Aku pikir Rega akan menyewa apartemen hanya untuk tiga sampai satu minggu paling lama. Nyatanya laki-laki ini menyewa apartemen yang cukup mewah ini selama satu tahun. Ditambah kata Deva, jika Deva suka bisa saja Rega membelinya. Membuatku semakin tidak mengerti dengan dua orang ini.
Apa yang terjadi sih? Bermula dari Rega berada disini tiba-tiba, Deva memanggil Rega dengan sebutan Papa, lalu Rega yang berniat membeli apartemen.
Wajah Rega masih tidak bersahabat, bahkan aku serasa patung ketika sampai di apartemen dan Rega mengajak Deva melihat-lihat. For your information, apartemen ini sudah full furnish. Rega hanya tinggal membawa baju saja seperti yang ia suruh pada Deva.
Rega hanya mengajak kami turun ke supermarket untuk membeli peralatan mandi saja seperti sabun dan shampoo. Membuatku geleng-geleng kepala. Mereka belum dekat saja sudah berkomplotan membuat kepalaku sakit apalagi mereka nanti semakin dekat?
"Kok Deva bisa panggil Papa tiba-tiba?" tanyaku pada Deva ketika ia sudah berbaring bersiap tidur. Tidak peduli dimanapun, ketika sudah jam tidurnya, Deva akan selalu disiplin dengan waktu tidurnya.
"Aku nggak suka mereka ngomong gitu ke Mama. Aku langsung kirim pesan ke Papa."
"Karena itu?"
Deva menggeleng, ia tidak menjawab lagi. Langsung memejamkan matanya saja. Membuatku semakin penasaran ada apa dengan Deva?
Aku tidak akan menginap disini, nanti aku akan pulang. Hanya mengikuti mereka kesini dan setelah itu kembali ke tempat dimana memang seharusnya aku berasa. Menginap lagi itu sama saja seperti memancing di kolam yang berbeda tetapi hasilnya akan sama. Sama-sama digosipkan. Mereka tidak akan peduli kami tidak berbuat apapun, selama kami berada di satu ruangan yang sama. Mereka akan menganggap kami berbuat yang tidak-tidak.
Aku menutup pintu kamar perlahan, melihat ke ruang tamu dimana Rega sedang duduk. Tunggu, Rega minum? Rega memegang gelas berisi cairan berwarna ungu tua.
"Kamu bawa wine?" tanyaku duduk di hadapannya. Rega langsung menuangkan sedikit ke gelas dan memberikannya padaku.
Awalnya aku ingin menolak, tetapi ada rasa ingin mencoba rasa wine itu seperti apa. Maklum saja, aku tidak pernah nakal untuk sekedar mencoba alkohol dan tidak memiliki kesempatan untuk mencobanya. Tetapi, sekali nakal aku menciptakan jiwa baru. Aku menggelengkan kepala dan tersenyum.
"Kenapa?" tanya Rega.
Aku menggeleng lagi, "Nggak. Aku dari dulu mau coba minum tapi nggak punya kesempatan untuk minum. Tapi, sekali nakal langsung punya anak." Gurauku.
Aku melihat bibir Rega terangkat sedikit.
"Ngomong-ngomong, kok kamu ada disini?" tanyaku.
Rega meneguk cairan tersebut, membuatku mengikutinya. Rasanya aneh, campuran asam dan pahit yang tidak biasa di lidahku membuatku menyerngit.
"Enak?" tanya Rega.
"Aneh rasanya. Tapi, nagih." Ucapku mengesap sedikit lagi.
"Tadi pagi tiba-tiba Deva kirim pesan manggil aku Papa." Ucap Rega menjelaskan, "Aku yang dipanggil begitu langsung menelponnya. Benar saja, Deva nangis."
Aku mengerutkan kening. Nangis?
"Deva cerita sampai sesunggukkan. Dia nggak suka kamu digituin orang lain, Ka."
Aku menghembuskan napas kasar, "Tapi aku nggak kenapa-napa."
"Itu kamu. Beda lagi dengan Deva. Sejujurnya, aku bangga sama Deva. Dia benar-benar menjaga kamu dengan baik. Dia kesal, marah dan emosi ketika kamu diperlakukan tidak baik oleh orang lain." Ucap Rega, "Aku langsung kesini. Dia bolos sekolah."
"Hah?"
Rega mengangguk, "Nggak usah marahin dia. Dia udah cukup pusing dan kesal. Bolos sekali-sekali nggak jadi masalah."
Aku berdecak, "Salah tetap salah. Jangan dibela."
"Deva bilang mau suruh kamu menikah aja." Aku melihat ke arah Rega yang meneguk langsung wine tersebut dan menuangnya lagi kali ini cukup banyak. "Dia minta ijin sama aku."
Aku diam saja tidak menjawab.
"Dia ada sebut nama Bayu. Laki-laki yang mengantarmu tadi kan?"
Aku mengangguk.
"Kamu mau?"
Kali ini aku yang meneguk cairan itu hingga kandas dan mengisinya lagi. "Aku belum jawab." Suaraku agak serak sekarang, entah mengapa. "Beberapa kali memang Bayu mengajakku untuk pendekatan tetapi aku nggak terima. Tapi, tadi aku makan sama dia. Ternyata orangnya cukup asik."
Rega tersenyum sinis, "Jangan."
"Hah?"
"Jangan mau."
Aku melihat kearah Rega yang melihat kearahku, "Kenapa?" mataku sudah sedikit tidak fokus. Kepalaku sudah sedikit berputar. Masa aku mabuk? Segitu lemahnya kah aku dengan alkohol?
Rega menarik tanganku tiba-tiba membuatku terhuyung dan jatuh di atas tubuhnya. Aku bahkan bisa merasakan napasnya di wajahku. Jangan ditanya tentang detak jantungku, sudah tidak terkendali.
"Karena aku Papanya Deva."
Tanpa aba-aba, Rega menarik tekuk leherku menempelkan bibir kami. Membuat mataku membulat. Serangan tiba-tiba yang membuatku tidak bisa menolak dan menahannya.
Salahkan saja wine yang merusak tubuhku sekarang, nyatanya meskipun aku tau harusnya aku menjauhi Rega tetapi justru sebaliknya. Aku membalas ciuman Rega. Otakku sudah memberikan signal jika Rega adalah calon suami orang tetapi mulut dan hatiku tidak bisa berhenti.
Rega memperdalam ciuman kami, bahkan aku dan Rega sudah berbaring saling memperdalam ciuman kami. Perlahan Rega membuka kancing kemeja yang sedang kupakai, aku menahan tangannya tetapi tangan lainnya sudah menahan tanganku kembali. Seakan melarangku untuk menahannya.
Ciuman ini aku akui membuat rasa sakit pada bekas jahitanku tidak terasa. Aku benar-benar menggunakan kesempatan dalam kesempitan.
Aku memekik ketika Rega mengangkat tubuhku dan berjalan menuju kamar. Perlahan Rega membuka seluruh pakaian yang melekat di tubuhku dan ia melakukan hal yang sama pada pakaiannya.
Aku harusnya berhenti, aku tidak mabuk. Aku sadar apa yang akan terjadi selanjutnya. Aku tau, tetapi semua itu hanya tertahan di kepalaku.
Bagian tubuh lainnya tidak membantu untuk menghentikan kami. Harusnya sekarang aku menahan Rega yang sedang mengabsen setiap bagian dari tubuhku, harusnya aku menghentikannya. Harusnya. Tetapi kenyataannya aku malah memegang bahu Rega yang sudah tidak ditutupi apapun dan mengerang.
Aku tidak tau ini efek dari diriku yang bodoh atau justru memang efek alkohol seperti ini? Karena 10 tahun yang lalu Rega melakukannya karena pengaruh alkohol kan?
Apa Rega sedang bertengkar dengan Cantika sehingga ia kalut dan mencariku? Aku terjebak dua kali dalam pelampiasan perasaan Rega? Apa ini tidak terlalu sadis?
Segala pikiranku buyar ketika Rega dengan sempurna menyatukan tubuh kami kembali setelah sekian tahun.
Aku sudah tidak berpikir tentang apa yang terjadi nanti. Aku hanya menikmati setiap moment yang kami lakukan.
Peduli setan tentang move on itu yang terpikirku sekarang. Mudah-mudahan aku tidak menyesalinya besok.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Tentang Waktu [END]
RomanceCinta di waktu yang salah. Waktu yang tepat ketika cinta yang salah.