19

1.7K 89 0
                                    

Dua bulan berlalu, hubungan Theo dan Hanna berjalan dengan baik, tidak ada halangan ataupun hambatan yang dapat menghancurkan hubungan mereka.

Theo juga sudah menyetujui jika Hanna bisa kembali mengurus toko, sementara Theo tetap di New York, tapi ia akan tetap mengunjungi Hanna tiga hari sekali. Padahal Hanna sudah melarangnya karena pasti akan melelahkan jika seperti itu, tetapi Theo tetaplah Theo, ia keras kepala, Hanna hanya bisa pasrah saja.

Hari ini waktunya Theo mengunjungi Hanna. Ia sudah sampai di depan toko Hanna, karena tidak sabar bertemu dengan kekasihnya itu, Theo melewatkan istirahatnya setelah penerbangan.

Cling

Suara pintu toko berbunyi, Theo masuk yang langsung disambut oleh para pegawai.

"Selamat siang Tuan"

"Siang, apa Hanna di dalam?"

"Iya Tuan, Nona di dalam kantor"

Theo pun mengangguk lalu berjalan menuju kantor Hanna.

Setelah membuka pintu, dapat Theo lihat, Hanna sedang menidurkan  kepalanya di atas meja.

Theo tersenyum lalu menghampirinya, ia mengelus lembut rambut Hanna. Sepertinya Hanna tertidur. Segera, Theo mengangkat tubuh Hanna dan membaringkan di sofa yang sukup luas.

Theo ikut berbaring di samping Hanna dan memeluknya erat. Ia akan beristirahat, sebelum memejamkan matanya, Theo mengecup singkat kening Hanna.

~~~~

Hanna mengerjapkan matanya perlahan, keningnya mengkerut ketika merasakan panas. Ia terbangun dan mendapati Theo yang sedang tidur sambil memeluknya.

"Theo?"

Betapa terkejutnya Hanna ketika memegang tangan Theo yang panas.

"Ya ampun, kau demam" ucap Hanna.

Ia terduduk dan langsung membangunkan Theo.

"Theo, bangun sayang, kau demam, ayo kita pulang" ucap Hanna lembut.

Tapi tidak ada respon dari Theo, membuat Hanna panik. Ia segera mengambil ponselnya dan menghubungi sopir dan satpam untuk mengangkat Theo dan membawanya pulang.

Beberapa menit kemudian, dua satpan dan satu supir sudah datang. Mereka langsung membopong Theo yang sama sekali tidak membuat Theo terbangun. Hanna memerintahkan supir untuk mengantarkan ke rumah sakit.

"Sayang kau kenapa?" gumam Hanna khawatir.

~~~~

"Bagaimana keadaannya dok?" tanya Hanna kepada dokter yang baru saja keluar dari ruangan tempat Theo di rawat.

"Tuan Theo kelelahan, dia kekurangan cairan dan nutrisi, sepertinya Tuan Theo tidak teratur dalam pola makannya, saya sarankan untuk makan dengan teratur dan minum vitamin, saya akan resepkan obat dan vitaminnya" ucap dokter menjelaskan.

"Baiklah dok, terima kasih" ucap Hanna yang diangguki dokter.

Hanna langsung masuk ke dalam ruangan itu. Ia melihat Theo yang masih belum bangun. Hanna menatap wajah pucat Theo, ia mengelus kepala Theo dengab lembut.

"Mengapa kau seperti ini? Biasanya kau akan selalu menjaga kesehatanmu" gumam Hanna.

Hanna merogoh sakunya dan mengambil ponselnya. Ia meminta pembantunya di rumah untuk memasakkan makanan yang banyak untuk makan Theo.

~~~~

"Hanna" gumam Theo yang masih memejamkan matanya.

Hanna yang sedang mengupas buah, langsung menghampiri Theo.

"Theo"

Perlahan mata Theo terbuka, dan yang pertama ia lihat adalah wajah cantik kekasihnya.

"Sayang, aku dimana?" lirih Theo.

"Rumah sakit sayang, kau demam tinggi sampai kau pingsan" jawab Hanna.

Melihat Theo yang ingin duduk, Hanna langsung membantunya.

"Hati-hati"

Hanna menghela napas, ia menatap Theo.

"Kau kekurangan cairan dan nutrisi, apa kau jarang makan disana?"

Theo menggaruk tengkuknya "Emm a-aku, akhir-akhir ini pekerjaanku menumpuk, sampai-sampai setiap hari aku lembur, aku tidak ingat jam makan" ucap Theo menjelaskan.

Ia menunduk, takut kekasihnya marah. Hanna menghela napas panjang, ia mengangkat tangannya untuk mengelus rambut Theo.

"Jangan diulangi ya, bagaimana pun kau harus menjaga pola makan, sesibuk apapun itu, kau membuatku khawatir Theo" ucap Hanna lembut.

Mendengar itu, Theo langsung mengangguk dan merentangkan tangannya, kode agar Hanna memeluknya. Hanna terkekeh dan menerima pelukkan Theo.

"Yasudah, kau makan ya, lihat aku membawa banyak makanan"

Theo meringis melihat banyak makanan yang dibawa oleh Hanna, ia tidak yakin akan menghabiskan semua itu, mulutnya saja terasa sangat pahit.

Tapi dari pada Hanna marah lebih baik Theo menuruti perkataan kekasihnya itu.

Forever MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang