13

18.2K 1.4K 14
                                        

Siapa yang bilang jika cinta akan pudar seiring berjalannya waktu? Disaat tidak bertemu perasaan itu memudar? Aku tidak merasakan itu, meskipun setelah bertahun-tahun tidak bertemu. Perasaan ini masih sama. Tidak berubah.

Atau hanya memang aku saja yang bodoh? Mencintai laki-laki itu terlalu dalam? Sehingga aku tidak mampu melupakannya entah dulu atau sekarang?

Seharusnya aku sudah memulai kehidupan cinta yang baru, harusnya itu yang orang-orang katakan. Mereka juga mengatakan untuk mencari cintaku yang baru dan hidup bahagia. Aku tau, akupun ingin.

Aku juga tidak ingin terjebak di dalam cinta masa lalu yang sudah aku tau tidak ada masa depannya. Cinta tanpa balasan. Tapi, semua itu sangat mudah diucapkan. Untukku yang melakukan itu sangat sulit.

Setiap kali aku ingin membuka hatiku, bayangan Rega selalu menjadi titik standard untukku. Memang aku tidak akan bisa menemukan laki-laki yang sama persis dengan Rega, aku tau. Tapi, begitu kenyataannya.

Perasaan yang tidak pernah pudar menjadikanku sulit menerima laki-laki lain karena aku selalu membandingkan mereka dengan Rega. Padahal aku tau, aku dan Rega tidak pernah memiliki hubungan spesial selain aku menemaninya disaat dia patah hati tentunya. Aku juga tau, aku hanya selingan kecil saja untuknya tapi sosok Rega untukku itu sangat membekas. Herannya, kenapa aku bisa seperti itu?

Berada di dekatnya itu adalah hal yang tidak baik untuk hatiku. Buktinya duduk selama kurang lebih 2 jam di pesawat membuat hatiku tak menentu. Membuat reaksi tubuhku berlebihan. Aku tidak suka itu.

Tapi aku harus bisa professional kan? Rega disini untuk Deva, bukan untukku. Aku harus bisa mengontrol semua perasaan ini.

Sesampainya di Changi Airport dan melewati imigrasi, Rega mengajak kami langsung keluar bandara menggunakan MRT. Rega menjelaskan pelan untuk Deva cara menggunakan MRT. Tau gitu, aku tidak usah repot-repot belajar kemarin.

Deva terlihat sangat senang, meskipun Deva masih memanggil Rega dengan sebutan "om", tetapi itu tidak menjadi masalah untuk Rega. Nyatanya mereka sudah sangat akrab meninggalkanku sendiri di belakang melihat mereka.

"Hotelnya dimana?" Tanya Rega padaku.

"Oh.. Sebentar.." Ucapku sambil mengeluarkan booking-an di ponselku. "Daerah Bugis."

Rega mengangguk.

"Kamu udah pesen hotel?"

Rega menggeleng.

"Loh?"

"Gampang."

Aku berdecak. Rega itu suka sekali menggampangkan sesuatu.

Rega menarik koper yang aku pegang, tetapi membiarkan Deva menyeret kopernya sendiri. membuatku mengerutkan kening. Sumpah, aku nggak butuh tindakan kecil yang seperti ini. Karena aku bisa langsung meleyot kaya jeli dibuatnya. Liburan kali ini adalah hal terburuk yang pernah aku lalui sepanjang perjalanan untuk melupakan Rega.

Aku memutarkan bola mataku, perjalanan melupakan Rega itu tidak pernah aku lakukan. Kenapa sih hati dan otakku tidak pernah sejalan?

Rega membuka pintu lobby hotel untuk kami berdua. Ia menahan pintu sampai aku dan Deva masuk. Aku membuka ponsel dan memberikan kode pesananku pada reception.

"Can you change our room become 3 persons?" ucap Rega tiba-tiba.

"Yes, sure. But let me check the available room for you."

Aku melihat kearah Rega sambil mengerutkan kening, "Katanya gampang?"

"Iya, ini gampang. Tinggal ganti room kamu aja jadi bertiga. Beres."

Hah? Gimana? Gimana?

"This is the room's card. 3 person with 1 queen bed and 1 single bed. Is it ok?" Ucap wanita muda di hadapan kami.

"Yes, sure. Thankyou."

Rega langsung menyeret koper tersebut diikuti dengan Deva menyisakan aku yang masih belum sadar sepenuhnya. Ini kami akan tidur bertiga banget? Liburan bareng aja udah bikin aku berkali-kali gagal move on. Kenapa cobaanMu begitu sulit dilalui, Tuhan. Ucapku dalam hati.

Aku tidak memilih hotel mahal berbintang terkenal, aku hanya memesan kamar hotel biasa yang bisa aku gapai tentunya. Jauh dari kata mewah. Aku melihat kamar di hadapanku. Semua sangat sempit rasanya ketika ada Rega di ruangan ini.

"Kamu nggak mau pesen kamar lain aja? Nggak sempit?" Tanyaku. "Atau kamu bisa pindah hotel kalau kamu nggak nyaman."

Ini Rega bisa pesen kamar sendiri kenapa dia ide pilih kamar bertiga ya?

"Aku nyaman." Ucap Rega, "Kamu nyaman, Va?"

"Nyaman." Jawab Deva.

"Kami nyaman, kamu nggak nyaman?"

Aku Cuma bisa mengedipkan mata dan melihat sekeliling. Menghindari tatapan Rega untukku dan harusnya aku menjawab "Iya aku nggak nyaman" kan? Nyatanya aku malah menjawab, "Yaudah kalau kamu nyaman."

Membuatku harus mengutuk diri sendiri. Kenapa aku begitu bodoh?

Rega sudah masuk ke dalam kamar mandi, ia bilang badannya sudah lengket dan ijin untuk menggunakan kamar mandi lebih dahulu.

"Kamu kenapa bilang nyaman sama Papa Rega?" Tanyaku langsung pada Deva.

"Aku emang nyaman. Kenapa? Mama nggak nyaman?" tanya Deva, "Kalau nggak nyaman, kenapa bilang nyaman?" tanyanya lagi padaku.

"Biasa aja."

"Bohong."

"Nggak."

"Bohong."

"Ih.."

"Buktinya kaki Mama goyang-goyang. Kalo kaki Mama goyang-goyang biasanya lagi bohong."

Rega keluar dari kamar mandi, Deva langsung bangkit dan bergantian dengan Rega.

"Kenapa?" Tanya Rega.

"Hah? Nggak. Cuma tanya nanti mau makan apa."

"Oh, ke Chinatown aja nanti. Disana banyak makanan kalau malem. Besok mau kemana?"

"Besok Cuma mau ke Marina sama Garden by The Bay aja. Kamu ada destinasi?"

"Ada. Sekalian ke Science Museum aja. Udah disana."

"Aku ikut aja."

"Bukannya udah ada jadwal kata Deva?"

"Oh iya memang. Tapi kalau ada yang lebih menarik boleh juga." Ucapku, "Kamu kan udah pernah ke sini maksudnya. Siapa tau ada tempat lebih bagus."

"Singapore nggak banyak tempat yang baru. Biasanya ya yang iconic aja."

Aku mengangguk, mengiyakan saja. Meskipun aku sudah memiliki destinasi untuk dikunjungi, tetapi mengikuti Rega yang sudah pernah ke sini lebih baik kan? Jadi, Rega bisa memperhitungkan waktu yang akan dihabiskan.

"Kamu udah pesen 4 malam?"

Aku mengangguk, "Kenapa?"

"Nggak. Cuma tanya aja."

Baru kali ini, aku menginginkan 5 hari berjalan begitu cepat. Aku takut pertahananku untuk move on gagal dan aku selalu terperangkap dengan perasaan ini. 

Hanya Tentang Waktu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang