IV - Ada Apa Leona

13 3 0
                                    

"Selama disini kau pakai simcard yang kuberikan dan catat nomor pribadiku ini. Jangan lupa selalu senyapkan hpmu. Aku akan menjelaskan padamu nanti jika waktu kita lebih banyak. Sisa lima menit lagi sampai murid lain menuju kamar mandi" ketik Leona kembali yang kubalas anggukan walaupun aku juga bingung mengapa situasinya menjadi mencekam. Segera aku memasukkan simcard yang diberikan Leona bersamaan dengan Leona yang menghancurkan simcard ku kemudian memunggutnya dan membuangnya kedalam toilet.

___

Leona pindah dari bilik kamar mandi ini kesebelah kanan, kemudian pesan masuk di hp pribadiku.

"Lanjutkan mandimu dan bawa hp pribadimu kemanapun kamu pergi. Jangan keluarkan hp pribadimu selain di kamar mandi ini. Kita hanya bisa berkomunikasi di kamar mandi ini karena hanya disini ruangan yang tidak memiliki cctv. Benda kecil tadi adalah sensor cctv. Akan kukirimkan satu pesan lagi tapi kurasa terlalu panjang jika kau membacanya sekarang. Bacalah diwaktu mandimu selanjutnya, itu adalah semua penjelasanku yang kau butuhkan."

Aku membaca pesan masuk dari Leona. Dahiku mengernyit selama aku membaca pesan itu. Satu pesan lagi muncul dan benar, sangat panjang. Aku hanya sekilas membaca bahwa pesan ini sudah ia siapkan saat sebelum ia masuk ke sekolah ini. Segera aku mandi dan menaruh hp pribadiku ditempat yang sama.

Jam sudah menunjukkan pukul 21.55. Kelas kitab suci kami berakhir pukul sembilan, tidak begitu spesial hanya seperti kelas agama pada umumnya. Jam sepuluh malam adalah batas akhir kami beraktivitas, tidak ada izin kemanapun. Semua murid harus berada di dorm masing-masing. Kami memiliki waktu satu jam dari jam sembilan ke jam sepuluh malam sebagai waktu bebas diluar jam istirahat serta kegiatan dimulai pukul lima pagi.

Saat ini aku merebahkan tubuhku di kasur sembari mengotak atik hp yang disediakan sekolah ini. Simcard yang ada di hp ini memiliki nama yang sama dengan simcard yang berada dipasaran, tetapi aku heran mengapa sinyal simcard yang kubeli di hp pribadiku tidak masuk kesini. Aku kembali mengotak atik hp ini, ada satu social media yang terinstall sepertinya diberikan khusus untuk murid murid disini. Tidak ada playstore atau appstore untuk menginstal aplikasi lain.

Aku menolehkan pandangan menyusuri kamar dorm mencari keberadaan Leona. Teman-teman lain masih mengobrol dan asik dengan kegiatannya. Leona masuk ke kamar kami dengan senyuman menyapa teman satu kamar kami. Ia menyaut hp yang kupegang dan mengetikkan sesuatu.

Aku berkeliling dan menemukan fakta bahwa semua kamar mandi dorm kita tidak memiliki cctv.

Pesan yang diketik Leona segera kuhapus begitu selesai membacanya. Raut wajah sumringah Leona ternyata berasal dari temuannya ini. Gadis cantik ini telah mengelilingi seluruh lantai dorm dan mengecek kamar mandi. Sungguh effort yang gila dan luar biasa pikirku. Aku masih belum membaca pesan panjang yang dikirim Leona padaku. Rasa capek dan mengantuk mengalahkan rasa penasaranku pada pesan itu.

______________________________________________________________

Alarm hp berdering bersamaan membuat kami terkejut. Kamar kami yang bernomor urut dua mendapat jadwal mandi pertama bersamaan dengan kamar pertama. Mandi adalah kegiatan yang super ribet karena aku harus memastikan hp pribadiku tidak jatuh ataupun tertinggal. Leona sudah menemukan tempat untuk menaruh hp pribadi ketika kami akan tidur tanpa ketahuan cctv dorm kamar. Leona sungguh niat untuk memata-matai sekolah ini namun aku belum tahu untuk apa niatnya itu.

Seusai mandi kami akan melanjutkan kelas pagi kami yang pertama yaitu kelas bersih diri dilanjutkan dengan kelas pengetahuan umum. Kelas bersih diri, namanya terdengar sangat aneh memang. Deskripsi kelas ini adalah kesadaran murni dan kebersihan diri sebagai indeks ketercapaiannya namun aku masih tidak paham maksud dari deskripsi itu. Pengetahuanku soal agama memang masih dasar karena aku tidak pernah masuk ke sekolah agama sebelumnya, hanya sekolah negeri biasa. Orangtuaku juga tidak terlalu agamis namun masih paham soal ajaran agama.

Bell waktu istirahat sudah berbunyi. Hari ini jadwalku pergi ke perpustakaan. Aku berpamitan pada Leona dan melangkahkan kaki ke perpustakaan. Salah satu guru kelas sebelumnya yaitu Bapak Adi menyuruhku untuk menemuinya di perpustakaan. Sesampainya di perpustakaan aku sedikit terkejut, ruangan perpustakaan tidak lebih modern dari pada ruangan lain. Dinding kayu yang kokoh dengan suasana usang namun nyaman khas seperti perpusatakaan zaman dulu. Sepertinya perpustakaan menjadi ruangan favoritku sekarang. Kurasa aku bisa bernostalgia, disini juga tidak terlalu ramai cenderung sepi, cocok untukku.

Aku mengucapkan salam sopan ketika melihat sosok Bapak Adi duduk di meja administrasi perpustakaan. Beliau kemudian menawarkanku menjadi pengurus perpusatakaan setelah sedikit berbasa-basi. Bapak Adi mengetahui jika aku biasa menghabiskan waktu di perpustakaan dahulu sebelum masuk ke sekolah ini, dari biodata yang kutulis diawal pendaftaran.

"Saya rasa saya harus memikirkannya terlebih dahulu Bapak" ucapku menjawab penawaran tersebut.

"Tidak masalah, bapak bisa menunggu. Mungkin kamu bisa coba pikir kembali, sebagai pengurus awal kamu bertugas untuk menata buku-buku saja. Kamu lihat kan jika perpustakaan ini lebih tua dari bangunan lain. Pimpinan disini tidak terlalu mengurusi perpustakaan tua ini karena perpustakaan baru sudah dibangun. Tadinya bangunan ini akan dirobohkan, tetapi saya mengajukan permohonan untuk mengurusnya sendirian dan disetujui." Jawab Bapak Adi menjelaskan background perpustakaan ini.

Memang sekolah ini memiliki dua perpustakaan, perpustakaan baru nampaknya lebih modern tapi tidak kusangka jika perpustakaan lama akan seusang ini. Mungkin karena pengurusnya hanya Bapak Adi seorang. Mendengar penjelasan itu aku jadi sedikit tertarik untuk menerima penawarannya.

"Apakah hanya Bapak satu-satunya pengurus perpustakaan lama?" tanyaku pada Bapak Adi. Aku memang suka tempat yang tidak terlalu ramai namun aku juga tidak mau jika aku harus menghabiskan waktu berdua dengan guru laki-laki saja.

"Tidak, ada satu lagi murid pengurus disini, namanya Grey. Dia berusia satu tahun lebih tua darimu" Jawab Bapak Adi.

"Ahh baiklah, mungkin saya akan lebih sering kesini terlebih dahulu. Jika saya cocok saya akan menerima tawaran bapak" Jelasku yang kemudian diiyakan oleh Bapak Adi.

Aku segera keluar dari perpustakaan tersebut karena kelas berikutnya akan dimulai. Sambil melangkahkan kakiku aku berpikir bahwa tidak ada salahnya menerima tawaran Bapak Adi. Disisi lain aku masih belum menemukan jawabanku atas perilaku aneh Leona.

Aku akan memutuskan jawabanku setelah aku selesai membaca pesan rahasia Leona, tegasku meyakinkan diriku sendiri.

Bella's POV end

Sekolah Agama "White Croatoan"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang