14. TRUE BETRAYAL

14 2 0
                                    

"Pada akhirnya, pengkhianat pun berasal dari orang terdekat kita sendiri."

-Junhui-




Peluh terus menetes dari pelipisnya. Yang ia lihat pertama kali adalah gelap ... sunyi ... dan hampa. Ia tak bisa melihat apa-apa. Hanya ada gelap. Tangannya tak bisa dia gerakan, terasa diikat ke belakang tubuhnya menggunakan tali tambang yang membuat pergelangan tangannya nyeri kesakitan. Ingin menjerit pun ia tak bisa, seakan hanya akan ada suara parau yang ia keluarkan karena sudah tak meminum air terlalu lama.

Dadanya bergemuruh takut penuh kewaspadaan. Dia ketakutan ... ia tak bisa melihat apa pun. Siapa pun tolong ...

Beberapa detik kemudian ia merasakan sesuatu yang menutupi matanya sudah hilang. Kini ia bisa melihat hamparan berbagai pipa besi tua berkarat di matanya. Dengan bau minyak tanah yang menguar pekat menggelitik indra penciuamannya.

"Bagaimana tidurnya? Nyenyak?"

Di hadapannya kini sudah ada sesosok gadis dengan riasan wajah yang cukup mencolok, bersurai pirang keemasan yang bergelombang juga pakaian yang tampak mewah nan apik. Gadis itu begitu cantik, namun cantik itu sirna ketika senyum yang mengisyaratkan kedengkian, kemurkaan, dan kebencian yang bergejolak besar di dalamnya muncul.

Ah, dia sosok gadis yang pernah muncul dan membuat Olivia ketakutan setengah mati, ia ingat itu.

Kini ia juga ingat mengapa ia ada di tempat ini.

Ia bersama Olivia berencana bermain dan bersenang-senang ke sebuah pegelaran acara budaya Korea di sekitar jalanan yang tak begitu jauh dari rumahnya. Namun saat terlalu hanyut dengan kesenangan itu, secara tiba-tiba saja matanya ditutupi sehelai kain, hingga ia tak bisa melihat apa-apa, ia juga merasakan lengannya seperti disuntikkan sesuatu yang akhirnya membuat ia tiba-tiba tak sadarkan diri. Dan di sini ia berada ... sesuatu tempat yang sangat familiar.

Di mana Olivia?

Kepalanya menoleh ke samping, melihat tubuh Olivia yang tak sadarkan diri ditali melingkari sebuah tiang besar. Wajah manis itu kotor karena debu-debu di tempat ini.

"Tenang saja, dia tak akan aku buat terluka ... tergantung Kakaknya, sih," Gadis itu tertawa, kemudian merubah raut wajahnya menjadi datar. Ia berjalan semakin dekat ke arah Yerim yang masih duduk di atas tanah berdebu itu. Yerim memberontak pun tak bisa, karena kaki mau pun tangannya diikat kuat dengan tali tambang yang semakin ia bergerak maka kulitnya akan semakin sakit.

"Berikan infomasi milik gadis itu." Pintanya dengan tidak santai, dengan wajah menyeramkannya. Yerim menautkan kedua alisnya, merasa bingung dengan siapa yang dimaksud.

"Ah, kau tidak tau maksudku, ya?" Anastasia merogoh sakunya, melemparkan selembar kertas yang membuat degup Yerim berpacu semakin cepat.

Itu ... adalah foto Viona saat di kampus.

Kenapa dia bisa mendapatkannya? Apa gadis yang dimaksud adalah Viona?

"Dia orang yang selalu ada di dekatmu, aku cukup tau jika kau begitu tau semua segala hal tentangnya. Cepat beri tau." Matanya menatap tajam ke arah netra kecokelatan itu. Begitu menghunus sampai relung jantungnya. Dia benar-benar sosok manusia menakutkan.

Yerim menggeleng ketakutan, "Tikh-tidakh akkhan." Suara serak yang hanya keluar dari bibirnya.

PLAK!'

Rasa nyeri langsung menjalar ke kulit pipinya. Ia merasakan rasa besi yang mencecap di lidahnya, luka di sudut bibir Yerim cukup memuat bukti bahwa tamparan Anastasia tak akan benar main-main.

LOVE AND REVENGE [Telah Dibukukan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang