ORANG BARU

174 148 61
                                    

Prinsipnya, jika hati telah menentukan maka raga yang akan bergerak mewujudkan.

---

"Ya Taa ada apa?"

"Udah sampe rumah kan, Raa?" Tanya orang yang berada di seberang sana.

"Heem udah, baru aja nyampe."

"Oke." Tuuuut. Suara disebrang sana telah terputus. Sira hanya tersenyum mereaksikannya.

Malam semakin larut, tapi otak terus saja bekerja memutar cara menemukan langkah yang pasti, agar tidak ada yang tersakiti. Terlalu dini memang untuk memikirkan ini, tapi bukankah rencana yang matang dibuat dari jauh-jauh hari? Tapi sebenarnya itu hanya sebuah alasan untuk menggalaukan diri.

Ting! Suara notifikasi terdengar menggema di ruang kamar Sira

Chat

+628967xxxx

Hallo mbak Sira.

Maaf ganggu malam-malam.

Ini nomor hp saya, Rangga. Di save ya mbak ehehe

-

"Rangga? Darimana dia dapat nomor ini?" Lirihnya.

Siraa

Oh iya mas, Rangga.

Kalo boleh tahu dapet nomor handphone saya dari mana ya?

Rangga

Saya dapet dari mas Alex mbak ehehe

Gapapa kan mbak?

Siraa

Gapapa mas.

---

Sudahlah dia tidak mau mempermasalahkan tentang Rangga yang dapet nomor handphonenya dari siapa, meski Sira agak kesal dengan Alex yang memberikan nomornya kepada orang lain, tapi tidak konfirmasi terlebih dahulu. Seperti biasa Sira menghabiskan malam dengan termenung dan tertidur dengan sendirinya.

Besoknya...

Suasana ibu kota pagi ini cukup cerah dan sibuk seperti biasanya yang menandakan melangkahkan kaki saja tidak cukup, harus diberi niat yang lebih jika ingin sejajar dengan orang-orang.

Hari ini Sira tidak pergi berangkat ke kantor melainkan pergi ke kampusnya, yap ia sekarang ada kelas untuk menyelesaikan kuliah S2 nya.

"Taa, gue hari ini gak akan ke kantor sama sekali yaa, gue mau ke kampus terus mau nyari buku, buat sumber skripsian sama ada tugas yang harus dikerjain." Ucap Sira pada seseorang di seberang telepon sana.

"Yaa, Raa tapi lo udah bilang ke pak Kerto kan? Takutnya ntar jadi ribet." Tanya Mita.

"Yaa, Taa udah. Gue mau nyebrang, udah dulu ya byee." Sira pun menutup teleponnya dan bersiap untuk menyebrang. Namun tanpa disangka seseorang muncul dari balik punggung Sira.

"Mbak Sira?"

"Eh mas Rangga. Kok bisa disini?" Sira yang kaget dengan adanya Rangga, kenapa tidak? Karena ia kini sedang berada di depan kampusnya, tapi tiba-tiba Rangga muncul, aneh bukan?

"Ehee iyaa, tadi saya lagi lewat eh liat Mbak Sira lagi mau nyebrang disini. Jadi saya sekalian mau ngajak bareng gitu." Oceh Rangga.

"Oh gitu. Tapi maaf Mas, kebetulan saya hari ini tidak akan ke kantor dulu, ada kuliah, ehee."

ABU-ABU [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang