SAYA, SESAYANG ITU

47 20 17
                                    

Halo Sobat!!

Jangan lupa ramein di setiap paragrafnya yaa.. Enjoy...

Jika hanya dilihat tentunya akan semakin sakit. Jadi, jangan terus dilihat tapi diselesaikan. 

--- 

Asha saat ini berdiri tepat di depan ruang rawat inap Sira, laki-laki itu mengintip dari pintu yang tak tertutup sepenuhnya yang menampilkan pemandangan di dalamnya. 

Dari luar sana ia melihat Rangga memegang bahu Sira, yang dimana sebelumnya ia juga melihat Sira dan Rangga berpelukan. Ia terdiam sejenak mencoba untuk menjernihkan pikirannya meski tanpa sadar genggaman tangannya mengepal erat dengan urat tangan yang terlihat. 

Asha menghela nafas pelan, meski rasa sesak di hatinya sekarang mencekik dirinya, ia tetap memasang sebuah senyum, karena ia akan memberikan kabar gembira pada Sira. 

TOK!TOK! 

Ia membuka pintu dengan gerakan yang pelan. Dari sana ia bisa melihat tangan Rangga yang segera diturunkan saat mendengar suara ketukan. 

"Raa." Sapa Asha dengan senyumnya. Tapi ia melihat Rangga dengan tatapan tak suka, yang membuat Rangga beranjak. 

"Dokter Asha." Sapa Sira dengan senyumnya. 

Kini hanya ada mereka berdua di dalam ruangan, sejenak hening namun Asha segera memecah keheningan. 

"Gimana keadaan kamu?" 

Sira mengangguk. "Lebih baik dari kemarin." 

Asha melangkahkan kakinya untuk duduk di kursi yang sebelumnya diduduki oleh Rangga. 

"Mas dokter sendiri gimana harinya? Sibuk banget ya? Banyak operasi juga?" 

"Lebih sedikit dari kemarin." 

Keduanya sama-sama tersenyum karena jawaban yang dikeluarkan oleh Asha. 

"Maaf ya dok." 

Asha mengerutkan dahinya, "Maaf buat apa?" 

"Maaf karena keadaan saya kayak gini, dokter Asha jadi harus bolak-balik siang malam jagain saya. Saya nyusahin ya?" Tanya Sira dengan senyum yang dipaksakan. 

Asha menggelengkan kepalanya cepat. "Apaan sih kamu, Raa." 

Sira menundukan kepalanya, "Kalo capek, dokter Asha bisa berhenti kok." 

Dada Asha seketika sesak. "Raa-" Panggilnya, namun Sira menggeleng pelan. 

"Saya ternyata yang capek dok. Saya capek jadi beban buat orang-orang." Air mata Sira kembali mengalir. 

"Raa, saya minta maaf." 

Sira tersenyum tipis, "Yang sekarat saya dok, kenapa dokter Asha yang minta maaf? Harusnya saya yang minta maaf karena saya banyak kurangnya buat dokter." 

"Seharusnya dari awal saya gak usah mengharapkan kebahagiaan, saya terlalu percaya diri sampai lupa bahwa saya gak pantas dapat ini semua." Isak tangis Sira semakin menjadi. 

Asha segera berdiri mempertipis jarak di antara keduanya, menarik Sira ke dalam dekapannya. Tangan laki-laki itu mengelus pelan punggung Sira. 

"Raa." Lirihnya pelan. 

"Saya capek dok. Sakit banget." Isak tangis Sira kembali menjadi di pelukan Asha. 

"Tahan, Raa sebentar lagi." Lirih Ash, ia juga lelah dengan semua ini, melihat Sira yang terkenal ceria, sekarang tanpa henti mengucurkan air mata kesakitan di saat mereka berdua saling membutuhkan tapi semesta memberontak hebat minta merelakan satu sama lain. 

ABU-ABU [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang