BAB II (IDENTITAS)

910 36 5
                                    


Pagi harinya Laura pun bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan.

"Kau sudah bangun? Selamat pagi" sapa Laura dengan senyum manisnya.

"Hm, pagi"Jawab Darren singkat.

"Hari ini aku akan pergi bekerja kau bisa tinggal disini sampai kau benar-benar pulih dan jika kau bosan kau bisa menonton televisi" kata Laura, "Kau bekerja?" Tanya Darren.

"Ya aku kuliah sambil bekerja, aku mahasiswi semester akhir, aku juga mengambil pekerjaan paruh waktu untuk menghidupi kebutuhan ku" Jawab Laura.

"Kau tinggal sendirian? Dimana orang tua mu?" Tanya Darren

"Aku tinggal sendiri, ibuku sudah meninggal saat aku berusia sepuluh tahun, ayahku bekerja di luar kota dan kakakku sudah menikah dan tinggal bersama istrinya" jawab Laura.

"Lalu apa ayah dan kakak mu tidak pernah mengunjungimu?" Darren kembali mengajukan pertanyaan.

"Kadang sebulan sekali mereka datang menjengukku, dan ayahku juga masih suka mengirimiku uang setiap bulannya" Jawab Laura, Darren pun berohria.

"Makanannya sudah siap mari kita sarapan", ajak Laura dan hanya dibalas anggukan oleh Darren.

"Oh iya bagaimana luka mu apa masih sakit?" Tanya Laura, "Masih, tapi tidak separah kemarin" jawab Darren.

"Oh syukurlah kalau begitu, ngomong-ngomong apa yang terjadi padamu kenapa kau tiba-tiba terluka seperti itu?" Tanya Laura.

"Ayo kita sarapan kau bilang ingin bekerja kan, nanti kau kesiangan" kata Darren seolah mengalihkan pembicaraan.

Laura yang kurang puas dengan perkataan Darren pun mengerutkan bibirnya dan terpaksa harus mulai memakan sarapannya mengingat ia juga harus bekerja.

Setelah selesai sarapan Laura pun langsung berangkat menuju tempat kerjanya.

''Aku akan berangkat bekerja, kau bisa menungguku, ingat jangan banyak bergerak ya, aku akan pulang pukul lima sore" kata Laura sambil memakai sepatunya dan Darren pun hanya bisa mengangguk sambil berdiri di belakang gadis itu.

"Aku berangkat, hati-hati di rumah ya jangan bukakan pintu untuk orang asing, kau mengerti?" Kata Laura,

"Hm, baiklah aku mengerti" Jawab Darren.
Laura pun melangkahkan kakinya keluar pintu.

Setelah punggung gadis itu tidak terlihat dibalik pintu, Darren pun kembali ke ruang televisi dan duduk di sofa hingga ia mengingat satu hal,
"Dimana ponsel ku?" Kata Darren mengingat ia tidak melihat ponselnya semenjak menginjakkan kaki nya di apartemen ini. Ia pun mencari benda pipih itu di seluruh penjuru ruangan sampai akhirnya ia menemukan benda yang ia cari di dekat televisi. Ia pun langsung mengambil ponselnya dan mulai menekan tombol nomor untuk menghubungi seseorang.

"Halo, Daniel" Kata Darren.

"Halo, kau dimana apa kau baik-baik saja? Kau terluka?" jawab orang bernama Daniel itu.

"Ya, ah sebenarnya tidak, aku terluka, tapi tidak terlalu parah hanya tergores saja dan beruntung aku ditolong oleh seorang gadis yang kebetulan lewat dan gadis itu membawaku ke apartemen nya dan mengobati lukaku" jawab Darren menjelaskan situasi.

"Seorang gadis?" Tanya Daniel.

"Ya" kata Darren.

"Lalu dimana posisi mu sekarang,biar aku menjemputmu " kata Daniel.

"Entahlah aku juga tidak tahu dimana posisi ku sekarang, aku akan menyuruh anak buah ku untuk menjemput ku, aku akan mengirimkan lokasi ku" jawab Darren.

"Baiklah kalau begitu, apa gadis itu mengetahui identitas mu?" tanya Daniel.

"Jangan khawatir, dia tidak tahu identitas ku sama sekali" jawab Darren

"ya sudah ku tutup telefon nya ya,oh iya bagaimana keadaan Annie, apa dia baik-baik saja?" sambungnya.

"Yasudah kalau begitu, tenang saja aku sudah menjaga nya dengan baik kalau begitu sampai jumpa" jawab Daniel.

"Hm" jawab Darren sembari mematikan ponselnya.













Sementara itu di sebuah cafe yang baru buka Laura pun melangkahkan kakinya ke dalam cafe tersebut.

"Laura, tumben sekali kau datang jam segini tidak seperti biasanya, ada apa denganmu?" Tanya seorang gadis bernama Jasmine.
"Maaf aku bangun kesiangan hehe" jawab Laura sambil menggaruk tengkuknya.

"Yasudah cepatlah bersiap sebentar lagi pelanggan pasti akan berdatangan" kata Jasmine.

"Iya" jawab Laura.

.
.
.
.
.

"BRENGSEK APA KALIAN TIDAK BISA BEKERJA DENGAN BENAR HAH?! HARUSNYA KALIAN MEMBUNUHNYA" Kata seorang pria.

"Maaf tuan kami hampir membunuhnya, tapi saat kami hampir mengalahkannya ada seseorang yang lewat tuan jadi kami harus mundur" jawab anak buahnya.

Buagh

Satu pukulan mengenai rahang salah satu anak buahnya. Pria itu pun menarik kerah anak buahnya.

"Aku memberimu kesempatan untuk membunuhnya dan kalau sampai satu Minggu kau tidak bisa membunuhnya juga maka kau yang akan ku bunuh mengerti?", Kata pria itu dengan nada yang menyeramkan, Kemudian pria itu melepaskan cengkraman nya dari kerah anak buahnya.

"KELUAR DARI RUANGAN KU" kata pria itu.

"Sudahlah Jason kau tidak perlu terlalu keras pada anak buah mu" kata seorang pria yang merupakan rekan dari pria bernama Jason tersebut.

"Diam Kai aku tidak bicara padamu" jawab Jason.

"Ayolah kawan kau seharusnya bersantai sekarang sambil memikirkan rencana selanjutnya bukannya marah-marah seperti itu" Kata Kai sambil meneguk wine nya.

"Aku tidak akan bersantai sebelum aku menghancurkan keluarga Handerson, selama mereka masih hidup dengan damai aku tidak akan tinggal diam" kata Jason dan kemudian ia pun langsung pergi dari ruangannya.

"Huh dasar pemarah" kata Kai sambil kembali meneguk wine nya.

TBC

SWEET BUT MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang