22. BEFORE MARRIED

34 2 0
                                    



VOMEN!









Viona sebenarnya kesal, tapi ia mencoba tahan, karena ia sedang gengsi sekarang.

Viona kesal karena Julia mengatakan jika Zion akan menikahinya setelah Viona lulus kuliah, juga Zion yang sudah harus menamatkan pekerjaannya sebagai dosen. Dosen hanya sebagai kerjaan sampingan by the way. Dan pekerjaan utama Zion adalah mengurusi perusahaan Ardon yang sempat belum ia sentuh kembali karena sibuk bekerja sebagai dosen, sementara pekerjaannya sebagai CEO dikerjakan sang sepupu di sana.

Tapi ia menutupi kekesalannya itu dengan mengatakan "Terserah, aku tak peduli, mau berjuta tahun kemudian aku pun tak peduli," dengan nada yang acuh. Padahal hatinya menjerit bertanya mengapa harus selama itu?!

Zion, sih, baik saja. Selama mereka masih bisa menikah ia menerima keputusan ibu mertuanya itu. Yang penting ia sudah mapan dan mencukupi kehidupan Viona nanti.

Tapi memang sepertinya Viona yang keberatan.

Terbukti Viona enggan berbicara dengan Zion selama perjalanan di mobil untuk berangkat ke kampus, setelah Julia memberitahu hal tersebut.

"Kakak kenapa, sih?" Zion menahan geram sedari tadi, melihat wajah Viona yang kusut seperti tak disetrika.

Viona tetap diam, makin menurunkan kedua sudut bibirnya.

"Karena pernikahan kita jadi semakin lama, hm?"

"Tidak!"

"Lalu kenapa?"

Viona tetap diam, tidak ingin melirik Zion sama sekali dari kursinya. Zion menghela napas panjang, mematikan mesin mobilnya sesampai mereka di parkiran kampus. Viona hendak cepat membuka mobil, tapi pintunya terkunci, membuat ia menatap Zion garang.

"Buka." Titahnya.

Zion diam, menatapnya tajam, dan mulai mendekat mempersempit jarak antara dia dengan Viona. Bibirnya ia arahkan ke jenjang leher Viona yang terekspos, memperlihatkan tulang lehernya yang indah.

Viona memejamkan matanya kuat, degup jantungnya berpacu cepat, kabur pun percuma, pintu terkunci. Apa ia akan dilecehkan Zion sebentar lagi?

"Itu yang terjadi jika kita menikah terlalu cepat,"

Viona membuka matanya, mengerjap-erjap melihat Zion yang sudah menjauh duduk kembali ke kursi pengemudinya. Pria itu membuka kunci mobil. Tak mau basa-basi, Viona membuka pintu cepat dan berlari menjauh terbirit-birit, meninggalkan Zion yang tertawa kencang di dalam mobil ketika mengingat wajah Viona yang ketakutan tadi.

Zionardo bajingan.

Viona bersumpah, ia benar-benar bersyukur sekarang, berterima kasih pada sang Ibu yang membuat mereka tak menjadi menikah terlalu cepat. Zion sebuas itu, ya?

oOo

Yerim menatap heran Viona yang menatap tajam Zion di depan sana, seolah mengibarkan bendera perang kapan saja.

"Kau kenapa?" tanyanya.

"Sedang mencoba mengeluarkan laser mata untuk menusuk perutnya,"

Lihat, Viona sedang melantur.

LOVE AND REVENGE [Telah Dibukukan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang