10. Beast : Sakit

1.8K 311 8
                                    

   Hai gaess (。・ω・。)ノ♡.

   Jangan jadi 'SILENT READERS' ya! Ayo hargai karya orang lain.

   Vote dan comment dari kalian sangat berarti buat aku, sebagai referensi sekaligus penyemangat. Fyi, vote dan comment itu gratis loh...

***

   Panas...

   Seluruh tubuh Lauria Aruna panas, ia terkena demam, membuat Naqi maupun Syraa panik seketika.

" Hei macan, ada apa dengan Ria-ku ini? Kenapa suhu tubuhnya tidak seperti biasanya? Tubuhnya sangat panas. " Kata Syraa yang sedang terduduk disebelah kanan Ria-nya.

   Sedangkan sang betina hanya tertidur lemas ditumpukkan kulit yang disusun Syraa semalam.

" Runa sepertinya demam, dasar ular bodoh. Dan jangan panggil dia dengan sebutan Ria-ku, kau bukan pejantannya, akulah yang akan menjadi pejantan pertamanya. " Balas Naqi dengan sedikit emosi.

   Naqi tidak tahu apa obat untuk penyakit demam, karena di sukunya tabib lah yang mengurusi masalah obat-obatan dan semacamnya.

   Sedangkan Syraa sendiri tidak tahu menahu mengenai demam, jangankan tahu obatnya, merasakan penyakit itupun tidak pernah.

" Apa sebaiknya Runa dibawa ke suku-ku, disana ada tabib yang tahu cara mengobati demam. " Usul Naqi, membuat wajah dan aura Syraa menggelap.

" Apa kau mencoba menjauhkan ku dari Ria? Kau tahu bukan kalau aku tidak bisa masuk kedalam suku-mu itu. " Ucap Syraa mulai emosi.

   Kebanyakan Ferral memang dilarang memasuki kawasan teritorial suatu suku, kecuali jika ada alasan khusus.

" Lalu kau mau Runa terus sakit seperti ini? Bisa saja penyakit demam ini bisa membahayakan betina seperti Runa. " Pendapat Naqi sangat masuk akal, membuat raut wajah Syraa semakin suram.

   Syraa hanya bisa terdiam, dia tidak ingin berpisah dengan Ria namun jika ia egois mungkin Ria-nya bisa dalam bahaya.

   Setelah beberapa menit berperang dengan ego-nya, akhirnya Syraa memutuskan untuk membiarkan Ria dibawa masuk kedalam sukunya macan itu.

   Bukan hanya karena Ria-nya sakit namun juga dia memiliki rencana cadangan jika macan lemah itu menghalangi Ria yang ingin bertemu dirinya.

   Rencana gila memang, tapi hanya itu yang bisa dia lakukan jika nanti keadaan terburuk benar-benar terjadi, Syraa akan menculik Ria jika macan jelek itu ataupun sukunya menghalangi Ria yang ingin menemuinya.

" Baiklah, bawalah Ria-ku dan rawat hingga dia sembuh, namun jika terjadi apa-apa dengannya ataupun kau menghalanginya bertemu denganku, aku akan menghancurkanmu dan suku-mu itu. " Ucap Syraa dengan penekanan pada akhir kalimatnya.

" Ck, tanpa kau suruh pun aku akan merawat calon betinaku, dan kau terlalu percaya diri Runa-ku akan mencarimu, mungkin jika dia sembuh nanti, ia akan melupakanmu. " Kata Naqi meremehkan.

" DIAM! Jika saja Ria-ku tidak membutuhkan tabib disuku-mu itu, aku tidak akan membiarkan seorang pecundang sepertimu membawa Ria-ku, kau bahkan kalah dengan Ferral yang hanya memiliki dua tanda. " Balas Syraa dengan ekspresi wajah mengejek.

" KAU!! .. "

Nghh..

   Ucapan Naqi terpotong dengan erangan kesakitan dari Lauria, wajahnya tampak sangat pucat dan suhu tubuhnya masih terasa sangat panas, bahkan ia terlihat seperti kedinginan, ia menggigil.

   Tanpa bicara lagi, Naqi segera mengangkat dan menggendong tubuh lemas Lauria, dia berjalan keluar gua, dan berhenti tepat di ujung mulut gua.

" Aku akan membawa Runa, aku akan mengantarnya kepadamu nanti, itupun jika dia masih mengingatmu. " Kata terakhir Naqi sebelum dia berlari meninggalkan gua dengan Lauria di dekapannya.

" Cih, dasar macan sialan, aku akan membuat Ria tidak bisa melupakanku, lihat saja nanti. " Guman Syraa ditengah keheningan gua.

***

   Setelah perjalanan singkat dari guanya Syraa menuju sukunya, bukan karena jarak yang dekat tapi karena kecepatan lari milik Naqi, ia bisa membawa Runa-nya dengan aman dan selamat.

   Saat tiba digerbang suku, ia sempat akan di interogasi oleh pejantan yang berjaga digerbang, namun dengan menunjukkan betina sakit di dekapannya, ia dan Runa dapat masuk tanpa banyak pertanyaan dari pejantan yang berjaga itu.

" Sabarlah Runa, sebentar lagi kau akan ditangani oleh tabib, bertahanlah. " Kata Naqi dengan sembari bergegas kerumah tabib.

BRAK..

BRAK..

BRAK..

   Naqi mengetuk, atau lebih tepatnya menggedor pintu rumah milik tabib, dan pintu itu pun terbuka dengan cepat, terlihat sang pemilik hunian keluar dengan ekspresi kesal miliknya.

   Tanpa basa-basi Naqi menerobos masuk kedalam rumah itu, menghiraukan sang empunya yang tercengang dengan ketidak sopanan si tamu.

" Hei, baji.. " Umpatan si tabib terpotong oleh tarikan dari Naqi, ia menarik tabib tampan itu kearah ranjang dimana Runa terbaring.

" Tolong aku, calon betinaku terlihat sangat kesakitan, sepertinya ia terkena demam yang cukup parah. " Naqi berucap dengan panik.

" Astaga!? Kau apakan betina ini? Baiklah, aku akan mengobatinya dan kau harus menceritakan semuanya padaku nanti. " Dengan cekatan sang tabib memeriksa tubuh betina itu.

   Tabib itu menyetuh pergelangan tangan sang betina untuk merasakan detak jantung pasiennya, nampak wajah tidak rela dari wajah Naqi saat tabib tampan itu menyentuh calon betinanya.

" Hei Marlo! jangan kau mencari kesempatan dengan menyentuh calon betinaku itu, dasar tabib mesum. " Panggil Naqi dengan geram.

   Ternyata nama tabib tampan itu adalah Marlo.

" Berisik kau Naqi! Aku hanya memeriksanya, dan lagi kau hanya calon bukan resmi pejantannya, bisa saja dia terpikat olehku dan melupakanmu. " Balas Marlo, lalu sang tabib mulai meracik beberapa herbal untuk pasiennya.

" Sialan.. " Hanya itu yang bisa Naqi ucapkan, perkataan Marlo membuat macan itu menjadi cemas.

   Bisa saja Runa menjadikan Marlo pejantannya, karena jujur saja Marlo itu tampan bahkan dia seorang tabib, banyak betina yang ingin menjadikan Marlo pejantannya.

   Terlebih Marlo adalah salah satu Beast macan yang bulunya paling cantik, banyak betina mengagumi helaian hitam legam nan lembut milik Marlo, sialan.

   Tapi Naqi yakin dia lebih tampan, bulunya lebih halus dan hitam berkilau, juga ia sudah bersikap sangat lembut pada Runa, aku percaya diri jika Runa akan menjadikanku pejantan pertamanya, hatinya berujar guna menyemangati diri.

" Hoi Naqi! Aku sudah memberikan betina ini obat penurun demam, dan sekarang aku akan pergi ketempat kepala suku, dan kau harus menjelaskan semuanya nanti, dengan jujur! " Ucap Marlo sembari berjalan kearah pintu keluar.

" Dan jangan mengganggu pasienku, dia butuh banyak istirahat. " Kembali Marlo menyembulkan kepalanya dicela pintu yang akan tertutup.

" Ya pergilah, dasar tabib cerewet! " Usir Naqi pada Marlo yang dibalas juluran lidah ala anak kecil, Marlo mengejeknya.

" Ck, sialan.. untung dia temanku, jika tidak sudah kupukul wajah menyebalkannya itu. " Gumamku seraya mendekat keranjang tempat Runa terbaring.

   Nampak Runa yang terbaring di ranjang yang terbuat dari jahitan beberapa kain yang diisi kapas dan bulu unggas, cukup empuk dan nyaman.

" Runa, semoga saat kau terbangun nanti, kau bisa melupakan Ferral ular sombong itu, dia memang cukup kuat untuk seorang Ferral tapi dia juga terlihat berbahaya. " Naqi berbicara pada Runa yang masih menutup mata, mungkin ia tidur.

***

Notes :

° gimana chapter ini? Suka gak? Kalo suka vote dulu dong.

° jangan lupa tandain kalo ada typo, dan kalo ada kritik dan saran boleh langsung dicomment aja.

BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang