"Jadi kapan kita pergi ke pulau jeju?" Mujin bertanya sambil melepaskan kemeja putihnya.
Jiwoo menatap Mujin sejenak lalu kembali berpikir sejenak, "sebaiknya kita pergi lain kali saja, kau punya pekerjaan penting diperusahaan. Kita rencanakan lain waktu saja"
Mujin mengambil kaos dan tanpa memakainya, ia duduk di sebelah Jiwoo dengan bertelanjang dada.
"Apa maksudmu, sayang? Bukankah kau sangat ingin kesana?"
"Ya, tapi aku berubah pikiran" Jiwoo tersenyum manis, telapak tangannya menyentuh dada lalu perlahan naik ke bahu Mujin.
"Aku akan menemanimu kemana pun, jangan pernah pergi tanpaku, mengerti?" Mujin menggenggam tangan Jiwoo dan mencium telapak tangannya.
Jiwoo mengangguk pelan. Mujin tersenyum tampan lalu mengecup lembut bibir Jiwoo.
Saat Mujin ingin mencium Jiwoo, ponsel Jiwoo berdering hingga Jiwoo menoleh ke samping dan alhasil Mujin malah mengecup pipi Jiwoo."Sialan" batin Mujin kesal.
Jiwoo beranjak dan mengambil ponselnya, setelah melihat nama terpampang dilayar ponselnya, Jiwoo berjalan keluar dari kamar.
Mujin menaikan satu alisnya. Untuk apa Jiwoo sampai harus keluar dari kamar hanya untuk menerima panggilan itu. Mujin menghela napas berat dan menunggu Jiwoo kembali.
Beberapa saat kemudian Jiwoo kembali dan tersenyum pada Mujin.
"Siapa?" tanya Mujin penasaran.
Jiwoo hanya mengedikkan kedua bahunya lalu naik ke atas ranjang dan memeluk Mujin dari samping sambil merebahkan kepalanya di dada Mujin.
"Jungwoo?"
Jiwoo mengangguk.
"Pria sialan itu selalu meneleponmu setiap saat. Haruskah aku memecatnya saja?" gumam Mujin yang tentu saja didengar oleh Jiwoo yang menanggapinya dengan terkekeh.
"Aku akan kembali bekerja besok"
Mujin menunduk menatap Jiwoo dengan pandangan berbinar, "Benarkah?"
Sejenak Mujin tampak berpikir keras.
"Kenapa?" tanya Jiwoo melihat Mujin tiba-tiba mengubah ekspresinya.
"Sebaiknya kau tidak usah bekerja, disini saja menungguku pulang kerja. Bagaimana?" tawar Mujin.
"Ya! Aku akan mati kebosanan. Aku ingin bekerja" Jiwoo melepaskan pelukannya dan mengubah posisi duduk.
"Baiklah, baiklah. Jangan merajuk, sayangku.." Mujin membawa Jiwoo kembali ke dekapannya.
"Satu hal lagi.." ucap Jiwoo menggigit bibirnya.
"Apa itu?" Mujin menunggu Jiwoo.
"Rahasiakan hubungan kita" balas Jiwoo.
"Kenapa? Apa kau malu berpacaran denganku?" tanya Mujin tidak suka.
"Bukan begitu. Sangat tidak nyaman jika nanti kita gosipkan dan aku tidak suka. Bisa-bisa nanti aku dijambak sampai botak karena pacaran denganmu" celutuk Jiwoo.
"Siapa yang berani melakukan itu padamu, aku bersumpah akan membuat mereka tidak bisa bekerja dimanapun selamanya. Aku tidak peduli wanita ataupun pria" Mujin mengatakan dengan nada dingin nan menakutkan.
Jiwoo malah tertawa, membuat Mujin mengerutkan dahinya.
"Kenapa tertawa?"
"Kau sangat lucu" Jiwoo merasa ancaman Mujin seperti lelucon yang ia tonton di drama-drama.
"Aku serius, sayang.." Mujin tiba-tiba mengubah posisi menjadi diatas Jiwoo dan Jiwoo di bawahnya. Tanpa aba-aba Mujin langsung mencium lembut bibir Jiwoo, melesatkan lidahnya masuk kedalam rongga mulut Jiwoo untuk mengajak lidahnya beradu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lie to Me
FanficChoi Mujin dan Yoon Jiwoo sama-sama merasakan cinta pertama yang tidak terlupakan, tetapi Choi Mujin terpaksa meninggalkan dan menghilang dari Jiwoo untuk meneruskan perusahaan ayahnya hingga menyisakan luka yang mendalam untuk Jiwoo. Mujin yang tid...