Lima

291 34 3
                                    


Pagi seperti biasa, Yoongi sudah siap berangkat kerja. Sampai ia membuka pintu apartemen ia kaget karena bersamaan dengan Jimin keluar dari apartemennya, mereka saling pandang lalu terdiam. Canggung sekali, dia tak sanggup menghadapi pemuda itu saat ini.

"Ah kunci mobilku ketinggalan" gumamnya sedikit keras sengaja agar didengar Jimin, sebagai alasan ia kembali masuk ke dalam apartemennya.

Ia bersandar lega dibalik pintu saat kembali masuk apartemen, belum siap kalau harus bertemu Jimin. Sangat BELUM.

Yoongi jadi meraba perut datarnya, apa benar dia sedang mengandung anak dari Jimin, rasanya ingin sekali menolak kenyataan, ia bahkan tak berani memeriksakannya ke dokter, takut dengan hasilnya padahal sudah jelas. Apa dia memberitahu Jimin saja? Tidak !!! Demi Tuhan pemuda itu bahkan masih kuliah, mana siap menjadi ayah di usia dini, yang ada Jimin akan kabur begitu mendengarnya. Atau lebih baik seperti itu? Jika Jimin kabur hidupnya di apartemen akan kembali damai karena tak bertemu lagi dengan pemuda itu. 

Sedang Jimin berdiri di balik pintu apartemen Yoongi menatap sendu. Dia tahu Yoongi hanya menghindarinya. Dia sadar dengan sikapnya beberapa hari ini yang seolah mengabaikan perempuan itu, harinya hanya sibuk dengan kuliah dan pacar barunya, Jungkook. Ya mereka sudah meresmikan hubungan dari teman menjadi kekasih sejak pernyataan cinta Jungkook di rumahnya waktu itu. Hingga lupa kalau dia juga memiliki hubungan yang rumit dengan tetangganya ini. Tapi apa yang bisa ia lakukan? Haruskah ia mengucap maaf dan memberi salam perpisahan pada Yoongi? Apa bisa semudah itu?

Entahlah... Ia putuskan untuk berlalu saja, masuk ke dalam lift dan pergi ke kampus menaiki motornya seperti biasa.




*






Yoongi lari terbirit-birit memasuki area loby kantornya, scan ID kerjanya di pintu sekat pemeriksaan lalu dengan cepat masuk ke dalam lift yang hampir penuh sesak oleh pekerja lain, lalu bergegas keluar setelah sampai di lantai ruang kerjanya. Baru kembali bernafas lega setelah benar-benar duduk pada kursi di meja kerjanya. hampir saja ia terlambat, karena menghindari Jimin dengan konyolnya pagi tadi.

"Pagi Yoongi..." itu Seokjin, oh senangnya sahabatnya itu sudah kembali dari cuti bulan madunya. Dia hampir berdiri untuk memeluk sahabatnya kalau bukan...

"Pagi kak Yoongi..." sapa Taehyung yang duduk disamping bilik meja kerja Seokjin yang juga baru di sadarinya itu.

"Taehyung??? Kenapa bisa ada disini?" tanya Yoongi langsung penasaran.

"Taehyung diterima kerja sebagai karyawan magang di perusahan ini Yoongi, kebetulan sekali masuk divisi kita" jawab Seokjin semangat.

Iya kebetulan sekali... Tuhan benar-benar sangat baik pada Taehyung, keberuntungan sangat berpihak padanya. Jalan untuk semakin dekat dengan pujaan hati pun semakin mudah. Dia memang sudah melamar pekerjaan di perusahaan tempat kakaknya bekerja itu cukup lama, karena sidang skripsi sudah selesai dan tinggal menunggu wisuda, tidak disangka juga diterima secepat itu. Sungguh beruntung.

"Selamat Taehyung, wahhh... Kau hebat juga ya, bisa mudah diterima di perusahaan ini bahkan disaat masih kuliah" puji Yoongi ikut senang juga.

"Dia sudah selesai kuliah Yoongi, tinggal wisuda saja" sambung Seokjin lagi, tentu merasa bangga dengan adiknya.

"Wahhh.... Selamat kalau begitu, kau benar-benar hebat" puji Yoongi lagi sembari mengacungkan jempolnya pada Taehyung. Yang membuat pemuda itu semakin senang dan tersenyum, tersipu malu.

"Heii... Kau tak bertanya tentang bulan maduku?" timpal Seokjin mengintrupsi.

Lalu ketiganya tertawa terbahak bersama, bercanda ringan sebelum memulai kerja.






PURPLE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang