Duabelas

278 35 6
                                    


Setelah perbincangan malam lalu dengan Jimin hari Yoongi terasa lebih ringan, di kepalanya sudah tidak lagi tertimbun banyak pertanyaan negatif, meski rasanya sulit di percaya tapi dia ingin meyakini Jimin dan juga perasaannya, Jimin yang mencintainya begitu pun dirinya.

Hari-harinya berjalan normal dan lebih bahagia, apalagi hubungan romansanya. Jimin sering menginap entah hanya untuk tidur bersamanya, tidur dalam artian yang benar-benar tidur, dengan saling berpelukan hangat sembari berbagi cerita menjelang tidur, atau pernah beberapa kali kelepasan melakukan sex karena tak sanggup lagi menahan dorongan nafsu yang tak bisa jauh dari keduanya, tapi tentu dalam batas aman meninggat kondisi Yoongi. 

Meski begitu lain cerita bila mereka sudah berada di kantor, mereka berdua sepakat menjalin hubungan rahasia demi menghindari gosip. Yoongi dan Jimin akan bersikap biasa dan profesional saat tak sengaja bertemu meskipun tak sering juga karena Jimin yang sangat sibuk.

Sebenarnya Jimin sudah memintanya untuk berhenti bekerja saja, tapi Yoongi yang tak mau, katanya nanti saja bila tiba  saatnya melahirkan, dan lagi-lagi Jimin tak bisa menang beradu argumen, Yoongi yang keras kepala meyakini bahwa ia masih mampu bekerja dan tak ingin bergantung pada Jimin.

Atau mungkin tidak sepenuhnya rahasia, karena ada beberapa yang tahu selain Presdir perusahaan yaitu ayah Jimin, Seokjin sahabatnya, Namjoon dan juga Taehyung pun tahu. Itu juga karena rasa keingintahuan Seokjin yang luar biasa besar.

"Jujur saja ini bukan cincin biasa bukan?' tanya Seokjin memaksa tiba-tiba menarik tangannya kala itu saat sedang bekerja.

Yoongi ingin mengelak, tapi melihat bagaimana piawai Seokjin sepertinya percuma. Akhirnya dengan suara pelan di berbisik di telinga Seokjin.

"Iya... Jimin melamarku"

Dan bisa di perkirakan bagaimana reaksi Seokjin, tapi karena Yoongi yang sudah hafal, segera ia bungkam mulut Seokjin sebelum berteriak histeris, gila saja di ruangan kerja  mereka itu cukup ada banyak pegawai, Yoongi tak mau ambil resiko terjadi kehebohan karena Seokjin.

"Jangan ribut, aku tidak ingin yang lain tahu" bisik Yoongi lagi, yang untungnya segera dipahami Seokjin dengan anggukan. Tapi Seokjin yang penasaran masih kurang cukup informasi.

"Bagaimana bisa? Katamu tidak ingin berkomitmen?" tanya Seokjin berbisik takut di bungkam lagi oleh Yoongi.

Yoongi menghela nafas. Sebenarnya sudah lama juga ia ingin berbagi dengan sahabatnya ini, baginya sahabatnya perlu tahu kabar bahagia miliknya. Lantas di raihnya tangan Seokjin untuk di letakkan di atas perutnya. Dan dalam hitungan detik Yoongi tahu Seokjin paham, kali ini tak perlu Yoongi bungkam karena Seokjin melakukannya sendiri, menurup mulut dengan tangannya sendiri karena terlalu terkejut.

"Really... Yoongi?"

Yoongi hanya mengangguk mengiyakan.

"Oh Yoongi... I'm really happy for you" sambungnya lantas memeluk Yoongi haru.

Dan cerita selanjutnya sudah tertebak, Seokjin yang bermulut besar tak tahan menceritakan pada Namjoon dan juga Taehyung yang sebenarnya Taehyung lebih dulu tahu. Tapi untunglah mereka bertiga pengertian dan mau menyimpan rahasia untuk mereka saja.

Dan untuk rencana pernikahan, Yoongi dan Jimin diam-diam tengah mempersiapkan, seperti saat ini mereka hendak pergi untuk bertemu agen penata pernikahan.

Jimin sudah menjemput Yoongi seperti biasa, tapi tidak langsung pergi, Jimin justru menahan Yoongi lebih lama dengan menciumnya panas, Yoongi sampai dibuat kewalahan, ingin berontak namun berakhir menikmati dan ikut larut dalam ciuman panjang Jimin.

Baru setelah selesai, dengan nafas tersengal Jimin tersenyum berujar "Maaf... Sudah rindu berat soalnya" lantas beralih pada kemudi mobil untuk melakukan mobil ke tempat tujuan, mengabaikan wajah Yoongi sudah sangat memerah, selain kehabisan nafas setelah berciuman juga karena tersipu.






*



Namun siapa sangka badai datang tanpa memberikan pertanda, cuaca yang sangat cerah sebelumnya seolah hanya mengecoh, tapi disini bukan dalam artian badai cuaca yang sebenarnya, melainkan badai dalam hidup Yoongi, lebih tepatnya dalam hubungannya dengan Jimin.

Dalam perjalanan menuju lokasi bertemu agen penata pernikahan, Jimin menerima panggilan telpon yang sangat genting. Wajahnya yang semula berseri berubah jadi masam saat menjawab panggilan telpon tersebut, dalam hati Yoongi sudah berfirasat buruk.

Dan benar saja... Segera setelah Jimin mengakhiri sambungan telpon ia bergegas menepikan mobil.

"Maaf Yoongi... Aku harus segera pergi, Jungkook kritis, dia kecelakaan,  kamu bisa naik taxi untuk pergi menemui agen pernikahan itu atau langsung pulang, terserah padamu" ujar Jimin terlihat kalut, Yoongi yang melihat jadi ikut panik.

"Aku ikut denganmu saja..."

"Tidak Yoongi..." sela Jimin sebelum Yoongi berbicara.

"Jungkook tidak akan senang melihatku bersamaku, aku tidak ingin dia semakin terluka dalam keadaan seperti itu" sambungnya sembari membukakan pintu mobil di sebelah Yoongi tanpa keluar lebih dulu dari mobil.

Yoongi yang linglung hanya bisa menurut, turun keluar dari mobil Jimin yang lalu melajukan mobilnya dengan terburu, berlalu meninggalkan Yoongi di pinggir jalan entah berantah.

Yoongi masih berdiri terkejut di tempatnya melihat Jimin yang dengan tega meninggalkan dirinya begitu saja. Bergerak melihat kanan-kiri memastikan dirinya berada sekarang, di pinggir jalan di jalanan yang cukup sepi. Belum ada mobil yang melintas, mungkin juga tak akan ada taxi lewat, sepertinya dia harus berjalan sedikit lebih jauh untuk menemukan halte terdekat, tidak berminat menelpon siapapun untuk memanggil bantuan saat ini, tak mau mengambil resiko siapapun melihat keadaannya yang kacau seperti ini.









*







Jimin berlari kesetanan begitu tiba di rumah sakit, bergegas mencari ruangan dimana Jungkook di rawat. Dan begitu menemukan, ia di sambut haru oleh ke dua orang tua Jungkook. Ibu Jungkook bahkan langsung memeluknnya erat.

"Jimin... Jungkook..." ibu Jungkook menangis tak sanggup berbicara.

"Bagaimana keadaan Jungkook bibi?"

"Masih dalam masa kritis, dokter bilang kita harus menunggunya sampai sadar" jelas ayah Jungkook.

"Bagaimana bisa paman? Apa yang terjadi?" 

"Jungkook terjatuh saat mendaki gunung Jimin" jelas ayah Jungkook membuat Jimin tak menyangka, sejak kapan Jungkook suka mendaki gunung, apa sejak dirinya meninggalkan Jungkook?

"Dimana kamu Jimin... Seharusnya kamu temani Jungkook... Biasanya kalian bersama... Harusnya kamu jaga Jungkook..." tangis ibu Jungkook meraung-raung memukuli dada Jimin, yang kemudian segera di lerai ayah Jungkook.

Jimin sudah tidak lagi bisa berkata-kata, merasa bersalah dan takut jadi satu. Bagaimana kalau terjadi hal buruk pada Jungkook. 

"Saya ingin menemui Jungkook paman"

Ayah Jungkook menggeleng "Dokter belum mengijinkan... Jungkook masih dalam observasi"

Jimin seketika lemas, sebegitu parah kah keadaan Jungkook? Kenapa bisa sampai seperti ini?

Jimin begitu kalut dan khawatir hingga lupa bahwa ada seseorang jauh disana yang perlu ia kabari, yang menunggunya juga penuh khawatir.










End for Chapt Twelve



















10 September 2022
Jibangie

Double up tengah malam....

PURPLE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang