BAB XXII (FLASHBACK 2)

119 5 0
                                    

kupu kupu berterbangan, di kala sinar senja mewarnai alam. Terdengar riuh tawa kedua anak kecil yang tengah bahagia, bumi berasa begitu sempurna dengan menyebarkan semarbuk wangi bunga mawar. Di kelilingi oleh pepohonan, jua ditemani oleh indahnya awan.

diatas permukaan tanah kaki keduanya berpijak dan berlari, mengejar satu sama lain demi menghiasi. Berlari dan berteriak senang seakan dunia hanya berputar untuk bahagia. Keduanya begitu tampak lucu juga bahagia, perempuan kecil dengan rambut yang menari ke kanan dan ke kiri itu mengejar anak laki laki yang kini berteriak takut.

"Jena, aku takut pada laba laba jelek itu tolong buang." Teriak Darren

Jena yang mendengar itu malah semakin tertawa senang, "hei anak nakal seperti mu, ternyata takut pada serangga kecil seperti ini? Lemah sekali." Ledek Jena dan melemparkannya ke arah Darren.

Lemparan itu tepat sasaran dan mendarat di telapak tangan Darren, Darren berteriak ketakutan sedangkan Jena tertawa bahagia.

Tawa dan bahagia itu terhenti tak kala tangan seseorang menampar pipi jena, tidak kencang juga tidak pelan.

"Kau tidak bisa bermain main dengan kelemahan ataupun rasa takut seseorang, jangan pernah tunjukkan waja didepan anak ku lagi." Ucap ibu Darren.
Pukulannya tidak kencang, tapi entah kenapa hidung Jena mengeluarkan darah. Darren yang melihat itu pun dengan sembunyi sembunyi memberikan sebuah sapu tangan. Dengan senyuman yang terpatri Darren meminta maaf kepada Jena.

_____
_____

12 tahun kemudian

Jena saat ini sedang berkutat di dapurnya, saat ini ia sedang membuat makanan kesukaan Darren, ya dia rela bangun lebih awal hanya untuk membuatkan makanan untung sang pujaan hati.

Ya Jena memang sangat menyukai Darren, atau bahkan sangat mencintai pria bermarga Handerson itu, meskipun kedua pihak keluarga menentang kedekatan keduanya namun Jena tidak memperdulikan itu. Perasaannya saat masih anak-anak sampai saat ini masih sama. Meskipun ia tahu bahwa Darren tidak memiliki perasaan apapun padanya bahkan secara terang-terangan pria itu bilang bahwa dia hanya menganggap Jena sebagai seorang adik dan tidak lebih.

"Nah, sudah siap apa Darren akan menyukainya? " monolog sang gadis dengan senyuman yang tidak luntur dari wajah manisnya.

_____
_____

"Darren ini untukmu. " ucap Jena sambil menyodorkan kotak makan siang di tangannya.

Darren yang sedang membaca buku pun menoleh tak minat pada kotak bekal itu.

"Aku tidak lapar." jawab Darren sambil kembali membaca bukunya.

"Tapi Darren aku sudah membuat ini susah payah, kau tahu aku bahkan sampai rela bangun pagi hanya untuk membuatkanmu ini. " ucap gadis itu.

"Ini ambilah kumohon Darren lagipula kau pasti belum makan kan? "lanjutnya.

"Sudah kubilang aku tidak lapar, kau tidak dengar hah?!" ucap Darren dengan meninggikan suaranya dan itu cukup membuat Jena tersentak.

"Tapi aku sudah-"

"Aku tidak peduli dengan kepedulianmu terhadapku, tidakah kau mengerti posisi kita Jena, mau sampai kapan kau terus mendekatiku seperti ini ?!" ucap Darren yang kemudian bangkit dari duduknya.

"Enyahlah, dan bawa makanan sampah itu aku tidak mau memakannya. " ucap Darren yang kemudian pergi meninggalkan Jena.

Usai kepergian Darren, Jena masih terdiam tidak percaya dengan apa yang terjadi barusan.

"Tidak itu bukan Darren, dia bukan Darren yang ku kenal. "

Selama ia bersahabat dengan Darren, pria itu tidak pernah sedikitpun meninggikan suaranya apalagi sampai membentaknya seperti barusan, ini pertama kalinya Darren membentaknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 08, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SWEET BUT MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang