Yoongi berjalan cukup jauh untuk dapat menemukan halte terdekat hingga setelah beberapa menit dia berhasil menaiki taxi yang kebetulan melintas, untunglah dia bisa sampai apartemen dengan selamat. Sepanjang jalan hanya amarah yang ada di benaknya, tak habis pikir bagaimana bisa Jimin meninggalkannya begitu saja di pinggir jalan, membuatnya bersusah payah untuk kembali pulang. Rencana untuk bertemu agen pernikahan pun ia batalkan seketika karena emosi.
Tapi setelah siang berganti sore, sore berganti malam tetap tak ada kabar apapun dari Jimin membuat amarahnya yang berapi-api perlahan meluap berubah menjadi rasa khawatir yang sangat besar, bukan lagi soal Jimin melainkan Jungkook yang Yoongi tahu sedang dalam keadaan kritis. Apa terjadi sesuatu yang buruk sampai Jimin tak memberinya kabar. Berulang kali ia coba mengirimi pesan pada Jimin setelah semua panggilannya yang selalu tak diangkat, namun tetap saja tak ada balasan. Membuatnya sepanjang malam tak bisa tidur nyenyak sampai esok pagi.
Jimin
21.03
Sudah sampai rumah sakit?21.47
Bagaima keadaan Jungkook?22.19
Semuanya baik-baik saja kan?23.32
Jimin???02.01
Tolong beri kabar jika terjadi sesuatu
Aku khawatir Jimin.*
Pagi harinnya dokter menyatakan bahwa Jungkook sudah berhasil melewati masa kritisnya, tapi masih belum sadarkan diri. Keadaan Jungkook tidak bisa di katakan baik, ada perban melilit di kepala begitu pula tangan kanannya, sedang tangan kirinya terpasang selang inpus, dan kaki kirinya bahkan perlu di gip karena patah tulang. Jimin menatap sedih melihatnya, masih setia menunggui meski kedua orang tua Jungkook sendiri sudah pulang ke rumah. Berpikir apakah keadaan Jungkook yang seperti ini akibat ia yang telah meninggalkan Jungkook demi Yoongi, entahlah rasanya cukup penat bila dipikirkan.
Jimin tak buta untuk tak melihat pesan-pesan Yoongi di ponselnya yang terlihat begitu khawatir, tapi ia sama sekali tak mampu membalasnya, rasa bersalah karena telah meninggalkan Yoongi begitu saja kemarin membuatnya tak siap menghadapi Yoongi bahkan hanya lewat panggilan telpon. Jimin tahu dia tidak seharusnya seperti ini, menjadi brengsek untuk Yoongi, tapi hatinya sendiri sedang kacau. Setiap kali melihat tubuh penuh luka Jungkook membuatnya semakin merasa bersalah, dia hanya ingin fokus pada Jungkook terlebih dulu sebelum nantinya siap menghadapi Yoongi.
Lama merenung membuat Jimin tak sadar pergerakan halus kelopak mata Jungkook, hingga gerakan lambat jemari Jungkook yang ia genggam barulah menyadarkannya bahwa Jungkook akan sadar.
"Jungkook... Jungkook...!!!" panggilnya berulang untuk menarik kesadaran Jungkook, hingga selang beberapa detik kelopak mata itu benar-benar terbuka.
"Jungkook... Kau sadar??? Tunggu sebentar ku panggilkan dokter"
Jungkook yang belum sepenuhnya sadar hanya menatap gamang langit-langit, tak menyadari siapa yang sudah memanggil-manggil namanya meski terasa familiar, perlahan mengingat apa yang sudah terjadi pada dirinya, hingga sayup ia dengar beberapa langkah datang mendekatinya untuk memastikan keadaannya.
*
Sudah dua hari dan masih belum ada kabar dari Jimin, membuatnya tak fokus dalam keseharian terutama saat bekerja. Bahkan ketika tadi pagi tak sengaja bertemu dengan ayah Jimin yang memberikannya senyuman hangat seolah mengatakan semua baik-baik saja pun tak mampu mengurangi kegelisahannya. Begitu juga Seokjin yang mengolok di sampingnya berkata dirinya di sapa calon mertua pun ia abaikan. Tapi tetap sebisa mungkin ia bersikap biasa agar sahabatnya itu tak curiga dan menanyainya hal-hal yang belum siap ia ceritakan.
Tapi nampaknya Yoongi melupakan bila selalu ada seseorang yang begitu peduli padanya hingga menyadari perubahan sikap Yoongi yang begitu resah.
"Kau baik-baik saja kak Yoongi?" itu Taehyung yang bertanya saat kebetulan mereka hanya berdua di dalam lift kantor.
"Apa..." bingung Yoongi.
"hm... Kau terlihat berantakan" lanjut Taehyung, membuat Yoongi langsung gelagapan mematut diri di dinding lift yang mengkilap untuk memastikan penampilannya.
Terdengar Taehyung kekehan tawa yang kembali mengalihkan perhatian Yoongi.
"Bukan penampilanmu kak Yoongi... Tapi sikapmu" tutur Taehyung memandang prihatin pada Yoongi "Apa ada masalah?"
Dan pada akhirnya Yoongi tak tahan lagi untuk tak berbagi rasa gelisahnya, tatapan simpatik Taehyung padanya terlihat begitu sangat bisa diandalkan saat ini.
"Teman Jimin kecelakaan dan sampai sekarang Jimin tak memberikan kabar... Aku sangat khawatir" keluhnya pada Taehyung yang justru mendapat reaksi kaget dari pemuda itu.
"Temannya Jimin? Apa Jungkook?" tanya Taehyung selanjutnya.
Yoongi sedikit bingung dengan reaksi Taehyung namun tak berkomentar lebih dan hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Iya... Kau mengenalnya juga?"
Belum sempat Taehyung menjawab, telpon Yoongi bersuara menginterupsi keduanya.
Awalnya memang Yoongi menanggapi panggilan telpon di ponselnya biasa saja, namun setelah beberapa saat mendengarkan wajahnya berubah memucat seolah sangat terkejut membuat Taehyung bertanya-tanya kenapa. Dan tak berselang berapa lama saat ponsel Yoongi masih melekat di telinganya, Yoongi roboh dalam dekapan Taehyung yang untungnya sigap. Yoongi tak sadarkan diri dengan ponselnya yang terjatuh ke lantai. Membuat Taehyung panik, seketika ia bawa tubuh Yoongi dalam gendongannya untuk segera dilarikan ke rumah sakit.
*
Entah berapa lama waktu berselang, saat Yoongi membuka mata yang ia dapati ialah langit-langit ruangan berwarna putih, bau khas obat-obat menyapa hidungnya membuatnya sadar bahwa ia tengah berada di rumah sakit. Belum sempat ia memikirkan bagaimana ia bisa berada di rumah sakit, suara Seokjin terdengar memanggilnya.
"Yoongi... Yoongi... Kau sadar?"
Perlahan Yoongi mulai memperhatikan sekitarnya, tubuhnya bergerak bangkit berusaha untuk duduk yang dengan sigap dibantu Seokjin. Dia melihat Seokjin yang terlihat sangat khawatir memandang dirinya, begitu pula Namjoon dan Taehyung yang berdiri di belakang Seokjin. Perlahan ia bisa mengingat perihal apa yang membuatnya tak sadarkan diri sebelumnya. Berita duka yang sama sekali tak Yoongi duga.
Merasa familiar dengan situasi seperti ini mengingatkan Yoongi akan kejadian terakhir kali ia berada di rumah sakit, membuatnya teringat akan seseorang yang saat itu siaga ketika dirinya sadar, seseorang yang beberapa hari ini menjadi pusat kekhawatirannya. Ia teringat Jimin yang saat ini tak berada disampingnya, Jimin yang sangat ia butuhkan di saat-saat seperti ini, Jimin yang ia rindukan, Jimin yang tak lagi bisa ia gapai.
Air mata Yoongi sudah tidak bisa di tahan lagi, luapan emosi tumpah ruah menjadi tangisan. Seokjin yang berada di sampingnya gelagapan langsung memeluk Yoongi merasa iba, pun dengan Namjoon dan Taehyung yang setia memperhatikan.
"Tidak apa-apa Yoongi... Semua akan baik-baik saja" bisik Seokjin selagi memeluk Yoongi.
Tapi Yoongi masih belum bisa berhenti menangis, rasa cemasnya beberapa hari ini di tambah berita duka yang baru di dapatnya membuatnya tak mampu lagi bertahan bersikap kuat, melepaskan sedikit beban dengan menangis dalam pelukan sahabatnya.
Hingga setelah beberapa saat Yoongi mampu menguasai perasaannya, dia berhasil berhenti menangis dan melepaskan pelukan Seokjin.
"Aku harus segera bersiap untuk pemakaman" lirih Yoongi.
End for chapt Thirteen
Jibangie
15 September 2022Next...
KAMU SEDANG MEMBACA
PURPLE [END]
RomanceMinYoon (GS) perjalanan menemukan cintanya Yoongi, cintanya Jimin dan kisah hidup mereka. Dari tetangga lalu jadi teman tidur. Benarkah tidak terjalin hubungan apapun diantara mereka?