IX - Bersih Tanpa Celah

6 2 0
                                    

"Berjanjilah pada dirimu sendiri, dalam keadaan apapun kau harus menemukan adikmu. Aku tidak pintar dan kuat seperti Gavin yang bisa menjanjikan adikmu tetapi aku cukup cepat dan cerdas untuk bisa membantumu" ucap Arga menenangkan pula.

___

Bella's POV

Seperti hari-hari biasanya aku bertugas di perpustakaan. Menata buku, menyortir, membersihkan debu-debu dan lainnya. Senior Grey tidak datang hari ini karena merasa tidak enak badan. Untunglah dia tidak bisa datang, sejujurnya aku lebih nyaman sendiri. Leona telah menceritakan mengenai surat yang ditemukan para senior laki-laki yang ia temui kemarin serta memberitahuku tentang mereka. Dari tadi mereka berada disini sedang berdiskusi mengenai cara menemukan adik Leona dan temuan-temuan yang berhasil Leona temukan sebelumnya. Entah mengapa senior-senior itu menyuruhku untuk bertanya mengenai lulusan-lulusan disini pada Pak Adi yang sekarang berada di sampingku, sedang menyortir dokumen administrasi sekolah.

"Ehmm... Pak Adi apakah lulusan-lulusan dari sekolah ini cukup berprestasi di luar sana? tanyaku dengan gugup takut mengganggu kegiatan gurunya.

"Tentu... kau bisa mengeceknya di web sekolah" balas Pak Adi tanpa menoleh sedikitpun padaku.

"Apa kau takut tidak memiliki prospek kerja yang bagus setelah lulus?" lanjutnya.

"Ahh benar karena saya bingung akan memilih jalan seperti apa setelah lulus dari sini" jawabku.

Pak Adi berhenti dari kegiatannya dan membimbingku untuk mengecek web sekolah dan ya benar ada beberapa lulusan terbaik yang ditampilkan dengan kesuksesan yang dimilikinya sekarang. Para alumni itu juga menuliskan pesan mengenai sekolah ini dan ajakan bergabung dengan white croatoan jika ingin lulus seperti mereka.

"Sebetulnya aku tidak boleh melakukan ini tapi akan kutunjukkan betapa bagusnya sekolah ini dan lulusannya di laman pencarian umum yang tidak bisa kau akses" ucap Pak Adi yang membuatku kaget.

Sekolah ini benar-benar bersih tanpa celah. Pak Adi mengizinkanku untuk menggunakan ponsel selulernya untuk melihat lihat sekolah melalui web luar sekolah. Pak Adi juga menasehati dan menenangkanku untuk tidak khawatir mengenai diriku dimasa depan. Aneh sekali bahkan sekolah ini termasuk sekolah dengan akreditasi paling baik di kota ini. Banyak ulasan bagus yang ditulis oleh orang tua murid mengenai anak mereka yang bersekolah disini. Namun yang paling menarik perhatianku adalah ulasan dari user yang mengklaim bahwa anak mereka bekerja dengan penghasilan tinggi.

Sekolah yang sangat bagus dan sangat berdedikasi. Sebagai orang tua, sejujurnya saya merindukan anak saya karena tidak pernah bertemu sejak memasukkannya ke sekolah ini hingga ia bekerja di luar negeri namun saya bangga karena ia selalu bercerita mengenai kesuksesannya walaupun hanya melalui pos surat. Namun saya bangga dengan anak saya dan prestasinya selama bersekolah disini.

Ulasan yang aneh, aku diam diam menyalin dengan pena serta kertas yang kuambil sembarangan selagi Pak Adi mengambil dokumen lain di ruang sebelah. Sebisa mungkin aku menutupi contekanku dari rekaman cctv dengan punggungku. Aku menyerahkan ponsel pada Pak Adi seusai beliau kembali tentu saja dengan salinan ulasan yang sudah selesai aku tulis. Kemudian aku meminta izin untuk bergabung dengan Leona yang dipersilahkan oleh Pak Adi dan segera memberitahu Leona dan dua senior itu mengenai ulasan ini.

"Leona, aku berhasil menyalin ulasan dari web luar sekolah, ini sangat aneh bukan?" ucapku setelah duduk bergabung dengan mereka.

"Apakah orangtuanya tidak menyadari keanehan anaknya?" tanya Arga usai membaca tulisanku.

"Sepemikiran, bisa jadi surat yang dibaca orangtuanya bukan asli dari anaknya melainkan surat palsu yang dibuat pihak lain, agar orangtuanya tidak berpikiran aneh aneh dan menyebabkan dugaan terhadap sekolah ini" balas Gavin menjelaskan.

"Aku tidak menyangka kau sepintar itu" balas Leona menanggapi Gavin seolah ia tidak mau mengakuinya.

"Bisa jadi begitu, dan anehnya sekolah ini juga bersih tanpa kasus satupun bahkan masyarakat sangat percaya untuk menyekolahkan anak mereka di sekolah ini" jelasku pada mereka.

"Wahh aku pikir akan sangat sulit untuk memata-matai sekolah ini" ucap Arga.

"Leona, bagian selatan sekolah yang kau ceritakan adalah area pembangunan terbengkalai bukan?" tanya Arga tiba-tiba yang diiyakan Leona.

"Kau bilang banyak cctv di gedung terakhir namun jika masuk lebih dalam ke area hutan hingga ke area pembangunan tidak ada cctv disana" bisik Arga yang mengejutkan kami semua. Dia bercerita bahwa ia mendapat informasi dari penjaga yang pernah masuk mengecek area pembangunan. Kebetulan penjaga waktu itu kenalan pamannya yang merupakan warga asli kota ini. Arga juga menjelaskan kembali bahwa penjaga itu bersaksi pernah melihat penjaga lain masuk kesalah satu pintu di area pembangunan itu namun hingga sekarang penjaga itu tidak bisa menemukan pintunya.

"Apa kau serius, jangan membicarakan rumor yang belum jelas" ucap Gavin tegas.

"Ayolah kau sahabatku Gav dan kau tidak mempercayaiku!?" balas Arga tidak percaya.

"Mungkin dia benar, dalam surat yang ditulis Daniel padaku ia sempat menyinggung soal pintu di area hutan tapi hanya itu saja tidak ada petunjuk lain darinya" jelas Leona.

"Jika begini saja akan semakin samar, aku akan mencari pintu itu malam ini" lanjut Leona yang lebih mengejutkan kami semua. Aku tahu ia anak yang sangat nekat tetapi malam ini tidak memiliki waktu yang panjang.

"Jangan malam ini waktunya cukup singkat kau bisa dalam bahaya!!" tolakku pada Leona tegas.

"Tapi hingga sampai kapan, aku tidak bisa menunda-nunda lagi. Adikku pasti ketakutan saat ini" jawab Leona padaku dengan nada suara yang meninggi.

"Benar kata Bella, kau hanya membahayakan dirimu saja. Jika masuk ke pengasingan kau tidak akan bisa keluar lagi Leona" jelas Gavin mencoba meyakinkan Leona.

"Iyaa dia benar. Jika kau bersedia, aku akan menggantikanmu mencari pintu itu tapi tidak malam ini" ucap Arga menimpali. Aku terkejut bahwa Arga ternyata seseorang yang pemberani walaupun aku masih tidak yakin dengan kemampuannya. Leona pun sama terkejutnya setelah mendengar ucapan Arga.

"Benar aku akan ikut juga tapi tidak malam ini. Kau pun perlu mengajari kami bagaimana persiapannya" lanjut Gavin yang diiyakan oleh Leona. Aku bersyukur bahwa kami memiliki teman yang sangat membantu disini.

Lima menit lagi hingga kelas berikutnya dimulai. Kami berempat segera keluar dari perpustakaan menuju kelas kami masing-masing. Namun aku dan Arga dimintai tolong terlebih dahulu untuk mengambil form dokumen oleh Pak Adi di ruang pengajar dan diberi izin untuk sedikit terlambat memulai kelas kami. Sesampainya di ruang pengajar aku segera mencari dokumen itu seusai mengucapkan salam sopan pada beberapa guru lain. Kami berdua berhasil menemukannya selang beberapa menit kemudian berjalan keluar kembali menuju perpustakaan.

Langkahku terhenti ketika melihat murid perempuan yang pernah dibawa menuju pengasingan karena ulah Leona untuk menyelamatkanku. Tetapi dia sangat aneh seperti orang linglung. Baru saja aku akan menghampirinya, salah satu guru tiba-tiba datang dan mendampingi murid itu berjalan ke kelasnya. 

Sekolah Agama "White Croatoan"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang