KABAR

66 48 44
                                    

Untuk jatuh cinta padamu mungkin memang agak sedikit terburu-buru, sehingga menyebabkan berbagai masalah yang tak terduga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Untuk jatuh cinta padamu mungkin memang agak sedikit terburu-buru, sehingga menyebabkan berbagai masalah yang tak terduga. Namun, bukankah hidup adalah seni untuk mengatasi masalah?

---

4 hari telah berlalu, berbagai perawatan telah Sira lakukan untuk menahan kondisinya sampai donor didapatkan. Dalam 4 hari itu pula tanpa ada yang menyadari, seseorang yang kembali merasakan setitik kekhawatiran tanpa adanya sebuah kabar. Seakan menyadari dan mencoba untuk menampik, namun tetap akal kembali meluruskan kebenaran.

"Udah semua kan? Gak ada yang ketinggalan?" Tanya Mita. Mereka berdua sedang membereskan barang-barang yang akan dibawa kembali ke rumah.

"Udah kayaknya, gak ada lagi." Jawab Sira.

Mita mengangguk, dan membawa salah satu tas keluar dari ruang perawatan yang diikuti oleh Sira di belakangnya. Baru beberapa langkah mereka berjalan, dari kejauhan Sira melihat sosok tegap dengan jas putih yang berjalan mendekati mereka.

"Eh kenapa si, Raa?" Mita terkejut dengan Sira yang tiba-tiba menjadikan dirinya sebagai tameng.

"Udah diem dulu." Ia semakin merapatkan tubuhnya pada punggung Mita, dengan kepala yang sedikit ditonjolkan untuk melihat keadaan di depannya. Mita yang penasaran dengan tingkah Sira, mengikuti arah mata Sira, apa yang membuatnya bertingkah seperti ini. Saat ia meluruskan pandangannya, ia melihat seorang dokter yang diikuti oleh beberapa perawat dan dokter lainnya.

Seakan mengerti Mita pun segera melihat Sira.

"Iya, dia Dokter Asha." Ucap Sira, seakan ia mengerti arti tatapan matanya, sambil kembali berdiri di samping Mita.

"Terus lo ngapain ngumpet?" Tanya Mita.

"Ngga ah males. Nanti dia curiga lagi kalo gue sakit." Jawab Sira dengan bibir yang sedikit maju.

Mendengar jawaban Sira, Mita hanya bisa menghembuskan kasar nafasnya. Entah kata-kata apa yang pantas diucapkan, tapi yang pasti kini ia yakin bahwa diam adalah obat penenang Sira saat ini.

Saat telah keluar dari lobby rumah sakit, seseorang melambaikan tangannya dari kejauhan.

"Sira! Mbak Mita!" Ia Rangga, ia yang hampir tiap hari datang yang katanya untuk menjenguk Sira, kini kembali dengan judul untuk menjemput mereka.

"Kirain nggak jadi datang." Sahut Mita.

"Sorry mbak, tadi macet jadi telat deh." Jawab Rangga.

"Gimana, Ra udah baikan kan? Kalo masih sakit besok aja pulangnya." Rangga kini kembali mengalihkan perhatiannya pada Sira.

"Aman.. udah gak papa kok. Lagian bosen di rumah sakit terus, berasa akaran. Hehehe." Jawab Sira.

"Ada-ada aja. Yaudah yuk. Biar cepet istirahat juga." Ajak Rangga sambil tangannya terulur untuk mengambil barang bawaan dari tangan Sira dan Mita.

Saat dalam perjalanan mereka habiskan untuk bercanda, dimulai dari ngomongin tentang pekerjaan di divisi masing-masing, sampai hal yang tidak jelas. Entah benar atau tidak, tapi yang pasti hal itu membuat rasa seseorang makin tumbuh dengan kuat.

ABU-ABU [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang