PROLOG

126 9 1
                                    





   BUAGH'

"HUAAAAA!!!

Viona menutup kedua telinganya agar suara jeritan memekikkan itu tak membuat gendang telinganya rusak. Seolah tak merasa bersalah telah memukul bocah berumur 3 tahun dengan guling besar di genggamannya. Memang apa pedulinya? Bodo amat. Batinnya.

"Berisik!!" bentaknya. Alih-alih diam, justru bocah lelaki itu makin menangis semakin kencang. Mengundang seorang wanita paruh baya untuk datang tergesa-gesa dengan wajah paniknya. "Viona, apa yang baru saja kau lakukan kepada Zion?" Tanyanya dengan raut khawatir. Ia langsung memapah bocah yang terjatuh di atas lantai itu kembali ke atas ranjang, masih menatap gadis bersurai pirang meminta jawaban.

"Bayi ini masuk ke arenaku! Maka dia harus melawanku!" Belanya dengan percaya diri.

TAK'

Viona mengusap-usap pucuk kepalanya sembari meringis kesakitan.

"Aku sedang bertarung di arena ini, Ibu." Ujarnya menunjuk ke arah ranjang yang ia injak. "Aku tidak memiliki lawan, lalu bayi ini tiba-tiba naik ke atas ranjangku, yaaaa, akhirnya aku bertarung dengan dia, siapa? zi? zi? zi siapa?"

Sang Ibu menarik napas berat, kemudian diembuskannya dengan pelan. "Zion," Balasnya.

"Kemudian aku memukulnya dengan guling, kemudian bayi ini terjatuh, dan boom! Aku menang!" Tangannya dia rentangkan ke atas dengan bebas, mengabaikan wajah sang Ibu yang mulai murka. "Kau tau siapa Zion?" Tanyanya kembali. Gadis itu mengedikkan bahu dengan entengnya, tanpa merasa bersalah. Sekali lagi, Ibu menarik napasnya berat penuh kesabaran. "Zion anak dari teman Ibu, dan teman Ibu ini adalah seorang istri dari Gurbernur kota kita." Jelasnya menekankan setiap kalimat.

Viona hanya membuat bibirnya berbentuk bulat. Kemudia mengangguk paham. "Lalu?"

Ibu menggeram sembari memijit pelipisnya, memandang nyalang ke arah puterinya. "Dan sekarang kau harus berurusan dengan Bapak Gurbernur."







































VOMEN YA JUSEYO!!!

LOVE AND REVENGE [Telah Dibukukan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang