11

2.6K 137 1
                                    

Dengan semangat, Hanna memasuki tokonya yang sudah lama Hanna tinggalkan, padahal baru satu minggu Hanna meninggalkan tokonya.

"Nona! Selamat datang!" sapa riang para pegawai.

"Terima kasih, aku sangat merindukan kalian" ucap Hanna.

Para pegawai pun tertawa melihat majikannya.

"Wahh kita dirindukan oleh Nona cantik" goda salah satu pegawai laki-laki, membuat semuanya tertawa.

Theo menggeram mendengar percakapan mereka, apalagi Hanna yang merindukan para pegawainya.

Hanna mengabaikan Theo, ia malah bergabung dengan pegawainya menanyakan pekerjaan mereka.

Melihat itu, Theo hanya menghela napas panjang, ia harus sabar.

Drt drt drt

Theo merogoh sakunya kala ponselnya bergetar.

"Halo"

"Selamat siang  Tuan, saya sudah mendapatkan informasi bahwa dugaan Tuan benar, Nona Alisa memang sudah kembali"

"Sudah kuduga, baiklah kita urus itu saat aku pulang, aku akan secepatnya kembali ke New York"

"Baik Tuan"

Tut

Theo mengeraskan rahangnya, ia memejamkan matanya, guna meredam amarahnya.

Mengapa setelah sekian lama hidupnya tenang, mereka malah datang dan mengusiknya?

Theo tersentak saat merasakan elusan pada bahunya.

"Apa kau lelah?" tanya Hanna khawatir.

Amarahnya menguap seketika saat melihat gadisnya. Ia membawa tangan Hanna yang ada si bahunya lalu menciumnya lama.

"Tidak sayang, aku hanya memikirkan pekerjaan" jawab Theo.

"Sebaiknya kau jangan memikirkan pekerjaanmu dulu, kita pulang ke rumahku ya, kau butuh istirahat" ucap Hanna.

Theo tersenyum lembut "Oke Honey"

Setelah berpamitan dengan para pegawai, Hanna dan Theo keluar, tetapi langkah mereka terhenti ketika pria di depannya menghadang jalannya.

"Hanna" ucap pria itu dengan tatapan sendunya.

Ia tersenyum lembut melihat Hanna yang baik-baik saja.

Theo menatap datar pria itu, ia memeluk erat pinggang Hanna, seolah memberitahu bahwa Hanna sudah menjadi miliknya.

"Riko?" gumam Hanna.

Theo menoleh saat Hanna menyebut nama pria itu. Ia bertanya-tanya, siapa dia? Hanna mengenalnya? Selama Theo mengintai Hanna, ia tidak pernah melihat lelaki itu.

Air matanya menetes, kaki Hanna sangat lemas, rasanya tubuh Hanna meleleh saat melihat pria yang bernama Riko itu.

"Hanna!" Theo menangkap tubuh Hanna yang akan terjatuh.

Riko langsung menghampiri Hanna, tapi ketika akan menyentuhnya, Theo langsung menepis tangannya.

"Jangan menyentuhnya, ayo sayang kita pergi" Theo mengangkat Hanna, ia berjalan menuju mobilnya.

"Theo, Theo biarkan aku bertemu dengannya" ucap Hanna gelisah kala mereka sudah jauh dari Riko yang masih berdiri menatap Hanna dengan sendu.

"Tidak sayang, aku tidak mengizinkanmu, kau harus istirahat" ucap Theo, ia mengeratkan pangkuannya.

Theo pun mendudukan Hanna di dalam mobil, lalu mereka pergi.

~~~~

Theo keluar dari kamar setelah terbangun dari tidur siangnya. Kini ia sedang mencari Hanna, bau wangi masakan menyapa penciumannya.

"Hanna!" panggil Theo.

"Aku disini"

Theo tersenyum melihat Hanna yang tengah sibuk memasak di dapur. Ia menghampiri Hanna dan memeluknya dari belakang.

"Astaga!"

"Theo kau mengejutkanku"

"Sorry Honey" gumam Theo.

Ia menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Hanna. Theo menghirup banyak aroma tubuh Hanna, ia sangat menyukai wangi Hanna.

"Sayang aku ingin bertanya padamu" ucap Theo.

"Bertanya saja" jawab Hanna.

"Siapa Riko?"

Seketika Hanna berhenti bergerak beberapa detik, ia mematikan kompor lalu berbalik menghadap Theo.

Mereka berdua saling bertatapan.

"Apa kau ingin aku jujur?" tanya Hanna.

"Tentu saja sayang"

"Sebenarnya dia adalah tunanganku"

"A-apa?"

Sungguh, Theo benar-benar tidak mengetahui tentang hal ini, padahal Theo selalu mengintai kemana pun Hanna pergi.

Hanna memainkan kancing kemeja Theo.

"Tapi itu dulu, sebelum dia pergi karena dinyatakan meninggal, aku sangat terpuruk waktu itu, tapi berita itu sangat menggantung, aku bahkan tidak boleh ke pemakamannya. Maka dari itu, aku sangat terkejut dan lemas saat melihat dia tadi, ternyata dia masih hidup" jelas Hanna.

"Mengapa aku tidak mengetahuinya?" gumam Theo.

"Tentu saja kau tidak tau, kita baru bertemu satu minggu yang lalu" jawab Hanna.

Theo menatap Hanna sendu, ia memeluk Hanna sangat erat.

"Sayang jangan tinggalkan aku, aku takut setelah kau melihat dia, kau akan berpaling dariku" ucap Theo.

Hanna tersenyum lembut, ia membalas pelukkan Theo dan mengelus punggungnya.

"Kau tenang saja, itu sudah berlalu bertahun-tahun, aku sudah sangat melupakannya" ucap Hanna.

"Terima kasih sayang" gumam Theo.

"Ya sudah, sekarang kita makan, masakanku sudah jadi" ucap Hanna sambil melepas pelukkannya.

"Suapi aku sayang"

"Kau manja sekali"

Theo hanya terkekeh. Mereka pun menikmati makanan, dengan Hanna yang menyuapi Theo.

Forever MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang