Μέρος 21

28 27 3
                                    

📱: "Cepat lah lacak lokasi ini, aku sedang bersama nya, tapi aku tidak tau dia itu asli atau bukan, yang jelas keadaan sekarang sedang sangat buruk."

Begitu pesan seseorang masuk di salah satu ponsel polisi, dengan cepat mereka langsung bergegas melacak lokasi tersebut. Dan tidak lupa juga, sudah beberapa mobil polisi yang keluar untuk mencari keberadaan mereka, walaupun lokasi itu belum di temukan.

***

"Saat itu, jika mereka tidak melakukan hal itu kepada ku, aku tidak akan berakhir seperti ini. Sebelum nya aku merasa sangat senang bisa lahir ke dunia ini dan mengenal dunia luar. Terkadang perasaan ku di buat penasaran akan isi yang ada di dunia ini. Mama dan Papa selalu menyayangi ku setiap saat, sama hal nya seperti dirimu yang selalu melindungi ku, Kak."

"Aku baru tau, jika kehidupan ini tidak semudah dan seindah yang ku bayangkan. Karena terlahir ke dunia ini, aku bisa merasakan yang namanya kepedihan dan penderita. Dan aku juga bisa merasakan yang mana perbedaan dan kesamaan. Semua orang, tidak? Mungkin hanya beberapa yang memandang kasta atau pun karakter seseorang."

"Aku cukup bahagia bisa memiliki keluarga seperti kalian. Aku minta maaf, jika kepergian ku ini akan membuat kalian merasa kehilangan. Maaf."

***

"Hadeuh, gara gara kau kami semua harus di hukum, sekarang kau bersihkan ini semua."

"Karena kau itu cupu."

"Apa bagusnya gambar burik begini? Pasti ada orang dalam nih makanya dia bisa menang pas lomba kemarin."

"Robek aja deh, gak guna banget tuh gambar nya."

***

Jenandra terus mengejar kemana Junia berlari, sampai dia sadar kalau dia kehilangan jejak Junia di sana. Walaupun sudah jam 9 pagi, di sana sudah banyak orang yang berkunjung.

Namun banyak orang yang tidak menyadari kalau sesuatu yang buruk akan terjadi di sana.

Junia masuk ke dalam sebuah ruangan yang lumayan gelap, namun terdapat banyak patung-patung berdiri di sana yang di selimuti pakai kain berwarna hitam.

Dia terus berlari menuju tempat di mana Tania di bawa. Sebentar, kenapa Junia memperdulikan sesosok orang yang akan mati itu? Padahal Tania sering kali membully dirinya di sekolah.

Sesampainya di sebuah ruangan, Junia langsung membuka nya. Sontak dia terkejut saat seseorang berdiri di depannya dengan kampak yang ada di tangan nya. Junia tersungkur di lantai, dia berusaha bangun.

"Hey, kau tidak apa apa?" Ujar orang tersebut. Awalnya Junia sempat ketakutan, namun kalau dilihat lihat ternyata orang itu tidak seperti pembunuh.

"Ya, apa kau melihat seseorang yang di bawa ke sini?" Tanya Junia.

"Tidak." Jawab nya singkat.

Junia pun terdiam di tempat. Perasaan tadi dia melihat Tania di bawa kedalam sana. Tapi apa mungkin dia salah lihat juga?

"Namun aku melihat seorang mayat yang di bawa ke sana." Senyum orang tersebut. Mendengar perkataan itu, Sontak Junia melangkah mundur. Sampai tiba-tiba orang itu melayang kan kampak yang dia pegang ke arah Junia, namun tidak mengenainya.

Junia berhasil mengelak. Orang itu juga tidak henti-hentinya memojok Junia agar dapat dia bunuh dengan cepat. Tapi gagal terus. Seharusnya saat Junia bertemu dengan sesosok itu dia langsung lari saja tadi.

Di saat bersamaan, saat dia hampir terpojok, Junia mengambil sebuah tongkat bisbol dan menahan kampak yang sempat mengenainya. Walaupun perbedaan tenaga, Junia terus berusaha untuk kabur dari orang itu.

Junia tidak ingin kalah, dia mengumpulkan semua tenaga nya dan mendorong orang itu sekuat tenaganya hingga orang tersebut terjungkal dan kepalanya mengenai dinding ruangan itu sampai pingsan. Sementara Junia mengatur nafasnya yang tidak beraturan itu akibat perlawanan yang dia lakukan. Tidak lama kemudian dia pergi dari sana dan masuk ketempat itu lebih dalam lagi.

***

Gadis itu membuka matanya secara perlahan setelah pingsan beberapa saat yang lalu. Dia merasakan kalau tangan dan kakinya sedang terikat, sebelum akhirnya dia sadar kalau dia sedang berada di suatu tempat yang menyeramkan.

Mata nya melotot saat melihat keberadaan dirinya berada di atas atap dekat dengan alun-alun.

"Kau sudah sadar?" Ujar seseorang orang yang berada di sampingnya sedari tadi. Mendengar seseorang yang berbicara membuat diri nya ikut menoleh. Betapa terkejutnya saat dia melihat kalau sesosok itu adalah Jenandra.

Jenandra menoleh kearahnya sambil tersenyum, sedangkan orang yang di sampingnya kelihatan sangat ketakutan. Dia tidak bisa berbicara karena mulutnya telah di ikat menggunakan kain.

"Kau ingat tempat ini?"

Walaupun Jenandra bertanya, gadis itu tidak akan bisa menjawabnya karena mulutnya yang masih di ikat menggunakan kain.

"Ku pikir, aku harus membunuh mu juga di sini sebagai kuburan mu."

Kini Jenandra berpindah tempat. Dia berjalan mendekat ke arah gadis itu.

"Kau lah yang membuat Tetia merasa sangat menderita selama hidupnya."

Gadis itu menggeleng sembari memberontak. Dia tidak mau mati di sini. Dan dia juga masih mau hidup untuk melanjutkan apa yang dia inginkan.

Kemudian Jenandra membuka kain yang terikat di mulut gadis itu dengan kasar.

"Kau akan membunuh ku? Sepertinya para polisi sebentar lagi akan datang untuk menangkap mu."

"Aku tidak perduli, selama aku bisa membunuh mu, aku tidak perduli."

Jenandra mendekat, dia menatap sedekat mungkin ke arah gadis itu. "Seharusnya kau sadar dengan posisi mu yang sekarang, kau akan mati di tangan ku, sama seperti Tetia yang sempat kamu bunuh itu." Ujarnya sambil tersenyum.

"Brengsek." Gadis itu menendang Jenandra dengan kaki nya yang masih terikat itu hingga Jenandra tersungkur di lantai begitu juga dengan dirinya.

Melihat tindakan nya yang seperti itu, membuat Jenandra kesal dan langsung menendang perut gadis itu. Sesekali dia menginjak-injak kaki nya yang membuat gadis itu merasa kesakitan.

"Mau mati aja sok belagu kau."

"Ya sudahlah, asalkan kau tidak kabur, kubiarkan kau berbuat sesuatu yang kau ingin kan." Awalnya sempat kesal, namun setelah di pikir kalau dirinya tidak bisa kabur dari sana, Jenandra tidak mempermasalahkannya lagi.

Tanpa Jenandra sadari, ternyata gadis itu sedang merencanakan sesuatu. Ternyata di dekat mereka ada beberapa pecahan kaca yang bisa di gunakan oleh gadis itu, tapi Jenandra tidak kepikiran sama sekali oleh tindakan nya. Makanya itu Jenandra mengabaikan apa yang gadis itu lakukan.

Sampai akhirnya, dia berhasil mengambil salah satu pecahan kaca itu dan berusaha untuk memotong tali yang lumayan tebal itu, walaupun sesekali kulit di tangan nya tersayat. Dengan posisi tubuh yang masih tersungkur di lantai itu, dia terus berusaha untuk melawan.

***

Setelah dua jam melacak lokasi yang ada diberi tau oleh seseorang tadi, akhirnya para polisi langsung bergegas ke sana dengan sangat buru-buru. Para polisi yang sempat duluan pergi tadi, langsung mengarah haluan mereka tempat yang sudah di tentukan.

Mereka semua berharap agar kali ini pelaku pembunuhan itu dapat mereka tangkap dan di jatuhkan hukuman yang sepantasnya.

"Ku harap Junia baik-baik saja."

"Kau benar, ayo cepat sebelum semuanya terlambat."

***

🔪 T B C 🔪
Kamis, 11 Agustus 2022.

⟨03⟩ God Of Death, 2022 [End] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang