara semua member. Hyunjin adalah hyung kesayangan Jeongin, bagaimana ini bisa terjadi padanya? Changbin baru saja pulang dari rumah sakit dan langsung diberondong pertanyaan oleh para penghuni dorm.

Reaksi Jeongin tidak jauh dari member lain, mereka semua menangis dan tentu saja syok. Felix bahkan sudah meluruh ke lantai, lututnya lemas dan tidak bisa menahan berat tubuhnya.
Bahkan Minho dan Bangchan yang sudah mengetahui nya pun turut tak kuasa menahan air mata.

"Selama ini dia udah berjuang sendirian dibelakang kita, dia udah lakuin yang terbaik yang dia bisa. Bahkan gue pun belum tentu bisa sekuat dia"Changbin kembali memalingkan muka, ia sendiri tidak sanggup melihat para member.

"Sekarang kita cuma perlu support Hyunjin, nanti kalau kita ketemu Hyunjin jangan ada yang sedih, karena nanti malah nambah beban pikiran dia. Dia ga mau kita sedih dan ngelihat dia dengan tatapan kasihan, kalian pasti paham. Sekarang hanya itu yang bisa kita lakuin buat bantu Hyunjin"

...


"Hyunjin, anak mama sayang"
Wanita itu langsung menangis begitu membuka pintu ruangan, melihat Hyunjin terbaring lemah diranjang dia tertidur karena pengaruh obat.

Mama Hyunjin mengelus rambut puteranya dengan lembut, takut mengusik istirahatnya.
Tadi selepas mendapat telepon dari manager mama langsung menuju ke rumah sakit dengan tergesa-gesa, berharap apa yang didengarnya salah. Sesampainya di rumah sakit manager sudah menunggu di depan ruang rawat Hyunjin dan menjelaskan garis besar situasi saat ini pada sang mama.

Tangisnya pecah begitu saja, jauh dari lubuk hati dia enggan menerima kenyataan yang dijelaskan manager. Tidak, tidak mungkin anaknya kanker. Ibu mana yang bisa menerima kenyataan seperti ini, melihat anaknya sakit rasanya lebih menyakitkan dari apapun di dunia ini.

"Ma..."
Mama terkesiap, menatap Hyunjin tanpa mengatakan apapun. Tidak, jangan menangis! Tapi air mata nyatanya tetap lolos dari sudut matanya. Ini yang Hyunjin takutkan, dia akan membuat semua orang menangis. Hyunjin tidak suka menjadi alasan untuk air mata orang-orang yang di sayanginya.

"Hyunjin, pangerannya mama. Maafin mama sayang" tangisnya pecah, bahkan untuk menatap wajah anaknya saja sekarang dia tidak sanggup.

"Ma, mama tau gak hal yang paling Hyunjin benci di dunia ini?"

"Air mata mama. Hyunjin ga suka lihat mama nangis. Hyunjin suka lihat senyum cantik mama. Ma.. peluk Hyunjin"

Mama langsung memeluknya tanpa keberatan, ibu dan anak itu saling berbagi kasih dalam diam. Cukup, nyatanya sebuah pelukan hangat mamanya cukup untuk membawa kembali separuh dari harapan dan semangat Hyunjin, dia harus sembuh. Dia tidak akan rela kehilangan pelukan hangat mamanya.

"Mama tau nenek kamu sayang banget sama kamu Hyunjin, tapi dari sekian banyak hal kenapa harus ini yang diwariskan ke kamu"

Ya, Hyunjin ingat sekarang. Dulu sekali Hyunjin kecil sangat lengket dengan sang nenek, apalagi Hyunjin juga cucu satu-satunya di keluarga itu. Hyunjin bahkan sempat demam beberapa hari sewaktu pertama kali pindah ke Las Vegas saat berumur tujuh tahun, anak itu terus merengek meminta pulang ke Korea agar bisa tinggal dengan neneknya saja daripada ikut ke Las Vegas karena pekerjaan papanya.
Sekitar satu setengah tahun kemudian mereka pulang ke Korea, namun tidak lama setelahnya neneknya meninggal. Karena penyakit yang sama sepertinya, kanker.

I'm Not Tired . HHJ ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang