Chapter 3 : Lie

296 324 62
                                    


Mujin sedang berdiri menghadap ke jendela kaca besar di belakang kursinya.

Otaknya tidak bisa berhenti memikirkan satu-satunya gadis yang berada di lubuk hati terdalamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Otaknya tidak bisa berhenti memikirkan satu-satunya gadis yang berada di lubuk hati terdalamnya. Semakin ia ingin melupakan semakin pula rasa sakit meremas jantungnya.

Matanya berkaca-kaca jika teringat tentang Jiwoo. Ia bahkan tidak mampu menjelaskan apapun pada Jiwoo. Semuanya adalah kesalahannya karena mengingkari janjinya sendiri.

Flashback On

"Kalian tidak usah ikut campur urusan pribadiku!" teriak Mujin pada ayahnya.

"Aku tidak mau kau ingin cepat selesai kuliah hanya karena ingin menemui cinta bodohmu!"

"Yang penting aku sudah menyelesaikan apa yang kalian mau, aku tidak ingin memimpin perusahaan kotormu!" bantah Mujin.

"Apa kau bilang?!"

Plak!

Kepala Mujin tertoreh ke kanan saat tamparan kuat dari ayahnya melayang ke pipinya hingga sudut bibirnya langsung mengeluarkan darah segar.

"Kau ingin melakukan perintahku atau kau tidak akan pernah melihat gadis itu selamanya?"

Mujin meludahkan darah di mulutnya. Ia menyeringai dan menatap tajam pria paruh baya didepannya yang sedang melotot dengan tatapan mematikan.

Flasback Off

Mujin menghela nafas berat. Beberapa tahun yang lalu setelah kematian ayahnya, Mujin belajar memimpin perusahaan ayahnya. Walaupun sangat sibuk ia tetap sesekali menyuruh asisten terpercaya nya memberi kabar dan foto Jiwoo.

"Mianhae, Jiwoo-ya.."

Brak!

Seorang wanita berpakaian dress mini tiba-tiba memasuki ruangan Mujin dan duduk di meja Mujin.

"Jagiya.. kenapa kau tidak mengangkat teleponku?" ucap wanita bernama Park Jihyun.

Mujin tidak menghiraukannya, ia duduk di kursi besarnya dan membuka berkas-berkas di mejanya.

"Apa kau mengabaikanku?"

"Hmm"

"Ayo temani aku makan malam"

"Aku sibuk"

"Kau bisa kerjakan nanti"

"Bagiku pekerjaan lebih penting. Pergilah jangan menggangguku"

"Cih! Sampai kapan kau akan tetap bersikap dingin padaku"

Mujin tidak menjawab, ia hanya fokus pada berkas yang akan ia tanda tangani.

Merasa diabaikan akhirnya Jihyun keluar dari ruangan Mujin.

Prang!

Mujin membanting semua barang yang ada di mejanya.

Lie to MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang