05

4.3K 219 0
                                    

Di dalam mobil keadaan hening, Theo masih menunggu Hanna meredakan tangisnya, sesekali Theo mengecup tangan Hanna dan melontarkan kata-kata penenang.

Beberapa menit kemudian, Hanna berhenti menangis, ternyata dia sudah tertidur.

Theo mengambil ponselnya lalu menghubungi seseorang.

"Bagaimana? Apa sudah disiapkan?" tanya Theo.

"Semuanya sudah siap Tuan"

"Bagus, kita pergi sekarang"

Theo menutup teleponnya lalu memberhentikan mobilnya. Ia mengambil sesuatu dan langsung membekap hidung Hanna.

Yap, Hanna dibius.

~~~~

Hanna mengerjapkan matanya kala matanya terganggu oleh sinar matahari yang tembus dari jendela. Ia terbangun dari tidurnya yang panjang, Hanna merasa pergerakkannya terbatas, ia pun menoleh dan terkejut ketika melihat Theo tengah memeluknya erat tanpa mengenakan pakaian.

"Aaaaaaaa!!" teriak Hanna sambil mendorong Theo.

Theo yang terkejut pun terbangun "APA?! ADA APA SAYANG?!" tanya Theo khawatir.

"Kenapa kau bertanya?! Apa yang kau lakukan disini?! Apa yang kau lakukan padaku?!" bentak Hanna, ia menutupi tubuhnya dengan selimut.

Mendengar itu Theo merasa lega, ia kira terjadi sesuatu pada Hanna.

Theo tersenyum manis dan mendekati Hanna.

"Aku disini karena ini kamarku, lagi pula aku tidak akan melakukan sesuatu kepadamu sebelum menikah, kecuali jika kau yang meminta" jawab Theo dengan wajah yang menyebalkan menurut Hanna.

Hanna mengintip ke dalam selimut, dan ternyata ia masih mengenakkan pakaian semalam. Hanna menghela napas lega.

"Lebih baik kita tidur lagi, aku lelah setelah perjalanan panjang" ucap Theo sambil menarik Hanna ke dalam pelukkannya.

"Perjalanan panjang?" gumam Hanna.

"Iya, sekarang kita sudah di New York" jawab Theo.

"APA?!" teriak Hanna, ia bangkit dan berlari menuju balkon.

"Sayang jangan berteriak, nanti tenggorokanmu sakit"

Hanna melihat ke sekeliling, dan benar saja, ini bukan di Indonesia, dilihat dari pemandangannya. Hanna menghampiri Theo dan mulai memukulinya.

"Kenapa aku disini?! Kenapa kau bawa aku kesini?! Aku ingin pulang! Aku ingin pulang!" rengek Hanna sambil terus memukuli Theo.

Theo tertawa melihat tingkah Hanna, dimatanya Hanna sangat lucu.

"Hei, hei tenang dulu sayang" ucap Theo, ia menangkap tangan Hanna, agar berhenti memukulinya.

Hanna pun berhenti, ia menatap tajam Theo.

"Sebenarnya aku tidak lagi tinggal di Indonesia, aku pindah ke New York 5 tahun yang lalu, rumahku disini, aku membawamu kesini agar kamu bisa tinggal bersamaku sambil mempersiapkan pernikahan kita" ucap Theo menjelaskan.

Mendengar itu, Hanna semakin naik pitam "Brengsek! Apa hak mu membawaku kesini?! Mengapa kau seenaknya padaku?! Kau datang tiba-tiba dan mengajakku menikah secara paksa, yang benar saja! Apa kau gila?!"

"Yahh aku gila karenamu" jawab Theo santai.

"Sudahlah sayang, anggap saja ini sebagai liburan, sebentar lagi pun kau akan pulang bersamaku" ucap Theo sambil mendusel di leher Hanna.

Hanna memejamkan matanya guna meredamkan emosinya, ia menghela napas panjang. Yahh, apa gunanya berdebat dengan Theo, ia juga sudah terlanjur diculik.

"Awas saja jika terlalu lama disini" ucap Hanna.

"Tidak, kau tenang saja, lebih baik kita tidur lagi" ucap Theo.

"Tidak mau, aku lapar, minggir!" ucap Hanna lalu pergi meninggalkan kamar.

Theo hanya terkekeh, ia pun beranjak menyusul Hanna.

~~~~

"Selamat pagi Nona, sarapan sudah siap, selamat menikmati" ucap sang pelayan lalu pergi meninggalkan Hanna.

"Wahh ternyata sudah tersedia" gumam Hanna.

Ia segera duduk di kursi dan mulai mengambil setiap makanan yang tersaji ke dalam piringnya. Jujur saja, saat ini Hanna sungguh lapar, tapi Theo hanya mengajaknya untuk tidur saja. Theo memang sudah gila, pikir Hanna.

"Ternyata gadisku lapar" ucap Theo sambil mengusap rambut Hanna.

Ia kemudian duduk di samping Hanna, Theo memperhatikan Hanna sambil tersenyum manis.

Merasa diperhatikan, Hanna pun menoleh "Kenapa?" tanya Hanna dengan mulut yang sudah penuh dengan makanan.

Theo terkekeh melihat itu "Tidak apa-apa, suapi aku!" ucapnya.

Hanna memutar bola matanya malas "Tidak mau" jawab Hanna singkat lalu melanjutkan makannya.

"Lucu sekali" gumam Theo.

Forever MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang