Satu

880 50 5
                                    


Malam itu, Yoongi kembali duduk didepan meja konter restoran mie kesukaannya sepulang kerja, menyantap dengan khitmat pesanannya ditemani soju favorit sebagai pelengkapnya sembari diabaikannya derap ricauan pengunjung lain diresto yang lumayan ramai.

"Sudah lama?" abai, sapaan itu telah Yoongi kira.

Pemuda itu duduk memangku tangan disamping Yoongi, dan angkatan bahu singkat Yoongi sebagai jawaban sapaannya.

"Paman pesananku samakan dengannya ya" seru pemuda itu pada pemilik resto yang sibuk berdiri dibalik meja konter didepannya menyiapkan sajian, sekiranya si pemilik toko sudah hafal dan mengenal dua pelanggan diahadapannya itu.

Dari sudut matanya, Yoongi menilik si pemuda, dia mengenalnya tentu, namanya Park Jimin, tetangga apartemennya yang beru saja pindah sekitar tiga bulan lalu.

Awal pertemuan mereka persis seperti sekarang keadaanya, Yoongi yang sedang asyik makan mie-nya, lalu si Jimin bergabung disebelahnya, saling bertukar pertanyaan-jawaban singkat satu sama lain, lalu berakhir di...

Ranjang, bukan salah lagi.



"Nnghh... Hah... Hah..." desahan Yoongi semakin tidak beraturan kala tempo gerakan Jimin semakin cepat, tepat mengenai titik sensitifnya, berulang kali hingga putih menjemputnya sembari tangannya mencakar hebat gambar tato transisi bulan yang terlukis indah di punggung gagah Jimin sebagai pelampiasan, hingga selang beberapa waktu geraman panjang Jimin menggema ditelinga Yoongi  bertanda bahwa Jimin juga telah sampai pada orgasmenya menyusul Yoongi, sekian malam yang mereka habiskan berdua berbagi kehangatan menuntaskan hasrat satu sama lain.


Mereka bukan sepasang kekasih apalagi pasangan yang sudah menikah, mereka hanyalah tetangga satu lantai apartemen, yang tidak sengaja bertemu saat makan malan diresto yang sama, yang kemudian sepakat untuk berbagi kehangatan di ranjang, tanpa ada ikatan hubungan apapun bahkan sebuah ikatan teman tidak tersemat diantara keduanya, mereka hanya tetangga.





*





Yoongi menghela nafas panjang, sekali lagi melihat jam tangannya, dia hampir terlambat bekerja, dan Jimin masih tertidur pulas diranjangnya, ya diranjangnya, ranjang Yoongi tentu saja. Dan Yoongi tidak akan membiarkan Jimin tidur di kamar apartemennya sedang dirinya tidak ada, maka dengan serampangan Yoongi menyibak selimut yang menutupi tubuh telanjang Jimin tanpa rasa canggung.

"Jimin... Ayolah bangun pemuda pemalas" titahnya sambil didudukkan badan berat Jimin susah payah, diraihnya pakaian Jamin yang berserakan di lantai untuk diletakkan di pangkuan Jimin.

"Ayo pakai bajumu, dan segeralah pindah ke apartmenmu, aku sudah hampir terlambat, bedebah sialan !!!" tangan Jimin ia tarik untuk lekas berdiri.

Dengan gumaman enggan dan kesadaran yang masih belum sepenuhnya Jimin memakai celana dan kaosnya sambil berjalan kearah pintu apartemen dengan dibantu tangan cekatan Yoongi yang tidak sabaran ingin lekas mengusir pemuda itu. Sesampainya diluar Yoongi lantas lari terbirit masuk kedalam Lift menuju loby bawah apartemen, dan Jimin yang ditinggalkan begitu saja dengan malas masuk ke bangunan sebelah apartemen Yoongi, apartemennya.

Memang seperti itu, setelah menghabiskan malam dengan sex penuh gairah, paginya akan kembali semula tanpa ada untaian cinta atau perasaan mendalam sesudahnya.





*





Singkat saja namanya Min Yoongi, wanita dewasa usianya hampir tiga puluh, bekerja sebagai akuntan senior di salah satu perusahaan ternama di Seoul, tinggal di sebuah apartemen yang tidak jauh dari tempatnya bekerja, tentu dengan gajinya yang lebih dari cukup bisa dibilang kehidupannya terbilang mapan, sesuai dengan apa yang ia cita-citakan selama ini.

PURPLE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang