06

284 40 21
                                    

"Mbak Wil, mbak tau gak persamaan mbak sama bajai?"

"Gak, dan gak mau tau."

"Sama-sama suka ngeles kalo sebenernya mbak juga cinta sama Nanaa, jiahhahahaha." Wilda memandang horor ke arah Nathan.

"Mbak, jalan yok." Ajak Nathan.

"Gak bisa, gue sibuk." Sahut Wilda yang memang beneran sibuk dengan laptop didepannya itu.

"Habis mbak kelarin tugasnya lah, kita jalan gimana?" Bujuk Nathan sambil menggoyangkan lengan Wilda.

"Petrussss cil! Gak ada harga diri banget lo ngejar-ngejar mbak Wilda mulu." Cibir Licia dengan es teh ditangannya.

"Apasih kak Lice!? Namanya juga gue lagi berjuang." Balas Nathan.

"Berjuang berjuang palak kao bekopleng!" Nyinyir Licia, keluar sudah bahasa Bataknya.

"Btw si kaki mengsol kemana?" Tanya Wilda.

"Gak tau, dari tadi gada keliatan." Jawab Nathan.

"Bagus sih, seenggaknya tenang sedikit nih kosan. Semenjak kaki ama tangannya patah, orang sekosan dibuat pusing ama tuh bule." Ujar Licia.

"Yee gitu-gitu juga gegara kalian gak setia kawan ama tuh anak. Lo juga Na, bukannya lo yang manjat tuh pohon malah nyuruh Elya yang cewek." Omel Wilda.

"Yekann, dia sendiri yang maksain manjat. Yekan kak Lice?"

"Hooh, yaudah kita mah bagian monitor doang." Respon Licia.

"Yeuu, dasar lo berdua."

Gak lama Elya keluar dengan kaki pincangnya sambil garuk-garuk kepala dengan mata menyipit, oh baru bangun dia.

"Busett udah kayak Tarzan aja lo kak!?" Celetuk Nathan.

"Bacot lo babik, minggir!" Ujar Elya mendorong Nathan ke pojokan sopa.

"Buset kaki udah mengsol aja tenaga masih kayak kuda." Cibir Nathan lalu pindah tempat didepannya Elya.

"Bagus lo diem ya cil, sebelum gue telen idup-idup lo."

"Lis, gimana kuliah gue? Aman?" Tanya Elya.

"Aman, masih dikasih izin kok lo. Tenang aja, entar lo nyatet punya gue aja." Jawab Licia sambil mengscrol TikTok di ponselnya itu.

"Mbak Wil cepolin rambut gue dong, risih." Pinta Elya.

"Haduh haduh, mana sini."

"Lis buatin gue es teh juga dong." Perintah Elya dan langsung aja Licia menatapnya sengit.

"Idiwww, bikin sendiri lah. Enak aja nyuruh-nyuruh orang." Sungut Licia.

"Kaki gue puklek kek gini juga gegara siapa ya sat?"

"Itu mulu njir yang diungkit-ungkit, Na buatin es teh noh tuan putri." Nathan yang disuruh pun hanya melotot tak terima.

"Dih, kenapa jadi gue yang disuruh?"

"Ya lo lah, kan harusnya tuh lo yang manjat ini malah Elya." Ujar Licia.

"Iye iyee, bawel amat. Tau gitu gue aja kemaren yang manjat, lo sih kak El. Gegayaan mau manjat segala, jadi riweh kan." Cicit Nathan lalu pergi ke arah dapur.

"Ini rambut lo emang gamau lo ganti apa warnanya El?" Tanya Wilda.

"Kenapa emangnya mba?" Tanya Elya balik.

"Gak sih, emang gak bosen apa rambut blonde macam gitu?"

"Gak sih, udah nyaman aja gue ama warna rambut sekarang. Males juga ganti-ganti, entar tambah rusak lagi." Jawab Elya.

My Enemy My Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang