Bab 3

617 93 40
                                    

"Mulai sekarang jangan panggil aku tuan muda, panggil Kevin saja." ujar Kevin sambil mengusap kepala Nathan.

Nathan melongo saat Kevin mengusap kepalanya. Lalu Nathan mendorong Kevin sedikit menjauh darinya. Lalu Nathan berbicara. "Tidak mau, itu tidak sopan. Kakak saja, aku panggil Kak Kevin."

"Terserah kau saja," sahut Kevin.

Kevin dan Nathan melanjutkan membaca berbagai buku, lalu Miranda datang. "Maaf tuan muda, makanannya sudah selesai."

"Baiklah, ayo kita makan." ujar Kevin.

"Tapi aku sudah makan, kalau begitu aku temani tuan muda eh, kak Kevin saja." sahut Nathan.

"Hmmm..." seru Kevin.

Kevin dan Nathan pergi ke meja makan bersama, Nathan hanya menemani tapi Kevin selalu punya cara agar Nathan makan. Kevin menoel pipi Nathan. Nathan menoleh, dan Kevin berbicara. "Aaaaaaa..."

Kevin menyuapkan makanan kemulut Nathan, dan Nathan mau tidak mau harus menerima makanan itu. Kevin tidak pernah seperti itu, saat mereka sedang asik makan kedua orang tua Kevin pulang.

"Oh Kevin anak ibu, ibu merindukanmu." seru wanita cantik bernama Neti.

"Ayah juga merindukanmu nak..." seru pria bernama Bobi.

Kevin hanya diam menerima pelukan dan ciuman dari ayah dan ibunya. Lalu Nathan pergi dari sana dan berdiri di samping Miranda. Lalu Neti berbicara. "Oh siapa anak itu? Apakah dia temanmu nak? Halo, siapa namamu? Kemarilah..."

"Halo nyonya, namaku Nathan..." seru Nathan.

Bobi menoleh dan tersenyum, lalu berbicara. "Kemarilah nak, duduk disini bersama Kevin."

Nathan datang dan malu-malu, kemudian Nathan duduk kembali di samping Kevin. Neti berbicara lagi. "Kalian lanjutkan makan dulu ya, ayah dan ibu ganti baju dulu."

Kevin dan Nathan mengangguk, mereka melanjutkan makan. Kevin tersenyum manis kearah Nathan, lalu Nathan mengambil sendok dan mengambil makanan itu lalu menyuapkannya kepada Kevin. Kevin terlihat senang, lalu Nathan melanjutkannya.

Setelah selesai makan mereka pergi ketaman belakang rumah. Disana Kevin menarik tangan Nathan dan mengajaknya berlarian ke sana kemari, bermain bola, dan bahkan berenang bersama. Neti berbicara. "Aku tidak menyangka akhirnya Kevin menemukan seorang teman."

"Iya sayang, sepertinya Kevin menyukai anak itu. Jarang sekali, Kevin mau bergaul dengan orang lain." seru Bobi.

Neti menghela napasnya lalu berbicara. "Karena badai ini kita kembali kesini, apa yang sebenarnya terjadi. Seharusnya wilayah ini bebebas dari badai?"

"Entahlah, firasatku mengatakan kalau ada sesuatu yang lain. Apakah Dunia sihir ratusan tahun lalu bangkit kembali, atau..." ujar Bobi.

"Identitas kita sebagai penyihir, aku takut akan terungkap. Dan kita mau tidak mau harus kembali kedunia Sihir, sementara Kevin... Kevin masih kecil dan baru saja menemukan temannya." sahut Neti.

Bobi memeluk Neti, lalu berbicara. "Kita satu-satunya penyihir yang selamat dari dunia sihir yang musnah itu, tapi apakah dunia sihir benar-benar musnah?"

"Entahlah... Jika memang Dunia sihir kembali, mau tidak mau kita kembali kesana." sahut Neti.

Ya keluarga Kevin adalah orang dari Dunia sihir yang selamat dari bencana itu. Mereka pergi sebelum bencana itu terjadi, sementara itu banyak saudara dan keluarga penyihir yang mati. Tapi jika benar badai yang baru saja terjadi adalah kebangkitan dari dunia sihir, lalu siapa yang melakukannya? Entahlah mereka juga masih sangat berpikir keras. Sementara itu kembali ke Kevin dan Nathan yang sedang asik berenang di kolam.

"Kak Kevin, kita sudah yuk berenangnya. Sudah siang hari, sudah panas langitnya." seru Nathan.

"Ya sudah ayo..." sahut Kevin.

Kevin dan Nathan sudah selesai berenang, selesai berenang perut Kevin agak lapar lagi. "Kita ke dapur yuk, aku lapar lagi."

"Huh? Perasaan baru saja makan tadi," ujar Nathan.

"Hahahaha aku lapar lagi, mau kamu. Eh mau makan lagi sama kamu," sahut Kevin.

Kevin kecil-kecil sudah modus ya.

Nathan meringis, Kevin menarik tangan Nathan lagi menuju kedapur. Mereka menghampiri meja makan dan mencari makanan. Kevin berbicara. "Bibi, apakah tidak ada cemilan?"

"Ada, tunggu sebentar ya." sahut Miranda.

Miranda mengambilkan satu toples biskuit dan membuatkan dua gelas susu. "Tuan muda mau makan biskuit dimana?"

"Ke perpustakaan saja," seru Kevin.

Miranda mengangguk, sementara itu Kevin tidak melepaskan tangan Nathan dan menggandeng tangan Nathan ke perpustakaan. Miranda melihat itu sangat bahagia, karena selama ini Kevin selalu murung dan tidak memiliki teman. Karena selama ini Kevin menutup dirinya, bukan tanpa sebab, saat usianya lima tahun Kevin di sebut anak aneh karena bisa melakukan sihir. Dirinya pernah melukai temannya saat itu karena lepas kendali. Itu sebabnya Kevin tidak ingin bertemu dengan anak-anak seusianya dan menutup diri. Hingga akhirnya Kevin melihat Nathan yang ceria dan imut.

Kevin dan Nathan sampai di perpustakaan dan membaca buku. Mereka sama-sama anak yang cerdas, tapi bedanya Kevin memiliki guru Private untuk mengajarinya, dan setiap ujian sekolah dirinya selalu ikut ujian. Bedahalnya dengan Nathan yang kelewat cerdas sehingga ia sudah lulus sekolah dasar, bahkan Sekolah menengah pertamanya.

Bahkan pernah suatu hari Nathan menjawab soal anak dari universitas yang saat itu sedang belajar di perpustakaan tempat ayahnya bekerja. Seketika anak dari universitas itu mendengarkan dan minta di ajarin oleh Nathan. Saat pengambilan nilai semester, anak itu mendapat nilai tertinggi. Saat ia mencari Nathan, ayahnya tidak mengijinkan siapapun bertemu dengan Nathan. Sejak saat itu Nathan hanya membantu ibunya di kedai bunga.

Nathan membaca semua buku yang ada di perpustakaan milik Kevin. Kevin memberinya buku yang sesuai dengan anak-anak, tapi Nathan selalu tertarik dengan buku yang tidak ada gambar. Kevin akhirnya berbicara. "Apa kau tidak bosan membaca buku isinya tulisan semua?"

"Oh, ahahaha... Tidak, aku tidak bosan. Kadang-kadang bosan sih," sahut Nathan.

"Sini dekat aku, jangan jauh-jauh." seru Kevin.

Nathan mengangguk, mereka membaca buku sambil bercanda. Persahabatan mereka di mulai sejak saat itu, Nathan sering datang berkunjung kerumah Kevin, kadang Kevin juga sering datang kerumah Nathan. Kevin melihat kesederhanaan rumah Nathan dan sedikit bingung. Tapi ia selalu melihat kebahagiaan di rumah itu. Ia juga sering bermain dengan nenek Amber.

Tidak terasa hari begitu cepat berlalu, hari sudah sore. Nathan saat ini sedang bermain di rumah Kevin, dirinya harus pulang. "Kak Kevin, udah sore, aku pulang dulu ya."

"Di antar supir ya, kan kamu gak bawa sepeda, hari juga mau hujan." ujar Kevin.

Nathan mengangguk, lalu Kevin memanggil supir untuk mengantarkan Nathan kembali kerumahnya. Nathan pergi pulang kerumahnya di antar oleh supirnya Kevin. Setelah beberapa menit Nathan sampai dirumah. Tapi Dirumah Nathan sudah rami orang.

"Ayah, ibu... Ada apa?" seru Nathan.

"Nak... Nenek Amber sudah tiada," sahut Rio.

"Apa? Ne... Nenek..." seru Nathan menangis histeris dan melihat wajah nenek Amber untuk terakhir kalinya.

Nathan menangis saat mengingat semua kenangan bersama nenek Amber. Sebelum meninggal Nenek Amber menulis surat wasiat untuk harta kekayaan yang dimiliki nenek Amber semua di wariskan ke keluarga Nathan. Sebenarnya nenek Amber memiliki sebuah rumah yang sangat mewah, mobil mewah, dan beberapa pembantu. Namun nenek Amber tidak mau tinggal disana dan memilih tinggal di gubuk reot yang di bangun oleh suaminya untuk mereka berdua. Nathan dan keluarganya memakamkan nenek Amber di sebelah makam suaminya, itu adalah permintaan terakhir nenek Amber. Sebelum pergi pun nenek Amber menitipkan sebuah kotak untuk Nathan, tapi Nathan hanya boleh membukanya saat sudah remaja nanti.










Bersambung...





Hayo loh kotak opo? Kok nenek Amber misterius bgt dah...

Jangan lupa komen dan Vote yak...

BL- MAGIC STONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang