XIII - Kabur

6 2 0
                                    


Jika kau benar Daniel Delores, ikutlah dengan kami. Kakakmu ada disini untuk menyelamatkanmu. Kami temannya tidak akan menyakitimu

___

Pesan teks yang susah payah diketik oleh Gavin. Akhirnya dibaca oleh Daniel, ia menganggukkan kepala dengan pasrah dan ketakutan. Menyadari pergerakannya, mereka berdua yakin bahwa itu memang adik Leona. Untuk memastikan sekali lagi Gavin menyoroti wajahnya dengan senter. Setelah memastikan bahwa anak itu mirip dengan foto adik Leona, Gavin menyuruh Arga untuk membuka gembok di sel Daniel. Tidak butuh waktu lama hingga gemboknya berhasil terbuka, Gavin dengan sigapnya masuk kedalam sel dan mengendong Daniel keluar dari tempat pengasingan. Mereka bertiga berusaha keluar dan tidak membangunkan siapapun disana.

Disisi lain, Leona, Bella dan Karina yang menyadari panggilan mereka terputus buru-buru pergi mengambil perlengkapan yang sudah dipacking jauh-jauh hari. Mereka bertiga berjanji untuk bertemu dirangka beton. Harus benar-benar memastikan Arga dan Gavin sudah membawa adiknya baru mereka bisa bertemu dirangka beton. Hal ini karena jika mereka tidak berhasil membawanya, maka Leona, Bella dan Karina masih memiliki opsi untuk melakukan penyelamatan kedua jikalau mereka tertangkap.

Gavin dan Daniel dengan tergesa-gesa berlari keluar. Arga bertugas untuk menaruh manekin dari kain yang diisi rerumputan yang sudah mereka siapkan pula serta mengembok kembali pintu yang sudah dibukanya. Arga mengunci kembali pintu terakhir dan segera bergabung dengan Gavin yang berlari kearah rangka beton.

Tersisa lima menit lagi hingga jam batas akhir kegiatan ditutup dan pemeriksaan kehadiran kamar. Namun Bella, Leona dan Karina masih belum melihat tanda-tanda Daniel dan seniornya menuju kemari. Mereka bertiga sudah sampai di rangka beton sepuluh menit yang lalu namun masih belum bisa membuka pagar kayu itu.

Tap.. tap.. tap..

Suara langkah kaki Ibu Anna berjalan menuju dorm kamar. Ia selalu hadir lima menit sebelum batas akhir kegiatan ditutup untuk mengawasi murid-murid yang terlambat memastikan tidak ada kecolongan satu menitpun. Ia membuka pintu kamar dan menemukan hanya ada empat murid yang sudah berada di kamarnya.

"Leona Elvern dan Arabella Leen" ucapnya seraya menutup pintu kamarnya kembali.

Berani sekali kalian berdua, batin Ibu Anna dengan seringaian khas terukir diwajahnya. Ia segera menelpon keamanan untuk memberitahukan hal ini.

"Tepat di jam sepuluh carilah keseluruh sekolah, hingga bagian selatan sekolah!" ucap Ibu Anna penuh penegasan.

___________________________________________________

Leona tidak bisa berkata apapun ketika melihat adiknya digendong oleh Gavin menuju kearahnya. Ia memeluknya begitu dia sampai disana. Gavin tersipu malu karena secara tidak langsung, ia juga diperluk oleh Leona.

"Pagarnya belum bisa terbuka, sisa dua menit lagi" teriak Karina frustasi.

Gavin melepaskan gendongan Daniel dan segera masuk menuju rangka besi panjang itu. Dengan sekuat tenaga ia berusaha menjebol pagar kayu itu dengan kakinya. Daniel mengikuti langkah Gavin masuk ke rangka itu.

"Biar aku buka, itu aku yang membuatnya" ucap Daniel dengan lemah.

Mereka semua terkejut mendengar ucapan Daniel dan benar saja tidak butuh waktu lama Daniel bisa membuka pagar kayu itu. Satu persatu dari mereka masuk ke rangka beton dan keluar dari sekolah itu. Malam yang gelap gulita menguntungkan mereka. Akan tetapi suara alarm sekolah yang mirip dengan alarm kebakaran berbunyi dengan kerasnya.

"AYOO ITU TANDA MEREKA TAHU ADA YANG KABUR" teriak Daniel.

Gavin yang menyadari situasi darurat menggendong Daniel dan memimpin mereka semua untuk berlari kearah rumah warga yang lebih ramai.

Sekolah Agama "White Croatoan"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang