Chapter 11 : Look At Me

306 324 49
                                        


Jiwoo berjalan dengan menenteng sebuah plastik berisi bir dan cemilan. Sudah satu bulan sejak mengundurkan diri dari perusahaan Mujin, Jiwoo memutuskan untuk menjadi penulis novel online walau hanya hobi, ia mencoba menulis cerita romantis sambil bekerja paruh waktu di cafe temannya. Untuk sementara hanya itulah kegiatannya, entahlah rasanya ia hanya ingin menghabiskan waktu dengan keinginannya sejak dulu.

Mujin sedari tadi didalam mobilnya memutuskan untuk menemui Jiwoo. Ia turun dari mobil hitamnya dan berjalan di belakang Jiwoo.

"Jiwoo-ya.." panggil Mujin dengan suara beratnya.

Jiwoo terkejut, ia sangat hafal suara berat pria itu. Jiwoo berbalik dan menatap Mujin yang terlihat sangat kacau. Wajahnya terlihat sangat lelah bercampur sedih dan pucat.

Mujin terus melangkah mendekati Jiwoo, tubuhnya seketika ambruk di pelukan Jiwoo. Dengan sigap Jiwoo menahan tubuh besar nan berat Mujin walau ia kesulitan menopang.

Jiwoo merebahkan Mujin di ranjangnya. Ia memeriksa suhu tubuh pria itu, seketika matanya terbelalak karena merasakan tubuh Mujin yang sangat panas, ini sudah diluar batas demam dengan keringat dingin menghiasi pelipisnya. Jiwoo sangat panik, ia ingin menghubungi dokter namun tiba-tiba Mujin mencekal tangan Jiwoo dan menariknya tidur di sampingnya.

"Aku tidak perlu dokter dan obat, aku hanya butuh dirimu" suara Mujin sangat serak menahan sakit di tubuhnya, ia mendekap Jiwoo sangat erat dalam pelukannya.

Jiwoo hanya terdiam membiarkan Mujin memeluknya hingga beberapa saat Jiwoo merasakan hembusan nafas normal pria itu yang sudah tertidur barulah Jiwoo membenamkan wajahnya di dada Mujin sambil memeluk pinggangnya erat.

Kedua tertidur hingga pagi dengan posisi yang sangat nyaman, Jiwoo terbangun merasakan nafas Mujin yang menerpa pori-pori wajahnya yang sangat dekat. Jiwoo kembali mengecek suhu tubuh Mujin dan lega karena demamnya sudah turun. Lihatlah betapa hebatnya kekuatan cinta Jiwoo yang mampu menyembuhkan Mujin.

Mujin mengerjapkan matanya, merasakan jemari lembut Jiwoo mengelus pipinya. Ya, seperti inilah keinginannya merasakan kasih sayang dari wanita yang ia cintai. Pipi Jiwoo merona saat mata coklat Mujin menatapnya lembut.

"Aku akan membuatkan bubur untukmu" Jiwoo berusaha menghindari Mujin.

Mujin mempererat pelukannya, "Stay with me"

Jiwoo merasakan jantungnya berdebar kencang, apakah ia tidak merasakan sakit lagi? Bahkan Jiwoo merasa tenang dalam dekapan hangat Mujin.

"Jiwoo-yaa, please look at me.." Mujin mengusap dagu Jiwoo untuk mendongak melihatnya.

Jiwoo menurut, ia menatap wajah tampan Mujin yang sangat dekat itu. Bagaimana bisa pria setampan dan sekuat ini bisa sangat mencintainya. Jiwoo yakin ratusan perempuan-perempuan diluar sana pasti banyak yang rela mengantri menjadi wanitanya.

"Aku hanya mencintaimu.." ujar Mujin membuat Jiwoo tersadar dari lamunannya.

Jiwoo tersenyum malu seolah Mujin bisa membaca isi pikirannya saja.

"Kau sangat cantik jika tersenyum"

"Maksudmu, aku selama ini jelek?"

"Tentu saja tidak, kau selalu cantik di mataku bahkan saat kau tidur dengan liur yang menetes dari sudut bibirmu" ungkit Mujin teringat masa sekolah dulu.

Jiwoo memukul bahu Mujin hingga pria itu tertawa. Sejenak Jiwoo terpesona dengan tawa Mujin yang tampan.

"Bolehkah seharian ini kita seperti ini saja?" Mujin mengecup kening lalu bibir Jiwoo.

"Aku banyak kerjaan" jawab Jiwoo.

"Kau sudah menemukan pekerjaan lain? Kembalilah ke perusahaanku..hm?"

"Aku tidak mau"

"Pekerjaanmu sangat mudah, kau hanya perlu duduk seharian di kantorku agar aku bisa melihatmu terus"

Jiwoo mendengus kesal, "Pekerjaan membosankan"

Lagi-lagi Mujin tertawa. Cara Jiwoo menjawab sungguh menggemaskan. Jiwoo tersenyum sejenak ia melupakan rasa sakit yang selalu menusuk hatinya jika melihat Mujin. Haruskah ia membiarkan Mujin masuk kembali ke dalam hidupnya? Ia akan memikirkannya nanti.

"Jangan terlalu banyak berpikir. Kau hanya perlu memikirkan untuk memberikanku kesempatan membenahi hubungan kita"

Jiwoo menatap Mujin dengan bingung. Pria ini sedari tadi membaca pikirannya. Apa dia sudah berubah menjadi cenayang?

"Uhh.. aku sangat sangat sangat merindukanmu.." Mujin dengan manja membenamkan wajahnya di ceruk leher Jiwoo.

"Tunggu dulu. Apa kau baru saja berbicara dengan suara manja?" tanya Jiwoo tidak percaya.

"Wae? Aku memang seperti ini.." suara Mujin tenggelam di kulit leher Jiwoo.

Mujin menarik kepalanya untuk menatap Jiwoo. Ia tersenyum senang lalu memajukan wajahnya, menempelkan bibirnya di bibir merah Jiwoo. Mujin merapatkan tubuh Jiwoo padanya hingga kecupannya cukup dalam.
Jiwoo yang awalnya tidak membalas akhirnya ikut menggerakkan mulutnya membalas ciuman panas Mujin.

Lumatan Mujin semakin menuntut, seolah tidak ingin melepaskan bibir Jiwoo yang candu bagai kokain. Perlahan tapi pasti Mujin memindahkan Jiwoo duduk diatas perutnya.
Mujin mengubah posisinya menjadi duduk, Jiwoo menunduk membiar Mujin kembali melumat lembut bibirnya dengan lidah yang mengabsen tiap isi dalam mulut, saling bertukar saliva. Mujin menghisap bibir Jiwoo, suara cecapan ciuman memenuhi kamar Jiwoo.

"Ahh..." desahan Jiwoo lolos saat Mujin menggigit kecil bibir bawahnya.

Mujin semakin bersemangat mendengar desahan Jiwoo yang berarti Jiwoo menikmati cumbuannya. Mujin melepaskan ciumannya, bibirnya mengecup basah leher hingga bahu mulus Jiwoo. Mujin menghisap dan menggigit leher Jiwoo hingga membuat mendesah tertahan. Mujin semakin merapatkan tubuh Jiwoo padanya hingga Jiwoo merasakan sesuatu dibalik celana Mujin.

"Kau membangunkannya sayang, kukira aku impoten" ujar Mujin terkekeh.

"Impoten?" Jiwoo menatap Mujin tidak percaya.

"Aku tidak pernah bercinta dan bergairah dengan wanita manapun kecuali dirimu" jujur Mujin.

Jiwoo terkekeh, "Tidak mungkin pria gagah sepertimu masih perjaka. Kau juga tidak muda lagi."

"Aku bisa membuktikannya padamu, kau tau, aku tidak pernah berbohong padamu" jelas Mujin.

"Aku belum siap.." cicit Jiwoo.

"Aku akan menunggumu.."

Penuturan Mujin membuat Jiwoo tersenyum lebar. Dengan segala gejolak di dadanya ia menunduk mencium bibir bengkak Mujin, tentu saja Mujin dengan senang hati membalasnya dan memperdalam ciumannya melumat bibir seksi Mujin. Sejenak Jiwoo melupakan segala rasa sakit yang selama ini ia rasakan, ia ingin mencoba sedikit membuka hatinya untuk Mujin.


Maap kalo ada typo ya 🤭🤭
Maap juga kalo author lama up 🥹 hampir 2 minggu ini author drop dan sakit 😩😩 syukurlah ini sudah tahap penyembuhan 😭

Gomawo untuk yang masih setia nungguin cerita ini 🥰🤗
Don't forget vote ya! ❤️

Lie to MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang