18. AHN YERIM

9 1 0
                                    





VOTE DAN KOMEN JAN LUPA!!














"Aku pikir warna cokelat saja cukup," Viona bergumam meletakkan jemarinya di dagu, memincingkan matanya melihat pantulan visual Zion dari cermin salon.

"Yang penting jangan membuatku terlihat norak," Zion mencibir, cukup kesal dengan gumaman mau pun celotehan yang Viona keluarkan. Gadis itu bersikeras mengajaknya untuk mewarnai rambutnya kembali. Katanya, rambut brown gray-nya itu terlihat tidak berwibawa dengan jabatannya sebagai seorang dosen, tak mencerminkan sosok dosen sama sekali.

Zion mendengkus, cukup menuruti yang gadisnya inginkan.

Eh? gadisnya?

Apa Zion mengklaim Viona itu gadisnya?

Setelah mengatakan untuk mewarnai surai Zion dengan warna cokelat tua, salah seorang wanita kemudian mulai mengurusi semua segala hal yang dilakukan untuk mengecat rambut.

Selesai dengan urusannya, Zion duduk bersantai menunggu cat rambut itu terserap di rambutnya. Menggeser-geser entah apa di layar ponselnya.

"Kakak tak ingin merubah warna rambut juga?" tanya Zion di sela keheningan.

Hal itu mampu memecahkan lamunan Viona. "Apa?"

"Cukup membosankan melihat Kakak dengan rambut yang sama," ledeknya yang berhasil membuat emosi Viona tersulut. Gadis itu memandangi surainya sendiri. Berpikir jika sepertinya rambut blonde violet-nya sudah membosankan, apa ia kembalikan menjadi blonde sepenuhnya, ya?

Pintu salon terbuka menampakkan dua orang yang ia kenal, Byurim dan Olivia memasuki salon. Benar-benar menepati omongan untuk menyusul kami, tersisa Yerim yang belum juga datang.

"Wow, Kakak ingin mengubah warna rambut?" tanya Olivia kepada Viona yang sudah siap duduk di depan cermin sembari mengenakan jubah yang biasa dipakai saat sedang ke salon. "Ya,"

"Kakak yakin?" kini Byurim yang bertanya, sedikit ada rasa kegelisahan di nada suaranya.

"Kau kenapa? Seperti akan mendapatkan malapetaka saja jika aku mengubah warna rambut," cemoohnya.

Byurim membatin, sedikit merasakan hal tak mengenakkan sebentar lagi.

Beberapa menit berlalu, rambut Viona dan Zion sudah selesai diwarnai. Viona berkaca di depan cermin, ia jadi mengingat saat rambutnya yang dulu masih polos pirang, dan akhirnya ia ubah saat memasuki masa perkuliahan dengan sedikit semir ungu violet. Kemudian ia ubah menjadi pirang kembali seperti dulu. Hal itu mampu membawa kembali kenangan lama tentang rambutnya di benak.

Bunyi bel sebagai tanda pengunjung masuk berbunyi.

Mereka bisa melihat Yerim yang sudah datang dengan beberapa bungkus roti yang sedari awal ia beli di toko roti.

Hendak menyapa, namun langkahnya berhenti. Terpaku di depan pintu kaca itu, pengelihatannya terpusat di rambut Viona yang pirang polos, tanpa ada lagi warna violet di setiap ujungnya. Ia menjatuhkan kantung yang berisikan banyak roti di dalamnya.

LOVE AND REVENGE [Telah Dibukukan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang