XII - Rahasia Besar Sekolah

7 2 0
                                    

­­Satu bulan telah berlalu, malam ini adalah malam yang telah direncanakan matang-matang oleh mereka berlima untuk pergi kebagian selatan sekolah ini. Gavin dan Arya akan pergi membawa Daniel. Mereka berencana kabur malam ini. Leona membekali dua seniornya dengan ransel kecil berisi botol minum dan peralatan yang ia bawa serta hp pribadinya jikalau ada masalah mendesak disana. Setelah persiapan yang matang selama satu bulan ini, Gavin dan Arga berpamitan pada mereka bertiga kemudian pergi menuju selatan. Malam ini mereka berdua memiliki waktu dua setengah jam hingga jam batas akhir ditutup. Lebih lama dari waktu yang dihabiskan Leona terakhir kalinya. Leona, Bella dan Karina terburu-buru menuju kamar mandi untuk memantau dua seniornya itu lewat hp Bella yang sudah tersambung dengan panggilan.

Bunyi ketukan tiga kali terdengar di hp Bella, tanda mereka telah sampai dibatas jalan terakhir tersisa jalan setapak di hutan dan mereka akan tiba di pintu pengasingan. Gavin dan Arga akhirnya bisa berjalan dengan leluasa setelah berhimpitan agar tidak terekam oleh cctv sekolah. Hutan yang gelap hanya sinar bulan yang bisa menyinari mereka sekarang. Karina tidak menyarankan mereka menggunakan senter dikhawatirkan ada penjaga didalam hutan walaupun kemungkinannya kecil. Leona, Bella dan Karina tetap stay sambil memegang peta dan berhimpitan didalam bilik kamar mandi.

Bunyi ketukan empat kali kembali terdengar di panggilan, tanda bahwa Gavin dan Arga telah sampai di area pembangunan terbengkalai setelah cukup lama. Sampai disini, mereka harus waspada dengan penjaga yang mungkin saja berjaga. Arga bertugas untuk menemukan cctv di bagian-bagian dinding bangunan dengan sensor yang telah mereka bahwa.

0 cctv, pesan singkat masuk dihp Bella. Mereka bertiga menghela nafas dan bertatap-tatapan mengisyaratkan mereka bersyukur atas pesan masuk itu.

Tiga puluh menit mencari, Gavin dan Arga masih belum menemukan keberadaan pintu yang dimaksud Karina. Pintu bawah tanah yang dimaksud kini tertutupi tandon air 5500 liter. Walaupun mereka berhasil menemukannya belum tentu mereka bisa menggeser tandon air berukuran jumbo itu. Baru saja mereka akan duduk untuk sejenak mengistirahatkan kakinya, dua kepala dorm muncul dari balik tandon sambil memegang piring berisi lilin yang menyala. Buru-buru Gavin dan Arga bersembunyi dibalik triplek disampingnya. Naasnya kaki Arga sedikit bergerak karena rasa kram yang ia dapat yang akhirnya menimbulkan suara seperti sapu lidi hingga memancing kedua kepala dorm tersebut.

"Ada siapa disana!" teriak salah satu kepala dorm. Untunhnya kepala dorm hanya memiliki lilin yang tidak bisa menyorot keberadaan mereka berdua.

"Mungkin ular atau tikus, ayo kita harus segera menyiapkan makan malam" ucap kepala dorm yang lain.

"Baiklah. Apa sudah kau kunci pintu bawah?" tanyanya.

"Sudah"

Kedua kepala dorm itu pergi meninggalkan area pembangunan. Gavin dan Arga segera berdiri dan menggeser tandon air tempat kepala dorm itu masuk. Ternyata tandon air itu tidak bisa digeser karena penuh dengan air.

"Bagaimana cara kepala dorm tadi menggeser benda ini?" bisik Arga pada Gavin.

"Aku juga tidak tahu" balasnya. Percakapan mereka masih didengarkan oleh Leona, Bella dan Karina.

Gavin dengan terpaksa menggunakan senter untuk menyoroti bagian tandon karena terlalu gelap. Arga juga membantunya untuk mengeceknya. Mereka berdua masih berusaha untuk menggeser tandon walaupun sia-sia hingga kaki Gavin tergelincir. Alangkah terkejutnya mereka ketika menemukan lubang disisi kanan tandon. Mereka menyadari kebodohannya dengan mengutuk diri masing-masing karena tidak melihat lubang yang berada dipojok berhimpitan dengan dinding. Memang jika dilihat sekilas tidak ada celah disana, tetapi jika diteliti ada satu lubang dengan tangga mini menuju kebawah.

Gavin menawarkan dirinya untuk turun kebawah sedangkan Arga berjaga-jaga diatas. Namun benar seperti kata kepala dorm, pintu itu sudah mereka kunci.

"Terkunci" ucap Gavin pada Arga setengah berbisik.

"Pakai ini" balas Arga menyerahkan peniti dan paperclip, entah bagaimana terpikirkan diotaknya untuk membawa benda seperti ini.

Namun Gavin tetapi tidak bisa membukanya setelah bantuan yang dibawa Arga. Arga mengusulkan untuk bertukar posisi. Ia dengan cepat mengotak-otak gembok dengan kedua benda yang ia bawa.

"Dari mana kau yakin itu bisa dipakai" ucap Gavin.

"Bisa, ayahku yang mengajariku menggunakan ini" balas Arga yang masih bergulat dengan gembok.

TAKKK...... Akhirnya gembok itu terbuka. Arga menaikkan alisnya sambil menyuruh Gavin untuk turun dengan gaya sombongnya karena telah berhasil membuka pintu. Mereka berdua kemudian masuk kedalam dengan berhati-hati. Panggilan telepon terputus, tidak ada sinyal dibawah ini. Karina telah memberitahu mereka semua jika dibawah tanah mungkin tidak ada sinyal. Jadi mereka berempat tidak terlalu panik.

Setelah benar-benar masuk keruang pengasingan, alangkah terkejutnya Gavin dan Arga melihat tempat ini. Lantainya hanya dari tanah, lembab, dan hanya memiliki sedikit lilin sebagai penerangan. Daripada tempat pengasingan, tempat ini lebih seperti penjara bawah tanah yang ada di Lawang Sewu. Sel besi yang kokoh menjadi pembatas ruangan-ruangan yang banyak ini. Bulu kuduk mereka berdua merinding ketika mereka mencoba untuk masuk lebih dalam.

Sel terakhir paling pojok lorong kedua, batin Gavin ditengah langkah kakinya persis seperti yang diberitahukan Karina.

Arga tidak bisa berkata-kata setelah melihat banyak murid yang disekap sedang tidur tanpa alas sedikitpun bahkan yang lebih parahnya terdapat dari mereka tidak menggunakan pakaian bagian bawah ataupun pakaian bagian atas.

Lorong pertama berhasil mereka lewati dengan mulus, sekarang mereka berdua hanya perlu masuk menuju lorong kedua, entah berapa banyak lorong disini Gavin dan Arga tidak ingin membayangkannya. Setengah mati mereka berdua tidak loncat ataupun mengeluarkan suara saat melihat ruangan yang paling besar. Ada dua makhluk dengan gigi yang besar tertidur lelap dengan banyak daging disebelahnya, sepertinya mereka kekenyangan dan berakhir tertidur disaat makan. Gavin dan Arga juga tidak tahu makhluk atau hewan ap aitu, mereka hanya bisa berusaha untuk tidak memperdulikan makhluk itu dan terus berjalan menuju sel terakhir di lorong itu.

Satu menit terlama yang mereka rasakan akhirnya terbayarkan setelah sampai di sel terakhir. Gavin mengetuk pelan besi dan Arga memegang hp yang menampilkan foto Leona dan Daniel tengah bersama. Anak laki-laki itu menggeliat ditengah tidurnya, ia mengedipkan matanya ketika menyadari bahwa ada orang di depan selnya. Arga menyodorkan foto di hp yang ia pegang sambil sesekali melihat kearah ruangan dengan dua monster besar berada.

Anak laki-laki itu akhirnya menyadari bahwa difoto itu adalah kakaknya. Ketika ia melihat dua sosok laki-laki didepannya bukan kakaknya, ia reflek mundur kebelakang karena takut jika dua orang itu tahu keberadaan kakaknya dan menyiksanya. Menyadari ketakutan dalam diri anak laki-laki itu, Gavin mengambil hp ditangan Arga kemudian mengetikkan sebuah pesan yang sekiranya bisa dibacanya olehnya.

Jika kau benar Daniel Delores, ikutlah dengan kami. Kakakmu ada disini untuk menyelamatkanmu. Kami temannya tidak akan menyakitimu

Sekolah Agama "White Croatoan"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang