"Kau tau hp disini pasti sudah dibatasi, Ara" jawabnya setelah ia mengambil hp dari nakas tempat tidurnya.
"Panggil saja aku Bella" sautku sembari menghidupkan hpku.
___
Untuk menggunakan hp ini, pertama kami disuruh mengisi nama kami. Cukup modern untuk hp jaman sekarang. Segera kucari namaku dari daftar nama murid lain dan memilihnya. Aku terkejut saat semua peraturan, kontak dan jadwal sudah tertera disini. Bahkan kontak yang ada di hp ini hanya ada nomor telpon kepala dorm, help desk dan salah satu orang tua kami. Berarti teknologi disini juga sangat maju pikirku tidak seperti sekolah agama yang tua dan kampungan yang kupikirkan sebelumnya.
Semua hp murid dikamar ini berbunyi tanda notifikasi masuk, yang mengharuskan kami bersiap untuk menghadiri kelas pengenalan tepat pada jam 12 siang disertai aturan dresscode yang sudah ditentukan. Segera kami bersiap dengan baju-baju yang sudah tertata rapi di lemari panjang kami.
"Bella mereka pasti mengobrak obrik isi koper kita, lihat semua barang sudah ada di lemari ini", bisik Leona padaku.
"Benar juga tapi bersyukur aku tidak harus membereskan semua barangku setelah menaiki tangga yang gila itu" jawabku pada Leona dengan riang yang diikuti kerutan dahinya tanda keherananan.
Jam sudah menunjukkan pukul 11.45 menit. Ibu Anna sudah berada diluar pintu kamar kami ketika kami keluar. Beliau segera menuntun kami kearah lift yang berada di tengah tengah ruangan kamar kami dan kamar murid murid lain. Lift ini seperti lift pada umumnya, pintu masuknya juga seukuran standar tinggi manusia tidak seperti sebelumnya.
Kami turun ke lantai satu dan berakhir diluar gedung namun dengan pintu masuk, yang berbeda dari pintu awal kami memasuki gedung yang hanya berisi anak tangga saja. Aku terheran tetapi tidak bertanya karena waktu yang cukup mepet. Aku dan Leona terus melangkahkan kaki kami mengikuti Ibu Anna. Sepanjang jalan ini kami tidak berada di outdoor, tetapi berada di lorong yang menghubungkan dorm kamar kami dengan gedung lain.
Tertulis ruang 16B auditorium diatas pintu masuk selebar dua meter itu. Ibu Anna berhenti dan menyuruh kami untuk masuk mengikuti kelas pertama kami. Ruang auditorium ini cukup besar sama seperti ruang auditorium yang digunakan di sekolah atau universitas. Kelas pengenalan diisi dengan pengenalan guru, kepala dorm, pimpinan dan ketua, serta wakil murid senior. Kami juga disuruh untuk mengelilingi semua ruangan dan gedung kecuali dorm kamar, baik yang berada di indoor maupun outdoor. Rasanya kakiku sudah ingin patah mengingat aku jarang berolahraga sebelum masuk kesini.
Kelas pengenalan berakhir pada pukul empat sore. Kami disuruh kembali ke kamar masing-masing oleh wakil senior yang mengajak kami berkeliling untuk beristirahat. Aku langsung merebahkan tubuhku begitu aku sampai dikasur. Nampaknya murid lain dikamar kami mengajak untuk berkenalan mengingat kami sempat lupa tidak mengenalkan diri masing-masing.
Di kamar ini terdapat . Masing masing dari kami ternyata berbeda usia. Leona yang kukira lebih tua dariku karena sifatnya lebih tenang, supel dan gesit ternyata berada satu tahun dibawahku. Kami sepakat untuk tidak sungkan mengenai usia kami dan menganggap kami seumuran. Kami kemudian bercerita tentang background masing-masing dan kenapa bisa sampai berakhir ditempat ini. Aku senang bahwa teman sekamarku ternyata lebih asik dari yang kuduga serta tidak ada yang menyebalkan. Kami memiliki waktu istirahat cukup lama hingga jadwal selanjutnya pukul tujuh malam untuk kelas kitab suci.
Aku dan Leona memutuskan untuk mandi setelah mengobrol cukup lama. Leona mengisyaratkanku untuk membawa hp pribadiku yang belum kukeluarkan sejak tadi. Terserah jika kalian menyebutku jorok tapi aku tipe orang yang sangat ketakutan jika berhadapan dengan situasi illegal. Kamar mandi kami terpisah dari kamar. Setelah mencari tahu informasi lewat hp sekolah, kami bergegas menuju kamar mandi yang letaknya berada di pojok dengan warna pintu yang berbeda dari pintu lainnya. Dari informasi yang ada di hp, satu lantai dorm berisi empat kamar dengan dua belas bilik kamar mandi. Artinya bilik kamar mandi berjumlah separuh dari jumlah orang di satu lantai ini.
Setelah sampai di kamar mandi, Leona mengeluarkan satu benda kecil kemudian mengitari ruangan kamar mandi. Setelah dirasa aman, Leona segera menarikku memasuki satu bilik kamar mandi bersamaan. Satu bilik kamar mandi cukup luas sekitar 2x2 meter sehingga kami tidak terlalu kesempitan saat masuk bersamaan. Untungnya kamar mandi sedang sepi karena kami mandi lebih awal dari jam mandi yang terjadwal di hp. Melihat raut wajahku yang kaget, Leona buru-buru mengetikkan sesuatu di hp pribadinya yang ia bawa. Ya, Leona ternyata juga membawa hp pribadi sepertiku yang sedikit lebih canggih dari milikku.
"Apakah di hp pribadimu ada sinyal?" ketik Leona dan menyodorkannya padaku. Setelah membaca pesan itu buru buru aku mengeluarkan hp yang kusimpan dicelana dalamku. Leona tidak kaget mengetahui tempat aku menyimpan hp ini. Aku segera mengecek ikon sinyal di hpku dan terkejut bahwa sinyalku tidak masuk ketempat ini padahal sekolah ini berada di pinggir kota. Leona yang juga melihatnya segera mengeluarkan simcard lain dari dalam hpnya dan memberikannya padaku.
"Selama disini kau pakai simcard yang kuberikan dan catat nomor pribadiku ini. Jangan lupa selalu senyapkan hpmu. Dan jangan pernah menelpon orangtuamu untuk mengeluarkanmu dari sini karena hp kita bisa disadap. Aku akan menjelaskan padamu nanti jika waktu kita lebih banyak. Sisa lima menit lagi sampai murid lain menuju kamar mandi" ketik Leona kembali yang kubalas anggukan walaupun aku juga bingung mengapa situasinya menjadi mencekam. Segera aku memasukkan simcard yang diberikan Leona bersamaan dengan Leona yang menghancurkan simcard ku kemudian memunggutnya dan membuangnya kedalam toilet.
Leona pindah dari bilik kamar mandi ini kesebelah kanan, kemudian pesan masuk di hp pribadiku.
"Lanjutkan mandimu dan bawa hp pribadimu kemanapun kamu pergi. Jangan keluarkan hp pribadimu selain di kamar mandi ini. Kita hanya bisa berkomunikasi di kamar mandi ini karena hanya disini ruangan yang tidak memiliki cctv. Benda kecil tadi adalah sensor cctv. Akan kukirimkan satu pesan lagi tapi kurasa terlalu panjang jika kau membacanya sekarang. Bacalah diwaktu mandimu selanjutnya, itu adalah semua penjelasanku yang kau butuhkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekolah Agama "White Croatoan"
Espiritual[SELESAI] Sekolah agama "White Croatoan" membuka pendaftaran murid baru angkatan ke tiga belas. Ratusan anak mendaftar kesekolah ini dengan berbagai ekspresi. Gembira, sedih, takut, kecewa, senang, hingga bingung terukir diwajah para murid baru. Sal...