SEDIKIT TERJATUH

102 78 35
                                    

Tahu apa yang salah selama ini? Menganggap jika ada orang yang hanya diam, berbaring itu di anggap pemalas, padahal kenyataannya mereka cuma sedang kehilangan motivasi.

---

"Dokter! Perawat! Siapapun tolong! Ada pasien disini." Seorang perempuan yang terlihat panik dan khawatir, menerobos keramain di lobby rumah sakit sambil membopong temannya yang merintih kesakitan, sampai tiba seorang dokter dan perawat yang menghampiri mereka.

"Ini kenapa?" Dokter itu adalah Anwan, ia menundukan badannya untuk melihat Sira yang sedang tertunduk kesakitan.

"Mbak Sira?! Astaga kenapa?!" Sira sedikit mengangkat kepalanya, namun ia kalah, badannya terasa tidak memiliki tenaga, pandangannya gelap, pendengarannya menurun, ia pingsan tepat di depan Anwan, dan ditahan oleh Mita. Mita semakin panik, dan takut pada apa yang terjadi pada sahabatnya itu.

**

Pertolongan pertama telah selesai dilakukan, kini Mita sedang menunggu hasil pemeriksaan dokter, ia terduduk di samping ranjang yang terdapat Sira sedang berbaring, sambil mengusap-usap pipi yang terus menerus basah oleh air matanya.

"Raa, lo kok gini lagi sihh. Lo batu sih, udah dibilangin gak usah capek-capek." Mita menarik nafas panjang untuk mencegah sesuatu yang akan turun dari hidungnya.

Dari kejauhan Anwan yang melihat, mengangkat sedikit ujung bibirnya sampai salah seorang perawat yang mendatanginya dengan data-data yang ia bawa.

"Dokter Anwan ini." Ia membaca dengan seksama, memastikan apa yang terjadi pada Sira. Setelah ia benar-benar yakin dengan apa yang ia analisa, ia bersuara.

"Jadi Sira adalah salah satu pasien prof. Yanto?" Gumam Anwan.

"Betul dok." Jawab perawat.

"Tunggu-tunggu, jadi yang waktu itu prof. Yanto bilang butuh donor itu, dimaksudkan buat Sira?" Tanya Anwan. Perawat yang sedari tadi di pinggirnya meng-iya kan. Sejenak ia terdiam dengan mata yang tertuju lurus ke arah Sira terbaring.

"Prof. Yanto ada di ruangannya kan?" Tanya Anwan.

"Tidak dok, hari ini Prof. Yanto sedang ke luar kota, ada seminar." Jawab perawat.

Anwan hanya mengangguk-anggukkan kepalanya, dan mulai berjalan ke arah bangsal pasien.

"Keluarga pasien?" Suara Anwan membuat Mita mengangkat kepala dan menghentikan tangisannya.

"Bukan dok, saya teman sekaligus wali Sira, orang tua nya sedang berada di luar negeri." Tutur Mita. Anwan mengangguk.

"Gimana dok keadaannya? Kenapa bisa begini? Makin parah? Apa yang harus saya lakukan dok?" Sambung Mita dengan berbagai pertanyaan. Anwan terdiam beberapa saat, mencoba menyusun jawaban-jawaban yang Mita tanyakan, sampai saat dia akan menjawab suaranya kembali terhempas oleh potongan suara Mita.

"Eh, tapi dokter ini bukan dokter yang biasa rawat Sira kan? Kemana dokter Yanto? Saya harus menanyakan langsung padanya." Lagi-lagi, suara dari suara yang keluar dari mulut Mita hanyalah pertanyaan, entah ini pantas atau tidak, tapi Anwan merasakan adanya rasa ingin tersenyum di dalam sana.

"Iya, Prof. Yanto kebetulan sedang ada urusan ke luar kota. Jadi sekarang saya yang akan menangani pasien." Jawab Anwan.

"Jadi bagaimana keadaannya dok?" Lanjut Mita, yang sangat penasaran dengan kondisi Sira saat ini.

"Kondisinya kian tidak stabil, mbak Sira harus segera melakukan operasi transplantasi..." Lagi dan lagi, ucapan Anwan terpotong begitu saja.

"Apa?! Operasi?! Dokter yang bener dong!" Suara Mita meninggi, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

ABU-ABU [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang