TITIK TERANG

43 26 28
                                    

Kini bukan sebuah rasa yang terabaikan, tapi sebuah kepastian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kini bukan sebuah rasa yang terabaikan, tapi sebuah kepastian.

---

"Terus pantau keadaannya, kalo ada apa-apa segera hubungi saya." Pesan Asha.

"Baik dok." Jawab salah seorang perawat.

"Oke kalau begitu" Asha melihat jam di pergelangan tangannya, "Saya ada janji dengan dokter Suwondo sekarang, jadi saya permisi dulu ya. Jangan lupa apa yang saya katakan tadi." Ucapnya.

Asha melangkahkan kakinya keluar dari ICU diikuti dengan beberapa rekannya.

"Dokter, saya baru aja dapat kabar kalau dokter Suwondo akan telat kurang lebih sekitar 30 menit, karena mendadak anaknya minta di jemput dari sekolahan." Ucap salah seorang dokter bawahannya.

Asha berhenti dan menarik nafas pelan "Benarkah? Jadi untuk apa kita terburu-buru?" Ucap Asha.

"Dokter, bagaimana kalau kita makan dulu sebentar? Lagipula kita juga tadi gak sempat istirahat makan siang." Ucap salah satu dari mereka mengusulkan.

Asha kembali melihat jam yang ada di pergelangan tangannya, dan menyetujui usulannya. Mereka pun bergegas menuju kantin rumah sakit.

*

Jujur, entah kenapa sekarang Asha merasakan hal aneh, ia seperti menunggu seseorang. Seseorang yang selalu datang dan melakukan hal random, hal yang membuat ia tanpa sadar ikut menikmatinya.

"Dia hari ini gak datang?" Ucap Asha dengan lirih, tapi tetap saja terdengar oleh orang disekitarnya.

"Em? Siapa yang gak datang dok?" Tanyanya.

Asha yang tersadar merasa gugup, "Ah bukan siapa-siapa." Jawabnya, lalu pergi melangkah menuju meja yang kosong.

Tak ada percakapan, masing-masing diantara mereka hanya fokus pada makanan yang ada di depannya, selain dikejar waktu mereka juga tak ada topik yang akan dibahas dengan Asha, karena masing-masing dari mereka tahu kalau Asha tak akan menyahut jika itu memang tidak penting, ia hanya akan membalasnya dengan senyuman yang sangat terlihat dipaksakan. 

Dari arah pintu masuk kantin, salah seorang dari mereka melihat Anwan yang sedang celingukan mencari teman makan.

"Dokter Anwan! Disini!" Teriak salah seorang dari meja Asha sambil melambaikan tangannya.

"Kamu tahu dia?" Tanya Asha, dia bertanya pada salah satu dokter magang bawahannya.

"Tahu dok, dokter Anwan dijuluki mr. popular di IGD. Sepertinya gak ada orang gak tahu dokter Anwan." Ucapnya dengan yakin.

"Itu karena saya tampan dan baik hati." Samber Anwan yang baru saja sampai dan duduk di dekat Asha. Asha yang mendengarnya hanya menarik nafas malas.

"Halo dokter Anwan." Sapa mereka.

ABU-ABU [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang