Empatbelas

308 35 4
                                    




Yoongi berdiri tanpa ekspresi dengan baju dukanya yang serba hitam di sebelah ujung peti jenazah yang terdapat foto mendiang ibunya di samping depan, menyambut tamu yang melayat untuk berbela sungkawa. Satu per satu ia perhatikan tamu yang datang dan pergi yang sama sekali tak di kenalnya, semuanya teman ibunya yang Yoongi sama sekali tak tahu.

Iya... Kabar duka yang Yoongi terima ialah kabar kematian ibunya, yang meninggal akibat laka lantas bersama pacarnya yang sama terakhir kali bertemu dengan Yoongi.

Sungguh ironis. Bahkan sampai akhir pun ibunya menjadi ibu yang buruk bagi Yoongi, setelah sekian lama menelantarkan Yoongi kini tanpa berpamitan ibunya telah pergi selamanya bersama kekasihnya. Rencana menemui ibunya bersama Jimin kini hanya menjadi sebuah wacana semata, atau memang ia juga tidak akan lagi bertemu Jimin.

Sampai tengah malam sudah tak ada lagi tamu yang datang, tersisa Seokjin, Taehyung dan Namjoon yang sibuk membersihkan sisa-sisa jamuan di rumah duka. Yoongi sudah tidak punya kerabat lain beruntung dia memiliki teman-teman yang luar biasa baik padanya, membantunya selama prosesi pemakaman ibunya hingga kini.

Yoongi sendiri terduduk lemas di tempatnya, rasa lelah luar biasa di rasakannya sekarang setelah melewati hari yang dirasa sangat panjang. Kesedihan itu ada meski Yoongi tak lagi menangis, seburuk-buruknya ibunya, beliau tetaplah ibu kandungnya, jalinan kasih yang dulu tercipta tetap membekas dihatinya meski terus menyesali sikap buruk ibunya selama ini.

Sibuk dengan lamunannya, tanpa Yoongi sadari seorang lelaki baya masuk ke dalam ruang duka ibunya, menaruh setangkai bunga krisan putih di atas peti jenazah lalu kembali mundur beberapa langkah untuk mengucap salam perpisahan.

"Beristirahatlah dengan tenang Chaerin-ah..." suara setengah serak itu lah yang menarik perhatian Yoongi, tersadar dari lamunannya. Suara familiar yang begitu dikenalnya.

"Ayah!!!" pelan Yoongi memanggil menyadari siapa yang baru saja datang dan berdiri di depan peti jenazah ibunya, setelah sekian lama kenapa baru sekarang ayahnya muncul dihadapannya. Ingin rasanya Yoongi mengusir kehadiran ayahnya namun tubuhnya seolah kaku tak berdaya menunggu hingga ayahnya selesai berbicara dengan jenazah ibunya dan lalu berjalan mendekat ke arahnya. Berhenti tepat dihadapannya sebelum dengan lirih memanggil namanya.

"Yoongi... Anakku"

Dan setetes air mata tak mampu lagi di tahan olehnya membasahi pipi. Selain amarah rasa rindunya yang begitu besar membuatnya tak bergeming. Ayahnya yang sudah lama tak pernah di temuinya memanghil namanya seolah penuh kasih.

Dimana sama besar rindunya ayah Yoongi sudah tak tahan untuk tidak memeluk anaknya, anak perempuan semata wayangnya. Dipeluknya erat hingga rasanya tak ingin melepasnya lagi.

"Maafkan ayah Yoongi... Ayah benar-benar minta maaf"

Dan setelah itu mengalirlah cerita ayahnya yang ternyata selalu sayang dan peduli pada Yoongi, ibunya lah yang selalu melarang ayahnya untuk menemuinya lantaran keadaan ekonomi ayahnya yang susah. Dan Yoongi juga baru tahu kalau orang tuanya berpisah karena ibunya yang tahan hidup miskin bersama ayahnya. Itu lah sebabnya setelah bercerai ibunya sering kali berganti pasangan dan semua tipikal orang berduit. Entahlah Yoongi jadi berpikir haruskah dia senang ibunya telah tiada sekarang.

Cerita masa lalu ayah dan ibunya kian berlanjut hingga di ujung cerita ayahnya menyampaikan permintaan yang membuat Yoongi tak bisa menolak.

"Yoongi... Ikut lah bersama ayah. Meski tak sekaya yang ibumu harapkan, tapi kehidupan ayah di Daegu sudah lebih baik sekarang. Ayah punya kebun dan hasil panennya lebih dari cukup. Ayah ingin tinggal bersama Yoongi di sisa hidup ayah, sudah cukup selama ini ayah hidup berjauhan dengan Yoongi. Apa Yoongi mau?"






PURPLE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang