KEJUJURAN YANG MELUAP

40 19 30
                                    

Halo sobat! 

Jangan lupa follow yaa...

Setidaknya ada malam yang tenang setelah siang yang rumit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setidaknya ada malam yang tenang setelah siang yang rumit. 

---  

Sira duduk sendirian di kasurnya, melamun sambil menatap kosong ke tembok yang remang-remang karena hanya disinari oleh cahaya dari bulan malam. Udara dingin karena malam yang semakin larut membuat ia tak bergeming di tempat duduknya. 

Kini rumahnya telah sepi, Asha telah pulang dengan perasaan yang ia yakini sedang gundah sekarang. Namun ia tetap saja tak bisa menceritakan yang sebenarnya, karena perasaan dan bayangan yang buruk terus menghantuinya. 

Sira tanpa sadar menghela napas panjang, pertanyaan Asha terus terngiang dalam kepalanya. 

"Kamu gak akan cerita apa-apa sama saya, Raa? Kenapa Rangga yang sepertinya jauh lebih tahu tentang kamu? Apa yang sebenarnya saya gak tahu?" 

Tangannya terulur untuk mengambil ponsel yang berada di nakas sebelah tempat tidurnya, ia mengetikkan pesan yang ditujukan pada Asha. 

Chat

Siraa 

Sudah sampai di rumah mas dokter? 

Mas Dokter Pacar 

Sudah. 

Istirahat, Raa. 

--- 

Ujung bibirnya sedikit terangkat, ia bisa membayangkan Asha berbicara dengan dingin saat membacanya. Ia memutuskan untuk mengistirahatkan isi kepalanya dan menyambungnya besok pagi. 

*** 

Sira berjalan menuju ke arah cermin besar di sudut ruangan, ia merapikan rambutnya dan juga pakaian yang ia pakai. 

Beberapa kali ia mengecek ponselnya, dengan harapan Asha menguhubunginya. Semenjak kejadian malam itu, Asha jarang menghubunginya lebih dulu. 

Ia mengambil lipstik yang ada di meja riasnya dan memoleskan tipis di permukaan bibirnya untuk menutupi warna pucat yang kian menjadi. 

"Lo harus kuat, Raa. Lo bisa ngadepin ini." Ucapnya pada diri sendiri. 

Suara klakson mobil terdengar di luar sana, seketika senyumnya merekah dan segera berlari kecil untuk keluar. Namun saat ia melihatnya, senyuman itu lenyap bak uap yang menguap, karena ternyata dia bukan seseorang yang diharapkan. 

"Pagi, Raa." Sapa Rangga. 

Sira berjalan dengan malas ke arah Rangga. 

"Kenapa pagi-pagi kesini, Gaa?" Tanya Sira. 

ABU-ABU [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang