X - Aku Mohon Terimalah

5 2 0
                                    


Langkah kuterhenti ketika melihat murid perempuan yang pernah dibawa menuju pengasingankarena ulah Leona untuk menyelamatkanku. Tetapi dia sangat aneh seperti oranglinglung. Baru saja aku akan menghampirinya, salah satu guru tiba-tiba datangdan mendampingi murid itu berjalan ke kelasnya

___

Arga menyadari gerak-gerikku yang aneh ketika menatap murid itu.

"Ada apa Bella?" tanyanya.

"Akan kuceritakan sambil berjalan" jawabku.

"Senior tadi melihat perempuan itu kan? Dia pernah difitnah oleh Leona untuk menyelamatkanku karena hp pribadiku berbunyi saat awal masuk"

"Tapi anehnya dia bisa bebas dari pengasingan, berarti apa yang dikatakan Leona tentang tidak ada seorangpun yang bisa keluar dari pengasingan tidak sepenuhnya benar bukan? Namun yang lebih aneh lagi dia seperti orang yang linglung dan kurang sadar" lanjutku setelah tidak ada jawaban dari Arga.

"Mungkin kau benar, dan lagi ia baru saja menuju ruangan 3D kita bisa mengecek dari kelas berapa dia. Serahkan padaku, aku akan mencari tahu tentang murid itu dan memberitahu Gavin tentang ini" jawab Arga padaku kemudian dia bergegas menuju lobby yang dimaksud yang mana aku juga tidak tau maksud senior itu.

"Bilang pada Pak Adi aku duluan menuju kelas berikutnya" ucapnya sebelumnya menghilang dari pandanganku. Seusai itu, aku bergerak memberikan dokumen ini pada Pak Adi dan bergegas menuju kelas berikutnya.

___________________________________

Jam makan malam dimulai. Aku dan Leona bergegas menuju ruang makan. Oh iya ruangan makan di sekolah ini mirip dengan ruangan makan di sekolah negeri atau asrama pada umumnya, sangat luas dengan banyak meja kursi panjang. Ruangan makan murid perempuan dan laki-laki tidak dipisah, senior dan junior juga bisa bergabung bersama. Namun kami berdua tidak bergabung dengan kedua senior kemarin karena apa? Bisa ditebak ada Grey yang duduk bersama mereka dan aku juga tidak ingin bergabung dengan nenek sihir itu.

Aku dan Leona sedang antri mengambil jatah makanan kami. Antrian makanan adalah hal yang paling tidak kusenangi karena panjang dan lama. Apalagi jika aku telat menuju ruangan makan seperti hari ini. Untungnya menu makanan hari ini kesukaanku, ada daging asap, sup merah, kroket dan buah semangka. Kami segera mencari kursi kosong begitu selesai mendapat jatah makanan. Kami duduk berhadapan karena kursi dan meja yang kosong tidak banyak.

Ketika mataku melihat kearah samping kanan, aku buru-buru memberitahu Leona bahwa aku melihat murid pengasingan kemarin. Leona sangat terkejut, hampir tersedak ketika aku memberitahunya. Leona dan aku sama-sama bertatapan. Rasanya aku tahu apa yang ada dipikirannnya, mengapa dia bisa keluar dari sana?.

Leona bergegas menyelesaikan makanannya dengan terburu-buru. Aku melihat Gavin sama terkejutnya seperti Leona, kutebak Arga sudah memberitahunya mengenai apa yang kuceritakan siang tadi. Aku pun segera menghabiskan sisa makananku. Peraturan makan di sekolah ini, kami tidak boleh menyisakan makanan walaupun porsi yang disediakan juga tidak terlalu banyak. Dengan susah payah kuhabiskan makananku dengan cepat berkat bantuan air minum ini aku bisa menghabiskannya kurang dari lima menit. Segera kami bawa nampan makanan kami kemudian bergerak menuju dorm kamar masing-masing karena kelas sudah usai. Setelah sampai di dorm, Leona dan aku mengambil pakaian ganti kemudian menuju kamar mandi.

Segera Leona mengunci pintu ruangan kamar mandi dan kami berdua masuk ke bilik kamar mandi.

"Aku sangat bersyukur dia masih hidup dan keluar dari sana, tetapi dengan cara apa ia bisa keluar dari pengasingan?" bisik Leona padaku.

"Aku juga tidak tahu, siang tadi aku dan senior Arga bertemu dengannya ia kelihatan seperti orang linglung dan di ruang makan tadi sepertinya ia tidak punya kawan" balasku sama berbisiknya.

"Benar juga kau, kita harus bisa berteman dengannya dan mencari tahu informasi tentang pengasingan itu dan bagaimana ia bisa keluar dari sana" jawabnya.

Percakapan itu kami akhiri dengan kesepakatan bersama untuk melakukan pendekatan pada murid pengasiangan itu. Kami berdua segera mandi dan membersihkan diri masing-masing kemudian pergi menuju ruang makan tadi berharap murid itu masih belum menyelesaikan makannya.

Sesampainya di ruang makan. Aku dan Leona mencari-cari keberadaan murid itu tapi tidak ada. Leona juga menanyakannya pada Arga tentangnya, dia bilang murid perempuan itu keluar menuju arah barat. Mengetahui informasi itu, kami berdua segera berlari kearah yang dimaksud Arga dan ya kami menemukannya duduk sendirian di bangku menghadap bulan purnama yang bersinar terang malam ini. Leona bergerak terlebih dahulu kearahnya. Ia menawarkan murid itu dengan coklat yang entah dari mana ia dapatkan. Namun anak itu tidak menerima coklat pemberian Leona, bergerakpun tidak. Aku melangkahkan kakiku mendekat dan duduk di bangku yang berada disebelahnya. Leona berusaha mengajaknya berkenalan namun lagi-lagi tidak digubris olehnya. Ia justru berdiri dan meninggalkan kami berdua.

"Pulang!" teriakku padanya sebelum langkahnya mulai menjauh.

"Aku juga ingin pulang pada orangtuaku" lanjutku yang tetap tidak direspon olehnya, setidaknya ia memberhentikan langkahnya.

"Jika kau ingin pulang kembali ke orangtuamu, kami akan bantu" ucap Leona lembut setelah ia menyejajarkan kakinya dengan murid itu.

"TIDAK! kalian tidak bisa" teriaknya kemudian melanjutkan langkanya yang dicekal oleh tangan Leona.

"Bisa aku yakin kita bisa!' balas Leona dengan penuh penekanan.

"Tidak kau... kau belum lihat apa yang sekolah ini lakukan padaku!" balasnya dengan gugup.

"ADIKKU! Disana sendirian! Bahkan nyawaku akan kuberikan untuk menyelamatkannya" teriak Leona yang frustasi menanggapi perkataan murid pengasingan itu. Kami berdua sebenarnya tidak yakin apakah adiknya berada di pengasingan atau tidak. Yang pasti sekarang, Leona tidak akan menyerah pada satu-satunya murid yang tahu akan tempat tersembunyi itu. Murid itu berdiam sejenak seperti berusaha mencerna kata-kata yang diucapkan Leona. Aku sangat berharap kali ini ia bisa membantu kami. Leona pastinya juga ingin menebus kesalahannya pada murid itu.

"Tolonglah, aku mohon padamu. Aku tahu kau juga ingin keluar dari penjara ini. Aku berjanji akan mengeluarkanmu dari sini" ucap Leona yang membuatku terkejut. Ia bahkan rela bersujud untuk memohon padanya.

Aku bergerak menuju kearah murid itu. Kuraih tanggannya kemudian aku memeluknya. Aku tahu dia sangat ketakutan saat ini, bimbang apakah ia harus memberitahu kami mengenai hukuman yang seharusnya aku yang mendapatkannya.

"Kau tidak sendirian sekarang, aku akan menebus kesalahanku" bisikku padanya yang tak dimengerti olenhya.

"Jika kau menerima kami, datanglah ke perpustakaan lama pada waktu istirahat" bisikku kembali seraya menepuk punggungnya lembut.

Sesaat setelah mengatakan itu, dia pergi menuju dorm. Aku membantu Leona untuk berdiri. Tidak banyak murid yang berkeliaran disini karena batas akhir kegiatan akan ditutup. Kami berdua segera kembali menuju kamar mandi. Leona masih diam. Entah apa yang ada dipikirannya. Kami akhirnya tidur dengan menggenggam harapan semoga murid itu mau bekerja sama dengan kami.

Bella's POV End

Sekolah Agama "White Croatoan"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang