Belum sempat aku menjawab perkataan Leona, seluruh murid dihimbau kembali untuk langsung menuju dorm masing-masing. Leona terus menempelku dan menggiringku mengikuti kerumunan lainnya. Kepala dorm menyuruh murid-murid untuk membagi setiap sepuluh murid ketika akan masuk kedalam gedung besar nan tinggi yang kutebak akan menjadi kamar kami. Kemudian aku dan Leona masuk diurutan kelima dan enam diikuti oleh murid lainnya.
____
Gedung ini sangat aneh pikirku, berbentuk lingkaran yang sangat besar, sedikit gelap dari ruangan yang lain. Ketika aku melangkahkan kakiku kedalam ruangan di lantai pertama, aku terkejut karna didalamnya hanya berisi ratusan anak tangga yang sempit dengan dua awalan tangga menuju keatas di kanan dan kiri pintu masuk. Padahal dari luar gedung ini sangat besar namun saat masuk kedalam hanya ada ruangan sempit selebar satu meter saja khusus anak tangga.
Wah parah sekali tempat ini tidak memiliki lift, orang orang disini seperti ingin menyiksa kami, batinku.
Kelompok kami dapat awalan masuk dibagian kanan sedangkan kelompok sebelumnya dibagian kiri. Sebelum menaiki tangga, kami dihimbau untuk melepaskan alas kaki dan menaruhnya diloker khusus. Aku dan murid lainnya terus menaiki satu persatu anak tangga yang mirip ruang tangga darurat. Sekitar delapan meter dari lantai pertama, Leona dan murid lain baru berani berbincang satu sama lain. Aku tidak tahu mengapa mereka tidak berani mengobrol selama delapan meter pertama, mungkin ada rasa sungkan dan takut karena peristiwa hp di ruangan sebelumnya. Saat menoleh kebelakang, sedikit rasa kaget melintasi tubuhku karena aku melihat anak kecil berusia sekitar tujuh tahun berada dibarisan kedua dari belakang, ikut bersama gerombolan kami.
Usia peserta memang bermacam-macam. Di kelompok ini sepertinya ada satu orang yang lebih tua dariku. Dia tak banyak bicara seperti murid lainnya, ia terlihat kebingungan saat masuk ke dorm ini. Mungkin ada rasa tidak bisa menolak saat orangtuanya mengirimnya ke dorm ini, mirip sepertiku. Sepanjang anak tangga yang tak ada habisnya, Leona terus mengajakku bicara denganku ataupun pada murid lain. Sepertinya dia ingin mencairkan suasana karena disini benar -enar sepi. Murid-murid lainnya juga asik berbicara seolah mereka tidak merasa ada yang aneh dari tempat ini.
Aku menoleh kebelakang tetapi belum terlihat kelompok lain dari arah bawah yang menyusul. Sedikit harapan supaya kelompok kami lebih ramai tetapi tidak terwujud. Kakiku seperti mati rasa tetapi kami terus menaiki anak tangga ini. Yang lebih aneh lagi anak tangga yang awalnya melengkung mengikuti bentuk gedung, tanpa kusadari sudah lurus menuju keatas. Otakku tidak bisa memikirkan bagaimana desain gedung ini.
Setelah kurang lebih dua puluh menit, akhirnya kami berada diatas gedung. Cukup lama memang karena kami sempat beristirahat di tengah jalan. Akan kuacungi jembol jika ada murid yang tidak beristirahat ketika menaiki anak tangga ini. Ruangan paling atas tampak lebih lebar serta terdapat satu pintu masuk. Terdapat arahan untuk memasuki pintu tersebut. Satu persatu dari kami masuk kedalam. Betapa terkejutnya aku saat masuk, ruangan ini lebih terang dan terawat dari ruangan khusus anak tangga sebelumnya.
Ruangan berbentuk segi delapan disertai empat pintu masuk yang berurutan selang-seling disetiap sisinya. Terdapat instruksi dari papan digital bahwa setiap lift hanya bisa diisi enam orang dan himbauan untuk segera masuk karena pintu akan segera tertutup. Kutebak ini adalah lift khusus yang akan menuntut kami ke kamar masing-masing.
Kenapa tidak dipasang lift dari awal jika begini, gerutuku hampir tidak terdengar.
Aku bingung akan masuk ke pintu lift yang mana namun dengan gesitnya Leona menarikku kesalah satu pintu masuk. Pintu lift ini hanya berukuran setengah dari pintu pada umumnya, jadi kami harus menunduk seraya merangkak ketika masuk. Pikiran aneh masih ada dalam otakku, tapi segera kuabaikan karena dari awal masuk gedung ini sudah tidak biasa. Di dalam lift ini, terdapat empat murid dari kelompok lain yang tidak pernah kulihat sebelumnya.
"Ahh jadi kamu datang duluan", ucapku pada salah satu murid disampingku yang diiyakan olehnya.
Tak lama pintu lift terbuka secara otomatis. Leona keluar pertama karena posisinya berada dekat dengan pintu, disusul denganku dan murid-murid lain. Disana kami sudah disambut oleh satu orang kepala dorm yang menuntun kami ke dalam lorong tempat kamar kami.
Kepala dorm memperkenalkan namanya setelah ia membuka pintu yang akan jadi tempat tidur kami. Satu ruangan besar dengan enam single bed tertata rapi di kamar kami. Aku baru paham jika kami akan tinggal bersama secara berkelompok, yang tidak kami sadari kami pilih sendiri. Aku sangat bersyukur karena aku bisa sekamar dengan Leona.
"Perkenalkan saya Anna akan menjadi kepala dorm kalian selama kalian ada disini, kalian bisa memanggil saya dengan Ibu Anna. Aturan disini sudah tertera dimasing-masing telepon seluler kalian, yang kami sediakan diatas nakas samping kasur kalian. Setelah ini akan ada kegiatan yang harus diikuti. Saya ucapkan selamat bergabung dan saya pamit undur diri", perkenalan singkat dan padat dari Bu Anna.
Dengan cepat Leona mengambil dua bagian kasur berdekatan. Dia segera menyuruhku untuk mengambil alih salah satu kasur yang sudah ia pilih.
"Jika ada hp kenapa kau menyuruhku membawanya, Leona", bisikku kesal pada Leona yang hanya ditanggapi ketawa kecil olehnya.
"Kau tau hp disini pasti sudah dibatasi, Ara" jawabnya setelah ia mengambil hp dari nakas tempat tidurnya.
"Panggil saja aku Bella" sautku sembari menghidupkan hpku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekolah Agama "White Croatoan"
Espiritual[SELESAI] Sekolah agama "White Croatoan" membuka pendaftaran murid baru angkatan ke tiga belas. Ratusan anak mendaftar kesekolah ini dengan berbagai ekspresi. Gembira, sedih, takut, kecewa, senang, hingga bingung terukir diwajah para murid baru. Sal...