XI - Penjelasan Karina

4 2 0
                                    

Author's POV

Karina siang ini melangkahkan kakinya menuju perpustakaan lama, sesuai dengan apa yang dikatakan murid lain di malam sebelumnya. Perempuan berusia 15 tahun yang selalu menundukkan badannya menyusuri lorong dengan gugup berharap tidak ada orang yang melihatnya. Sesampainya di perpustakaan ia bertemu dengan pengurus senior. Dengan sinisnya senior itu menyuruhnya menulis buku tamu jika ingin masuk ke perpustakaan. Akan tetapi ia terlalu takut untuk berbicara dengan senior itu dan lagi ia juga tidak melihat murid perempuan yang ia temui kemarin. Ia berencana untuk pergi sebelum akhirnya, Bella meneriakinya.

"Senior Grey dia temanku, aku rasa akan bagus meramaikan tempat ini agar tidak kalah dengan perpustakaan baru" ucap Bella pada Grey.

"Baiklah terserahmu! Akan akan pergi menemui Pak Adi jadi berjagalah yang benar!" ucap senior itu sebelum akhirnya pergi meninggalkan perpustakaan lama.

"Hai kemarilah, aku sangat bersyukur kau mau datang kesini" ucap Bella pada Karina.

"Siapa nama lengkapmu biar kutuliskan di buku tamu" lanjutnya dengan senyuman tulusnya.

"Ka... Karina" balas Karina.

"Karina Oomori" lanjutnya.

"Marga jepang?" tanya Bella yang sebenarnya untuk dirinya sendiri.

"Iya... benar" jawab Karina.

Bella menuntun Karina menuju meja pojok yang biasa ia tempati bersama Leona dan senior-seniornya. Karina sedikit terkejut ketika melihat murid senior bergabung bersama mereka. Bella memperkenalkan dirinya dan teman-temannya pada Karena serta menenangkannya bahwa kedua senior ini juga akan ikut membantu mereka.

"Jadi bagaimana Karina? Apakah sudah siap menceritakan sekarang?" tanya Bella lembut takut jika Karina akan tersinggung.

"Ee... emm... apa aku harus pergi ke pengasingan lagi sebelum keluar?" tanya Karina terap menunduk menghindari tatapan empat orang didepannya.

"Jika kau tidak mau, tidak perlu" ucap Bella.

"Hanya kami yang akan pergi kesana, kau boleh tidak ikut Karina tetapi kau harus memberitahu kami bagaimana caranya kesana" timpal Arga.

"Benar, kami harus menyelamatkan adik Leona dahulu" ucap Bella meyakinkan Karina.

"Iyaa apa kau melihat ada anak laki-laki berusia delapan tahun disana namanya Daniel Delores?" tanya Leona sedikit terburu-buru. Bella menepuk pelan punggung Leona, mengisyaratkan untuk tenang.

"Aku tidak tahu" jawaban Karina yang membuat mereka berempat menghela nafas frustasi.

"Baiklah jika tidak tahu tidak masalah Karina, sekarang kau hanya perlu menunjukkan cara untuk pergi kesana. Begitu Daniel, adik Leona ditemukan kami akan langsung keluar dari sini membawamu juga" ucap Bella berusaha dengan tenang menjelaskan. Kedua senior itu bertatapan setelah mengetahui keterampilan etika komunikasi Bella yang baik dan lembut. Mereka tidak menyangka karena selama ini Bella cukup pendiam.

"Aku tidak tahu adiknya, tap..tapi ada satu anak laki-laki yang membagi makanannya padaku, dia pemberani tidak sepertiku" ucapnya disertai air mata yang perlahan jatuh melewati pipinya. Bella berpikir entah apa yang sudah diperbuat sekolah ini hingga membuat Karina trauma.

"Bisa kau ceritakan bagaimana wajahnya" sahut Gavin disela-sela keheningan karena tangisan Karina yang tidak mengeluarkan suara.

Karina mengambil pensil dan sketchbook berukuran kecil dari sakunya kemudian menggambarkan ilustrasi wajah anak laki-laki yang ia temui ditempat pengasingan. Mereka berempat terkejut karena Karina sangat pintar menggambar. Goresan demi goresan gambarannya lebih lancar dari pada saat ia berbicara. Tidak lama hingga ia selesai menggambar wajah anak laki-laki itu. Leona segera merebut gambaran Karina setelah ia menyelesaikannya. Ia memeluk gambaran itu sambil menangis. Ia tidak bisa lagi membendung air matanya. Ada rasa senang dan sedih tercampur di dalam dirinya. Leona sangat merindukan adiknya itu. Keluarga satu-satunya yang ia punya bahkan rasa rindunya melebihi rindu pada kedua orangtuanya.

Bella dan lainnya berdiam diri menunggu Leona selesai mencurahkan rasa sedihnya pada gambaran itu. Jika melihatnya secara langsung, mungkin semua orang bisa merasakan penderitaan mendalam yang Leona punya.

"Benar hikss... benar dia Daniel" ucapnya disela-sela tanggisannya nyaris tidak terdengar jelas.

"Dia masih hidup...." Lanjutnya.

Leona segera memeluk erat Karina seolah ia sangat berterimakasih padanya. Karina sendiri terkejut mengetahui apa yang dilakukan oleh Leona. Melihat ketulusan Leona, ada rasa kasihan dan peduli tumbuh pada diri Karina. Ia kemudian melepaskan pelukan Leona pada tubuhnya dengan sedikit memaksa. Tanpa mengeluarkan satu kata pun dari mulutnya ia kembali menggambarkan denah ruangan sekolah ini.

"Biar kuambilkan kertas yang lebih besar" usul Bella seraya terburu-buru mengambil kertas kosong dimeja administrasi. Karina menggambarkan jalan menuju tempat pengasingan. Butuh lebih dari sepuluh menit hingga Karina bisa menyelesaikan denah beserta informasinya. Walaupun tidak terlalu mendetail namun peta jalan itu masih bisa mereka baca.

"Kau bilang pernah pergi kearah selatan sekolah, bagaimana dengan yang ini?" ucap Gavin pada Leona seraya menunjuk salah satu jalan.

"Benar, sebelum kejalan ini, dinding gedung terakhir banyak cctv. Dan kalian tidak akan percaya apa yang kutemukan disini, pagar keluar dari sekolah tersembunyi dirangka beton kedua dari kanan" ucap Leona dengan yakin sambil menambahkan informasi cctv, blind spot dan pagar yang ia temukan. Melihat itu kedua senior dan Karina terkagum pada keberanian Leona untuk menemukan itu seorang diri.

"Kau percaya padaku sekarang? Bagaimanapun caranya akan kubawa kau dan adikku keluar dari penjara ini!" ucapnya yakin pada Karina sambil menggenggam tangannya. Karina hanya bisa mengangguk tanda bahwa ia mempercayai Leona sekarang.

"Dan yang paling penting, jangan beritahu siapapun tentang ini semua kecuali pada kami berempat. Mengerti?!" lanjut Leona yang dibalas anggukan oleh Karina.

Gavin menyuruh mereka membereskan barang-barang dimeja setelah melihat Pak Adi dan Grey berbicara dan melangkahkan kakinya masuk ke perpustakaan ini. Bella juga terburu-buru menuju meja administrasi perpustakaan sedangkan Leona menarik Karina untuk pergi dari perpustakaan ini. Leona menyuruh Gavin membawa peta yang dibuat Karina usai memfotonya dengan hp pribadinya. Mereka masih terkejut dengan keberanian Leona yang berhasil membawa hp pribadi menuju sekolah ini. Sebenarnya Leona takut jika Karina tahu bahwa ialah yang sengaja memfitnanya membawa barang asing kesekolah ini. Untungnya Karina masih tidak menaruh curiga bahkan saat ia telah melihat hp yang dibawanya. 

Sekolah Agama "White Croatoan"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang