Haloo...
Ada satu ekstra part ya...
.
.Hyunjin mengerjap perlahan, pandangannya yang buram perlahan mulai jernih. Yang pertama di lihatnya adalah langit-langit ruangan asing bermotif kayu dan berwarna coklat tua, dimana ini? Seingatnya terakhir langit-langit ruangannya berwarna putih khas rumah sakit pada umumnya. Memangnya ada rumah sakit beratap warna kayu seperti ini?
Apakah dia sudah pindah alam? Tidak mungkin, kalau dia sudah disurga tentu Hyunjin sudah tidak membutuhkan masker oksigen yang ternyata sekarang masih di pakainya.
Hyunjin menatap sekeliling, kosong. Tidak ada siapapun disana, dia sendirian. Dia kemudian menolehkan kepala ke arah lainnya, di samping kirinya terdapat jendela lebar yang menampilkan bagian atas pohon serta terlihat atap gedung seberang, sepertinya Hyunjin berada di lantai dua atau tiga. Hyunjin menyimpulkan bahwa dia pindah rumah sakit.
Sekian menit Hyunjin habiskan dalam kesunyian, bahkan dia bisa mendengar suara nafasnya sendiri saking heningnya. Tak lama kemudian datang seorang perawat yang sepertinya akan mengecek kondisinya.
"Oh, are you awake?"
Perawat itu tampak terkejut, kemudian melakukan beberapa pengecekan pada pemuda yang baru saja terbangun itu. Wanita itu kemudian pergi setelah mengucapkan beberapa kalimat dengan bahasa asing, dari yang Hyunjin tangkap sepertinya dia akan memanggil dokter.
Hyunjin menoleh lemah setelah mendengar suara kenop yang terbuka, alih-alih dokter atau perawat yang tadi justru papa dan mamanya dengan tergopoh-gopoh mendatanginya.
Wanita cantik itu tidak dapat menahan air mata bahagianya melihat sang putera semata wayangnya akhirnya membuka mata.
"Terima kasih sayang, terimakasih sudah kembali"
Hyunjin melirik ke arah papa yang berdiri dibelakang mamanya, pria itu juga meneteskan sedikit air dari ujung matanya. Apakah dia baru saja lolos dari maut? Kenapa semua orang begitu senang?
Hyunjin ingin bertanya banyak hal serta menjawab perkataan mama untuk menenangkan nya, meyakinkan bahwa dia baik-baik saja. Tapi tidak ada satu kata pun keluar dari mulutnya, suaranya tercekat di tenggorokan. Jauh dari ekspektasi nya, Hyunjin hanya mampu berkedip-kedip lemah.
Laki-laki bule berjas putih baru saja memasuki ruangan bersama dengan perawat wanita yang tadi. Papa dan Mama otomatis menepi untuk memberi ruang agar dokter dapat melakukan pemeriksaan pada puteranya.
"Good boy!! Kamu hebat Hyunjin, tetap berjuang ya. Lihat betapa bahagianya ibumu"
Hyunjin melirik Mama yang berdiri diujung ranjangnya, wanita itu tersenyum di rangkulan papa. Tak lama setelah itu, Hyunjin kembali menutup mata.
Dua hari setelah kembalinya kesadaran Hyunjin, kini dia merasa lebih baik. Tubuhnya sudah bisa digerakkan, lebih dari sekedar kedipan mata seperti tempo hari.
Ternyata dirinya baru bangun di hari ke tujuh setelah operasi besar dilakukan padanya. Harusnya dia bangun sekitar tiga sampai empat jam setelah keluar dari ruang operasi, tetapi Hyunjin tidak. Sampai hari berganti dia belum membuka mata begitu pula dengan besok dan besoknya lagi.
Kabar baiknya operasi besarnya berhasil. Dokter bilang operasi akan sulit dilakukan pada jenis kanker yang diderita Hyunjin, karena letaknya yang berada di dekat syaraf-syaraf penting hingga sangat beresiko. Tapi seolah tak kehabisan akal, papa mengusakan mencari pengobatan terbaik di luar negeri.
Dan disinilah Hyunjin sekarang, las Vegas. Tempat dimana dulu Hyunjin kecil pernah berada disini untuk sementara waktu. Teman baik papa nya merekomendasikan pengobatan di suatu rumah sakit ternama di kota ini. Tanpa ragu papa mengurus semua keperluan untuk pemindahan rumah sakit untuk kesembuhan puteranya. Dokter disini bilang tingkat keberhasilan lima puluh persen, yah papa pikir itu lebih baik daripada tidak sama sekali.
Bertepatan dengan selesainya urusan pemindahan, saat itu pula kondisi Hyunjin menurun drastis, beberapa jam setelah kemoterapi dilakukan lelaki itu tak kunjung mendapatkan kesadaran nya. Hari itu juga mereka terbang darurat meninggalkan korea.
Perjuangan Hyunjin membuahkan hasil manis, pemuda itu kini bisa dibilang lulus. Hyunjin hanya perlu melakukan terapi remisi untuk menghancurkan dan mencegahnya datang kembali.
Setelah satu bulan lamanya, selang NGt yang selama ini terpasang akhirnya dilepas. Hyunjin mulai belajar makan, meski baru makanan yang bertekstur lembut. Dia juga sudah mulai lancar berbicara setelah melakukan terapi secara rutin. Dia fokus pada penyembuhannya, Hyunjin tidak ingin merusak kebahagiaan mama dengan bertanya macam-macam hal yang sebenarnya sangat ingin dia ajukan. Tentang Straykids, tentang rumah keduanya.
"Mereka tidak tau kamu disini Hyunjin, mama dan papa tidak mengatakan apapun. Kami juga minta agensi agar tidak berkata apapun"
Mama nampaknya tahu apa yang mengganggu pikiran Hyunjin akhir-akhir ini. Biar bagaimanapun mereka sudah bersama lebih dari empat tahun. Memang benar, Hyunjin bertanya-tanya jauh dalam hatinya. Mengapa tidak ada satupun member yang menjenguknya, atau paling tidak menelfon dan menanyakan kabarnya? Apa hanya dia yang merindukan mereka dan mereka tidak? Hyunjin menggeleng. Menepis pikiran buruk itu, atau jangan-jangan dia sudah dikeluarkan dari grup? Hyunjin tidak bisa menerka-nerka, tidak ada televisi atau apapun yang bisa dia lihat untuk mengetahui dunia luar. Bahkan Hyunjin sudah lupa kapan terakhir kali dia memegang ponselnya.
"Mereka merindukanmu juga Hyun, tentu saja"
Mama mengusap surai lembutnya."Memang berat buat mama, tapi mama tau kebahagiaan kamu bersama mereka. Mama udah janji bakal biarin kamu milih apapun yang kamu suka asal kamu sembuh. Termasuk kembali bergabung dengan mereka. Kamu kembali sehat, Itu udah lebih dari cukup buat mama. Hyunjin cepet sehat ya.. sampai saat itu tiba mama pengen Hyunjin fokus dulu sama kesembuhan kamu sayang"
Hyunjin merentangkan tangannya, mama menyambutnya dengan senang hati.
"Makasih banyak ma, Hyunjin sayang mama"
Hyunjin bersenandung kecil, langkahnya begitu ringan menuju tempat yang sangat ia rindukan, sudah berapa lama ya? Ini masih terlalu pagi, tapi Hyunjin abai. Ia terlalu bersemangat untuk menemui keluarganya. Pagi ini Dorm menjadi tempat pertama yang ingin dia datangi setelah kembali memijakkan kaki di tanah air.
Kira-kira siapa nanti yang akan membuka pintu? Apakah Changbin sudah bangun? Apakah Chan atau Jisung? Ahh andai dorm mereka masih jadi satu pasti Hyunjin bisa menemui semuanya sekaligus, tapi apa boleh buat kini mereka tebagi dalam dua dorm terpisah.
Hyunjin sudah sampai didepan pintu, tapi dia ragu untuk menekan bel. Atau dia langsung masuk saja? Toh dia masih ingat nomor sandinya. Tapi pilihannya jatuh pada opsi nomor satu, dia menekan bel dengan ragu, kemudian bersandar pada tembok dekat pintu hingga wajahnya tidak muncul di intercom.
"Hyung!"
Lebih dari sekedar kupu-kupu, kini Hyunjin merasakan adanya ledakan kembang api dari dalam dirinya saking senangnya. Tapi jauh dari dugaan, Changbin justru bersimpuh dihadapan nya, menangis meraung-raung. Sungguh tidak keren sekali. Hyunjin hendak menunduk meraih Changbin namun urung, dia melihat member satu persatu datang dengan muka bantal dan nyawa separuhnya, khas bangun tidur.
Hyunjin menghitung, pas tujuh orang. Semua member berkumpul disini ternyata, seakan-akan menyambut kedatangannya.Felix dan Jisung langsung menubruknya dengan pelukan, tangis dua bocah itu pecah mengungkapkan kata-kata rindu. Hyunjin tersenyum tulus sambil menepuk-nepuk punggung mereka berdua. Kemudian semua member ikut mengerubungi nya, menyambutnya penuh haru.
"Gue pulang... Gue pulang"
"Wellcome home, Hyunjin-a"
End
Beneran end ya.. ehehehe
Maaf ya ternyata aku belum cukup tega buat bikin Hyunjin metong. Semoga kalian ga kecewa sama endingnya karena ternyata hepiending. EheheAniway, terimakasih semua..
See you..
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Tired . HHJ ✔️
Chick-Lit"Hyunjinnie not tired?" . . . "No ! I'm not tired"