3. OLD FACE

36 4 2
                                    






VOTE KOMEN DULU SEBELUM MEMBACA YAAAA!




















Termenung di atas pohon sembari melihat kemunafikan manusia di bawah sana. Viona sering melakukan itu. Gadis violet itu kini benar-benar berhasil membolos, tanpa ada halangan atau cegatan seseorang sedikit pun. Benar-benar jalan hidupnya.

Jika ditanyakan, apakah Viona akan mati bosan di atas pohon? Jawabannya adalah, tidak! Siapa yang akan menolak beberapa drama teater gratis? Di tempatnya, atau lebih tepatnya di atas dahan pohon. Ia bahkan bisa melihat semua kejadian secara mereka tak sadari. Seperti perselingkuhan, pfft. Itu lucu. Seperti kejadian yang baru saja ia tonton.

Di mana ada seorang gadis, yang sudah memiliki kekasih. Perlu digaris bawahi, seorang gadis yang sudah memiliki kekasih. Memagut bibir mesra di bawah pohon bersama pria asing. Ia tak tau siapa, tapi dari yang ia dengar, itu temannya.

Kemudian datanglah sesosok pria, yakni kekasih asli wanita itu. Karena terciduk, pria itu murka, dan sempat beradu mulut, tentang itu lah, ini lah, dan segala tetek bengeknya. Viona yang menonton hanya tersenyum, khusyuk menonton drama gratis.

Puncak komedinya adalah, si gadis yang merasa dia ada di posisi sebagai orang yang tersakiti dan memilih berlari ke hati yang lain. Ini konyol. Mencari alasan yang tak masuk akal. Alasan yang dipakai hampir semua umat manusia.

Seperti ... "Aku yang paling tersakiti di sini." Bullshit!

Semua orang pada akhirnya hanya mencari pembelaan. Seolah kesalahan yang ia lakukan itu adalah perbuatan yang benar dan memang harus dilakukan. Sadarlah, dan bercerminlah, lihatlah seberapa kotor dirimu yang seolah merasa paling suci dan benar layaknya malaikat. Renungkan itu.

"Fokus sekali."

"Aaakhmm!"

Jeritan kagetnya hampir saja keluar karena ulah sosok bermasker yang tak ia kenal. Viona segera meloncat turun dari atas pohon, memandang sengit orang yang tadi mengagetkannya dengan kemunculan yang tiba-tiba. "Kau siapa?! Beraninya mengagetkan aku!" Bentaknya. Pemuda itu sepertinya hanya tersenyum miring, seolah memikirkan sesuatu yang jahat untuk ia lakukan nanti. "Halo, Kak. Bagaimana kabarmu?" Tanyanya. Viona hanya mengernyitkan dahi, memandang dari bawah hingga atas. "Siapa kau? Lepas maskermu." Titahnya dengan kesal. Pemuda itu menatap safir birunya sejenak, kemudia melepas masker yang ia gunakan dengan gaya seperti seorang artis, lalu ...

Syalalala~

Viona dibuat terdiam, menganga hampir mengeluarkan liur, jika pemuda itu tidak cepat menutup mulutnya. "Aku tau aku tampan, tak usah mengeluarkan liurmu." Tuturnya. Viona segera sadar dari lamunannya, menyugar poni yang menghalangi pengelihatannya dengan cool. Mencuri lirikan untuk melihat lagi penampilan pemuda itu.

Bagaimana hidungnya yang mancung dan lancip, rambut brown grey yang segar, garis rahang yang tajam nan tegas, bibir penuh yang menggoda, otot lengan yang sempurna, juga tubuh tinggi semampai. Viona berani bersumpah, tidak ada pria setampan ini di kampusnya.

Jika ada kata terpesona di dunia ini, maka Viona adalah gadis yang dibuat terpesona hanya dengan sekali pandang. Lirikan tajam bagai elang itu mampu membuatnya hampir bertekuk lutut. Ia rela, rela mengemis apa pun untuk pemuda di depannya ini agar hanya untuk berlama-lama dekat dengannya. Jika dia guru, dia akan memberikan nila A+ dan perfect untuk menilai penampilannya.

"S-siapa?" Tanyanya sekali lagi dengan terbata-bata. Tak kuat dengan aura mendominasi yang terpancar dari tubuh tegap pemuda itu. "Kau tak mengenalku, Kak? Ini aku, Zion." Balasnya. Viona kembali mengerutkan alis, berpikir cukup lama untuk pria yang sepertinya mengenal dia. Tapi, Viona tak memiliki kenalan laki-laki sebelumnya.

"Bocah 3 tahun yang pernah kau pukul dengan guling besar di atas ranjang hingga terjatuh di atas lantai dan menangis."

Netranya membelalak, ia sepertinya tau kejadian itu.

Saat umurnya 9 tahun, ia pernah memukul seorang bayi berusia 3 tahun hingga terjatuh dari ranjang dengan guling besarnya saat itu. Dan Ibu sempat memarahinya, kalau tidak salah nama bayi itu adalah Zion, nah!

Tunggu, Zi-on? Zion?

Gadis itu kembali melihat pemuda asing yang masih ada di hadapannya, merenung mengingat nama dan rupa bayi itu, kembali melirik lagi, kembali termenung, kembali melirik lagi, kembali termenung. Kembali-"HUAAAA!"







LOVE AND REVENGE [Telah Dibukukan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang