Nyatanya Taehyung tak langsung pulang selesai kerja, ia masih duduk di halte dekat gedung kantornya, masih memikirkan Yoongi yang tertinggal di ruang kerjanya sendiri, melewatkan beberapa bus dengan tujuan alamat rumahnya. Haruskah ia kembali untuk sekedar memastikan keadaan Yoongi? Kenapa pula Yoongi menolak niat baiknya untuk menemani tadi? Harusnya ia tetap tinggal meski Yoongi menolaknya bukan? Hati Taehyung jadi tak tenang.
Masih larut dalam pemikirannya sendiri, Taehyung melihat sekelebat motor yang tak asing melintas dihadapannya, melaju kencang memasuki gedung kantornya. Dia ragu tapi juga yakin jika yang baru saja lewat itu, tidak lain dan bukan adalah Park Jimin, teman kampusnya. Jimin dengan motornya lah yang paling mudah di kenali saat di kampus. Tapi untuk apa Jimin menuju kesana? Ada apa?
Taehyung yang penasaran dan cemas langsung berlari, hendak menyusul Jimin.
Saat sampai di halaman gedung ia memandang sekitar, mencari-cari dimana sekiranya keberadaan Jimin. Namun tak menemukan juga, ia malah melihat mobil Yoongi yang ia kenali keluar dari arah pintu keluar baseman dengan Jimin yang mengendarai dan Yoongi yang terlihat tak sadarkan diri di sampingnya.
SIAL.
Cepat saja ia langsung berlari ke arah jalan raya, menghentikan taxi yang kebetulan lewat, berniat menyusul Yoongi dan Jimin. Khawatir.
*
Sadar tak sadar. Jimin serasa mengalami mimpi buruk. Pesan singkat dari Yoongi yang ia terima tak disangka berujung seperti ini, entah apa yang akan terjadi jika saja ia lengah tak membaca pesan itu dan tak sampai menolong Yoongi tepat waktu.
Brengsek, lelaki bajingan, sialan.
Berulang terus ia mengumpat dalam hati. Belum puas ia menghajar lelaki itu kalau saja bukan karena Yoongi yang sudah tak sadarkan diri dengan keadaan mengenaskan pasti bajingan itu sudah ia hajar habis-habisan. Ia ingat sempat mendengar suara lirih Yoongi memanggil namanya sebelum akhirnya tak sadarkan diri dan membuat Jimin kalang kabut, segera membawanya ke rumah sakit.
Kini Yoongi masih menjalani pemeriksaan di ruang UGD, Jimin yang menunggui benar-benar tak tenang. Sampai sang dokter keluar dari ruangan, ia bergegas langsung menghampiri.
"Bagaimana dok keadaannya?"
Dokter menghela nafas, membuat Jimin menunggu cemas.
"Pasien mengalami syok berat akibat kekerasan yang diterima, untung saja kandungannya masih terselamatkan" jelas sang dokter.
Tapi Jimin yang mendengar kurang bisa mencerna penjelasan dari dokter itu, mungkin karena masih panik, dia hanya diam termangu.
Dokter yang tak mendapati respon lain dari sang lawan bicara jadi bingung juga. Malah menduga hal yang tidak-tidak.
"Kalau begitu saya permisi... Lain kali jangan memaksakan kehendak, apalagi kekasih anda sedang hamil" dokter menepuk pelan sebelah pundaknya lalu berlalu pergi.
Sebelum Jimin bisa memahami ucapan dokter itu, sebuah bogem tinju melayang di sebelah pipinya keras hingga jatuh terhuyung.
"BRENGSEK!!! APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN PADA KAK YOONGI???" teriak seorang yang baru saja meninjunya itu yang ternyata Jimin kenali sebagai Taehyung. Kenapa juga pemuda itu bisa ada disini?
"Kalau tidak tahu masalahnya jangan asal meninju orang" balasnya sembari menegakkan tubuhnya yang sempat terhuyung. "Lagi pula ini rumah sakit, jangan membuat keributan"
Taehyung sudah sangat emosi atas penjelasan yang didengarnya dari dokter tadi. Tapi benar apa yang dikatakan Jimin, dia tidak bisa seenaknya bertingkah disini. Sudah sangat panik ia mengikuti Jimin dan Yoongi sampai rumah sakit, tapi yang ia dengar sungguh membuatnya kaget dan sangat marah, tapi benarkah Yoongi... Ah Taehyung jadi tidak tahu lagi harus berbuat apa, dia hanya menatap Jimin dengan tatapan membunuh, semakin kesal lalu bergegas pergi. Dia akan menjenguk dan memastikan keadaan Yoongi lain waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PURPLE [END]
RomanceMinYoon (GS) perjalanan menemukan cintanya Yoongi, cintanya Jimin dan kisah hidup mereka. Dari tetangga lalu jadi teman tidur. Benarkah tidak terjalin hubungan apapun diantara mereka?