09

3.1K 162 0
                                    

Setelah berbaikan tadi, mereka berdua melanjutkan dengan menonton film, agar suasana santai kembali. Hanna yang menonton masih dalam pelukkan Theo, bukan apa-apa, hanya saja Theo tidak membiarkan Hanna melepas pelukkannya.

Lama menonton, Theo melirik Hanna, ternyata Hanna tertidur. Theo segera merubah posisi Hanna menjadi terlentang dengan paha Theo sebagai bantalan.

Theo menatap Hanna sambil mengusap lembut rambut Hanna. Ia tersenyum tenang.

"Aku sangat mencintaimu Hanna, tetaplah berada di sisiku" gumam Theo lalu mengecup kening Hanna

Theo berharap Hanna bisa membuka hatinya untuknya.

~~~~

Hanna terbangun dari tidurnya, ia mengingat-ingat yang terjadi sebelumnya. Ahh ternyata ia tertidur saat menonton tadi, sekarang Hanna sudah berada di kamarnya.

Hanna melihat sekeliling kamar, ia tidak mendapati Theo. Hanna pun keluar dan turun menuju dapur, perutnya keroncongan harus diisi.

Langkah Hanna terhenti ketika melihat Theo sedang berbincang dengan wanita cantik. Wanita itu tampak elegan dan gagah dengan pakaian formalnya.

"Sepertinya sangat serius" gumam Hanna.

Hanna mengendap-ngendap agar tidak mengganggu mereka.

"Hanna" panggil Theo.

"E-eh iya?"

"Kau mau kemana?"

"Aku lapar, jadi aku ingin ke dapur" jawab Hanna.

"Kemarilah" ucap Theo.

Hanna pun menghampiri Theo. Theo menarik tangan Hanna untuk duduk di sampingnya.

"Perkenalkan ini kekasih ku, Hanna. Dan Hanna dia sahabatku, Amara"

"Senang bertemu denganmu" ucap Hanna.

Amara tersenyum lembut "Senang bertemu denganmu"

"Mungkin itu saja yang bisa aku sampaikan, selebihnya kita lanjutkan di kantor" lanjut Amara.

"Baiklah, terima kasih kau mau repot-repot kesini"

"Iya tidak masalah, ini memang cukup privasi, yasudah aku pamit pulang, sampai bertemu kembali Hanna" ucap Amara lalu pergi keluar rumah.

"Mengapa kau tidak mengantarnya ke depan?" tanya Hanna.

"Dia paling tidak suka di antar" jawab Theo, Hanna hanya menganggukkan kepalanya.

Theo menarik pinggang Hanna "So, kau akan memasak?" tanya Theo yang dibalas anggukkan oleh Hanna.

"Kau akan memasak apa?"

"Kau ingin makan apa?" tanya Hanna.

Theo menaikkan satu alisnya "Apa saja sayang"

"Baiklah" ucap Hanna lalu beranjak dan pergi ke dapur.

Theo menopang dagu memperhatikan setiap gerak-gerik Hanna yang sedang memasak, ia merasa seperti sudah mempunyai istri.

"Theo" panggil Hanna.

"Hmm"

"Aku menghawatirkan toko permenku" ucap Hanna.

"Kau tidak perlu khawatir, dari awal kau kesini, aku sudah mengurusnya"

"Benarkah?"

"Iya Honey"

"Syukurlah" jawab Hanna, bebarengan dengan selesainya masakkan Hanna.

Hanna memasak spagetti Aglio e Olio, yang sangat menggugah selera.

"Nah sudah siap" ucap Hanna, ia mendudukan dirinya di samping Theo.

"Sayang suapi aku" ucap Theo.

Hanna memicingkan matanya "Makan sendiri Theo"

Theo menggeleng tidak mau, Hanna menghela napas panjang, baiklah ia akan menurutinya sebagai tanda maaf pada Theo.

"Baiklah, buka mulutmu" ucap Hanna sambil menyodorkan sesendok spagetti.

Mereka pun makan dengan tenang, sesekali Theo melemparkan rayuan-rayuan yang membuat Hanna geli mendengarnya.

~~~~

Waktu menunjukkan pukul 23:30, tapi Theo masih belum pulang. Hanna menunggu Theo karena ada perasaan yang mengganjalnya.

"Apa dia masih lama?" gumam Hanna.

BRAK

Hanna tersentak saat mendengar suara gebrakkan pintu. Segera Hanna turun kebawah dan melihat Theo yang sudah duduk di sofa dengan penampilan yang berantakan.

Hanna berlari mendekat "Theo kau kenapa? Apa yang terjadi?" tanya Hanna khawatir.

Theo menatap Hanna sendu, ia menarik Hanna dan memeluknya. Hanna membalas pelukkan Theo dan mengusap punggung Theo guna menenangkannya.

"Apa yang terjadi?"

"Mengapa mereka harus kembali?" gumam Theo.

Sepertinya ini bukan masalah pekerjaan, pikir Hanna.

Forever MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang