06

3.8K 195 2
                                    

Hanna tidak habis pikir ia akan bertemu dengan Theo dan memaksa Hanna untuk menikah dengannya. Bagi Hanna pernikahan bukan hal yang main-main, ia juga ingin merasakan indahnya masa pendekatan, masa tumbuhnya benih cinta di hati Hanna, bukan dipaksa seperti ini.

Hanya karena Hanna menolongnya, Theo jadi seperti ini. Kalo begitu caranya, ia jadi menyesal sudah menolong Theo.

Hanna menghela napas lelah, ia ingin pulang, dan juga ia memikirkan kabar toko dan pegawainya hari ini, mereka pasti kebingungan karena tokonya tidak buka.

Seketika Hanna mengingat sesuatu, ia pun beranjak dari duduknya. Hanna mulai mencari keberadaan tasnya, sampai akhirnya ia menemukan tasnya di dalam laci.

Segera ia membuka dan mengambil ponselnya, beruntung semuanya masih lengkap di dalam sana, karena Hanna ingin menghubungi seseorang.

Hanna menunggu panggilannya tersambung.

"Halo" ucap seseorang disebrang sana.

Hanna menghela napas lega "God, terima kasih"

"Hanna ada apa?"

"Brandon tolong aku, aku diculik-"

"APA?! KAU DICULIK!" teriak Bandon.

"Iya, aku sekarang di New York, tolong jemput aku sekarang juga, aku ingin pulang"

"Apa? Di New York?"

"Iya, dia membawaku kesini"

"Baiklah kau tenang dulu, sekarang juga aku akan menjemputmu, tapi sepertinya kita jangan terlalu buru-buru, mengingat kau di luar negeri, begini saja aku akan berangkat sekarang, kemungkinan besok aku akan sampai disana, aku akan memesan penginapan, kau cari tau alamat keberadaanmu sekarang, nanti aku akan menjemputmu"

Hanna mengangguk "Iya iya baiklah, aku sangat berterima kasih padamu, nanti aku akan ganti semuanya"

"Kau jangan pikirkan itu, yang terpenting sekarang, jangan sampai kau ketahuan karena sudah menghubungiku"

"Iya baiklah, aku tutup ya, sepertinya dia sudah datang"

"Berhati-hatilah Hanna"

Tut

Sambungan pun terputus, Hanna segera membereskan tasnya dan memasukkan kembali ke dalam laci.

Ceklek

Theo masuk ka dalam kamar, ia melihat Hanna yang tengah duduk di kasur sambil menatapnya.

"Kenapa sayang? Mengapa kau menatapku seperti itu?"

Theo berjalan mendekati Hanna dan duduk di sebelahnya.

"Tidak, aku hanya penasaran, sekarang kita berada dimana? Apa disini ada  tempat belanja atau jalan-jalan?" tanya Hanna.

"Ouhh rumahku ini di jln******, jika kau ingin berbelanja aku bisa menemanimu kesana" jawab Theo.

"Apa boleh?"

Theo terkekeh "Tentu saja sayang" ucapnya sambil mengelus pipi Hanna.

Theo menatap Hanna dalam, ia tidak menyangka bisa membawa Hanna bersamanya. Perlahan Theo mendekatkan wajahnya pada Hanna, Hanna menyadari itu waspada, ia mencari cara agar tidak dicium oleh Theo.

"Aku ingin pulang" ucap Hanna tiba-tiba, membuat Theo berhenti mendekat. Tatapannya menjadi datar.

"Tidak"

Hanna memegang tangan Theo "Aku mohon Theo, aku ingin pulang, kau jangan seperti ini, jangan memaksaku, cari wanita lain, yang lebih pantas bersanding denganmu"

"Aku bilang tidak Hanna" ucap Theo, ia masih sabar, menahan emosinya yang siap meledak.

"Aku mohon Theo, aku tidak mencintaimu, kau tidak bisa seperti ini, kau tidak bisa memaksaku untuk mencintaimu"

"AKU BILANG TIDAK YA TIDAK! AKU TIDAK PEDULI KAU TIDAK MENCINTAIKU! AKU HANYA INGIN KAU BERSAMAKU, MENJADI MILIKKU, MENJADI ISTRIKU, MENGAPA KAU TIDAK MENGERTI?! HAH?!" teriak Theo.

Theo bangkit dan keluar dari kamar.

BRAK

Theo mmbanting pintu dan menguncinya. Hanna memejamkan matanya terkejut, kemudian ia menangis. Hanna ketakutan, ia ingin segera pergi dari sini, ia ingin pulang.

Forever MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang