Cerita Daniel membuat Leona semakin sedih, tangisnya pecah setelah menyadari adiknya masih bisa selamat setelah apa yang dilakukan sekolah biadab itu. Gavin dan Daniel sama sama menenangkannya.
"Minumlah, Leona. Perjalanan kita menuju pantai masih jauh. Kita juga harus sampai disana sebelum malam agar monster itu tidak datang" ucap Gavin lembut. Leona menuruti apa kata Gavin. Mereka beristirahat sejenak sebelum memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Gavin mengendong Daniel dipunggungnya. Ia tidak memperdulikan rasa sakitnya sekarang. Gavin hanya berharap bisa menuju ke pantai seperti apa yang ia janjikan pada Arga.
___
"Ayo cari sungai untuk megisi persediaan minum, jika ada pantai, pasti ada sungai yang akan bermuara kesana." ucap Gavin.
"Ada kompas di hpku, mungkin akan berguna" ucap Leona menimpali.
"Jika dari sekolah menuju pantai maka kita harus berjalan menuju timur laut" ucap Gavin sebisa mungkin mengingat arah menuju pantai sambil membuka kompas yang ada di hp Leona.
Mereka bertiga terus berjalan menyusuri hutan, Leona memotong rumput dan dedaunan yang menghalangi jalan mereka dengan pisau. Gavin tetap menggendong Daniel yang masih lemah. Mereka bertiga tidak tahu berapa kilometer lagi sisa perjalanan menuju pantai, mereka terus berjalan berusaha menemukan sungai terlebih dahulu untuk bertahan hidup setidaknya untuk tiga hari kedepan dan berharap tidak ditemukan oleh monster yang mirip genderuwo itu.
"Disitu pantainya kak!!" teriak Daniel tiba-tiba. Leona dan Gavin menyadari bahwa adiknya mungkin terlalu haus dan lapar hingga mengalami fatamorgana seperti di gurun.
"Jam berapa terakhir kau makan, Daniel?" ucap Leona ditengah perjalanan mereka bertiga.
"Pagi sebelum kakak menjemputku, jangan khawatir aku tidak lapar" balas Daniel berusaha menenangkan mereka berdua.
"Jangan sungkan untuk minta air pada kami" balas Gavin dengan sedikit senyuman.
Leona terenyuh dengan sikap Gavin sejak dia mengikutinya masuk kedalam hutan. Rasa sakit dipunggungnya mungkin tidak bisa disamakan dengan rasa sakit diperut Gavin. Dengan penuh luka dan goresan ditubuhnya, Gavin tetap kuat untuk menggendong Daniel. Dia bahkan tidak menyerah begitu saja ketika melihat Leona terperosok ke dalam jurang. Mungkin jika manusia pada umumnya sudah mengira Leona dan adiknya telah mati namun tidak dengan Gavin. Dengan membawa sedikit harapan, Gavin tetap berusaha menyusul Leona dan menyelamatkannya. Rasa bahagia timbul ditengah rasa sakit yang mereka bawa saat ini.
Gavin menyuruh Leona mengumpulkan lumut yang tumbuh di hutan ini untuk dijadikan persediaan minum darurat sebelum menemukan sungai. Leona memang pernah membaca artikel yang mengatakan bahwa lumut bisa dijadikan air minum namun ia tidak begitu mengingat caranya. Ia mengikuti semua usulan yang Gavin berikan karena hanya Gavinlah yang pernah tinggal diwilayah ini walaupun tidak lama.
"Itu sudah cukup banyak, peraslah dengan kain yang ada saat ini. Kau bisa menggunakan kain celanaku" ucap Gavin.
Ucapan Gavin kali ini ditolak oleh Leona. Ia tidak ingin Gavin berakhir kedinginan karena baju yang sudah cukup banyak terpakai untuk menutupi lukanya. Leona menyobek singlet yang ia pakai sebagai dalaman saat ini. Ia sudah tidak memikirkan rasa malu, setidaknya dia masih memakai bra dan baju. Leona memposisikan lubang botol sudah pas dengan tangannya. Ia memeras lumut itu dengan sekuat tenaga hingga tetesan terakhir masuk kedalam botol minum yang hampir habis itu. Karena dirasa belum cukup, Leona mengumpulkan kembali lumut-lumut yang masih ada disekitarnya untuk kembali diperas menjadi air minum.
Setelah botol minum mereka terisi penuh, Leona meminumkannya pada adiknya dan Gavin kemudian kembali melanjutkan perjalanan mereka. Beratus-ratus langkah mereka jalani berharap setidaknya menemukan sungai. Suara gemuruh air terdengar ditelinga mereka bertiga. Leona dengan semangat mendahului Gavin untuk mengeceknya.
"DISINI SUNGAINYA" teriak Leona dengan gembira. Akhirnya setelah sekian lama berjalan mereka bertiga menemukan sungai.
"Perlu istirahat?" tawar Leona pada Gavin yang dijawab dengan gelengan kepala.
"Kita tinggal mengikuti sungai ini kebawah hingga menemukan pantai" ucap Daniel yang disetujui Leona.
__________________________________
Hai semua iklan sebentar
mau menyampaikan sorry bgt karna part ini terlalu pendek
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekolah Agama "White Croatoan"
Espiritual[SELESAI] Sekolah agama "White Croatoan" membuka pendaftaran murid baru angkatan ke tiga belas. Ratusan anak mendaftar kesekolah ini dengan berbagai ekspresi. Gembira, sedih, takut, kecewa, senang, hingga bingung terukir diwajah para murid baru. Sal...