16

1.8K 91 0
                                    

"Katakan!" perintah Theo pada Bram.

"Setelah kami menemukan anda, saya melihat Nona Alisa ingin menembak anda-"

"Alisa?!" teriak Theo terkejut.

"Iya tuan, dia berhasil kami tangkap setelah percobaan kabur, sekarang Nona Alisa ada di dalam ruang eksekusi, tapi kami tidak menemukan Nona Hanna di samping anda, Tuan hanya sendirian, mungkin kita bisa menanyakan itu pada Nona Alisa"

"Brengsek" umpat Theo.

"Ayo kita kesana" lanjut Theo dan langsung berjalan keluar.

~~~~

Hanna membuka matanya kembali, dia tidak tau dia sudah berapa lama dan berapa kali tidur, yang jelas kini badannya sangat lemas. Ia ingin pulang dan bertemu Theo.

Hanna terkejut ketika melihat Riko di sampingnya.

"Hanna kau sudah bangun?" ucap Riko serak, ia mendudukkan dirinya.

"Riko aku ingin pulang"

Mendengar itu Riko tersenyum, ia mendekatkan wajahnya untuk mencium bahu Hanna.

"Kau belum sehat sayang, disini saja ya" gumam Riko sambil terus mencium rakus bau wangi tubuh Hanna.

Hanna yang diperlakukan seperti itu tentu sangat risih. Ia menggeser badannya agak menjauh dari Riko.

Riko menatap Hanna datar.

"Tapi aku ingin pulang sekarang, aku ingin bertemu dengan Theo"

Mendengar nama itu, tentu membuat Riko marah, tatapannya menajam. Ia menarik pinggang Hanna sampai menempel pada tubuhnya.

"Riko!" teriak Hanna terkejut.

Riko mengelus pipi Hanna.

"Sayang lebih baik kau disini saja dan kembalilah bersamaku, kau tau kan Theo malah meninggalkanmu sendiri di sana" ucap Riko melembut.

Hanna menggeleng "Tidak, Theo tidak mungkin seperti itu, ayolah Riko, kita tidak bisa bersama, aku sudah memiliki kekasih"

"Mengapa kau tidak percaya padaku Hanna, dia tega meninggalkanmu saat kau sekarat"

"Be-benarkah?"

"Iya sayang"

"Ta-tapi aku ingin pulang" lirih Hanna.

Mendengar itu, Riko naik pitam. Ia beranjak dan menatap Hanna tajam.

"Kau tidak akan kemana-kemana, kau akan tetap disini bersamaku"

Setelah mengucapkan itu, Riko keluar kamar.

BRAK

Riko membanting pintu dan menguncinya.

"Riko" gumam Hanna.

Ia bangkit lalu berjalan mendekati pintu, Hanna berusaha membuka pintunya.

"Dikunci?"

"Apa maksudnya ini?"

~~~~

Theo menatap datar wanita yang ada di depannya. Alisa menatap tajam sambil menyeringai ke arah Theo. Wanita itu kini dirantai di tangan dan kaki.

"Dimana Hanna?" tanya Theo.

Alisa tertawa "Mana ku tau, bukan aku yang membawanya"

"Siapa? Siapa yang membawa Hanna?"

"Cih aku tidak akan memberitahu mu"

Theo menoleh ke arah bodyguart nya dan memberi syarat untuk mencambuk Alisa.

Ctash

"AAKKHH!" teriak Alisa.

"Katakan!"

Alisa diam, ia malah menatap tajam Theo.

Ctassh

"AKKHH!"

"Tuan" panggil Bram.

Ia mendekat dan membisiki sesuatu pada Theo. Theo menggeram setelah mendengar perkataan Bram.

Theo berdiri dan membawa pistol. Ia mengarahkan pistol itu pada Alisa.

DOR

Alisa mati seketika.

~~~~

Hanna mengendap keluar ketika melihat pintu kamarnya tidak terkunci. Ia juga bosan berada di kamar sepanjang hari. Saat berjalan, Hanna melihat Riko sedang menerima telepon.

"Halo"

"Wanita bodoh, dia yang mengajak, dia yang mati, tapi biarlah, aku tidak peduli, yang terpenting Hanna sudah bersamaku"

Mendengar itu Hanna terkejut, jadi ini semua rencana Riko.

"Yasudah, terima kasih infonya"

Tut

"Hanna, Hanna, aku sangat beruntung, kau hanya milikku Hanna"

Hanna membekap mulutnya, apakah benar itu Riko yang ia kenal?

Ia perlahan mundur, sampai akhirnya...

Prang

Forever MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang