16

16.6K 1.5K 34
                                    

Semua sudah Kembali seperti semula. Liburan sudah berlalu, sudah saatnya Kembali ke aktivitas seperti sebelumnya dan menjalankan move on sepenuhnya. Waktu terus berjalan dan akhir tahun akan segera datang. Tau kan maksudnya? Yep, Rega akan segera menikah.

Kira-kira alasan apa ya yang bisa aku gunakan untuk tidak datang ke pernikahan mereka?

Fokus Inka, fokus.

Braaaaaakkkk....

Kejadian itu begitu cepat, nyatanya ketidak fokusanku mengakibatkan aku juga tidak bisa berhati-hati ketika menyeberang.

Aku jatuh di pinggir jalan dengan tangan dan kaki berlumur darah. Semua orang sudah mengerubungiku untuk membantu atau hanya untuk melihat saja. Tetapi, pemilik mobil yang menabrakku langsung membawaku ke rumah sakit terdekat.

Bau obat-obatan, suster dan dokter berlalu lalang, suara tangis dan lainnya berkumpul jadi satu.

"Saya minta maaf nggak nyetir dengan baik." Ucap laki-laki paruh baya tersebut.

"Nggak apa, Pak. Saya juga nggak hati-hati."

Saat ini suster dan dokter sedang mengobatiku, aku harus menerima beberapa jahitan di tanganku.

"Ini boleh dirawat dulu aja, sekalian sore kita CT Scan untuk cek keseluruhan. Kalau luka luar hanya jahitan di tangan dan di kaki. Kalau memang hasil CT Scannya bagus, besok sudah boleh pulang." Dokter menjelaskan hasilku.

Aku melihat wajah bapak tersebut khawatir. Mungkin bapak ini hanya supir dan khawatir dengan biaya karena aku diharuskan untuk dirawat.

"Pak, nggak apa. Saya punya asuransi kok. Saya minta tolong aja, bapak ambilkan tas saya di situ." Ucapku sambil menunjuk tas yang ada di sebelah bapak tersebut.

"Bener, Non?"

"Iya, Pak. Saya juga salah soalnya ngelamun. Saya minta tolong bapak kasih kartu asuransi saya aja ke administrasi ya?"

Bapak itu mengangguk lalu langsung meninggalkanku menuju ke administrasi. Aku langsung mengambil ponsel untuk menelpon kantor mengabarkan aku kecelakaan, menelpon sekolah Deva tentunya dan menelpon Ibu.

Ini masih pagi, aku baru saja mau berangkat ke kantor tetapi ada-ada saja yang terjadi. Jika Ibu bisa langsung jalan dari Jakarta harusnya sesuai dengan jam pulang sekolah Deva.

Aku menempelkan ponselku di telinga.

"Halo, Bu? Ibu sibuk nggak hari ini?"

"Halo, Ka. Nggak. Ibu Cuma mau nemenin Nyonya Ratna ke toko bunga. Ada apa, Ka?"

"Oh, nggak. Aku mau minta tolong, Bu."

"Ada apa?"

"Inka habis kecelakaan, nggak parah tapi dokter mau minta aku CT Scan dulu dan besok baru bisa pulang. Mau minta tolong, Ibu bisa ke Bandung nggak? Harusnya kalau Ibu berangkat sekarang naik kereta, nanti sorean udah sampe. Biar bisa nemenin Deva di rumah, Bu."

"Kamu kecelakaan? Baik-baik, Ibu akan ke sana ya. Ibu siap-siap dulu. Kamu di rumah sakit mana?"

Setelah itu suara panik Ibu terdengar jelas sekali. Membuatku sedikit menyesal menghubungi Ibu. Tetapi, aku tidak punya pilihan. Aku tidak akan tenang jika Deva sendiri di rumah nanti malam. Setidaknya jika ada Ibu, Deva tidak sendiri.

Sepertinya aku tidak lama baru tertidur ketika dipindahkan ke ruanganku sendiri, pintu ruang rawatku terbuka.

Aku melihat Rega yang mendekat kearahku. "Eh, kok disini?" tanyaku.

"Terus kamu maunya aku dimana?"

"Nggak, kamu tau dari mana?"

"Deva."

Hanya Tentang Waktu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang