Mendengar suara pria memanggil nama Jiwoo membuat Mujin langsung menoleh ke arah suara di belakangnya. Dengan sigap Mujin langsung menghadang pria itu dengan posisi Jiwoo di belakang punggunya, Mujin menatap tajam pada Jungwoo.
"Apa urusanmu?" tanya Mujin dingin.
"Tidak ada urusannya denganmu" balas Jungwoo tak kalah dingin.
Keduanya bertatapan tajam layaknya musuh yang siap saling menyerang.
"Mujin-a.. hentikan.." Jiwoo menarik pelan ujung jas Mujin.
Mujin yang kembali sadar ada Jiwoo disana. Tatapan Mujin pada Jiwoo langsung melembut, ia dan tersenyum mengangguk.
"Baiklah, ayo masuk.." Mujin menggandeng tangan Jiwoo.
"Sajangnim.. aku nanti akan ke ruanganmu.." kata Jiwoo yang berjalan sambil kepalanya menoleh ke belakang pada Jungwoo.
Jungwoo hanya mengangguk dan tersenyum tipis, ia mengepalkan tangannya menahan amarah.
"Ya! Kan sudah ku bilang jangan menampakkan hubungan kita dikantor" Jiwoo melepas tangan Mujin dengan kesal saat mereka berdua masuk ke dalam lift khusus.
"Brengsek itu pasti sudah tau hubungan kita, dia tidak akan membocorkannya. Tenanglah, sayang" Mujin berusaha membujuk Jiwoo yang terlihat menggemaskan saat merajuk padanya.
"Jangan menyebut Jungwoo oppa brengsek. Dia sudah kuanggap seperti kakak dan teman bagiku, dia pria yang baik dan berhati hangat"
Mujin mulai merasakan hawa panas dalam tubuhnya saat Jiwoo dengan lancar memuji pria lain. Cemburu? Ya, benar Mujin sangat cemburu buta sekarang.
Jiwoo menelan ludahnya saatnya ia menatap mata Mujin yang merasakan api cemburu disana. Jiwoo terkekeh lalu menggigit bibirnya.
"Maaf, aku keceplosan.." Jiwoo menutup wajahnya dengan kedua tangannya karena Mujin terus menatapnya intens.
Mujin menghela nafas panjang dan menarik tangan Jiwoo dan mengecup keningnya penuh kasih, ia berusaha menetralkan rasa cemburu yang bergerumuh di dalam hatinya.
"Jangan pernah memuji pria lain lagi" ucap Mujin dengan memanyunkan bibirnya.
"Kau sangat lucu" Jiwoo mengecup sekilas pipi Mujin.
Mujin memegang kedua pinggang Jiwoo lalu menghimpit Jiwoo di sudut lift dan mendekatkan wajahnya mencium bibir manis kesukaannya.
Jiwoo membalas sebentar lalu mendorong dada Mujin, "Sudah cukup, nanti ketahuan" omel Jiwoo.
Mujin mengusap wajahnya, "Baiklah, datang ke ruangan jika aku mengirim pesan, okay?"
"Untuk apa?" bisik Jiwoo yang kini menjaga jarak dengan Mujin layaknya atasan dan bawahan pada umumnya.
"Agar aku bisa.. hm.." Mujin buru-buru mencuri kecupan di bibir Jiwoo dan keluar dari lift setelah pura-pura berdeham, ia tersenyum dalam hati.
Jiwoo hanya bisa terkejut sekaligus terdiam. Mujin benar-benar pria mesum sekarang pikirnya, bisa-bisanya menciumnya di saat seperti ini, untung saja tidak ada yang melihat.
...
Tok tok
Tanpa menunggu jawaban dari orang di dalam ruangan, Jiwoo berjalan masuk dengan menghela nafas panjang. Jiwoo sempat terpana saat melihat Mujin yang duduk di kursi kebesarannya sedang berteleponan dengan rokok terselip di bibir seksinya dan kemeja putih dengan lengannya yang digulung sampai siku memperlihatkan urat-urat seksinya.
Mujin tersenyum lebar sambil mengedipkan matanya dan mengkode Jiwoo agar datang mendekat padanya. Terpikirkan ingin menjahili Mujin karena sudah tiga kali Jiwoo bolak balik ke ruangan Mujin dengan alasan pria itu merindukannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lie to Me
FanfictionChoi Mujin dan Yoon Jiwoo sama-sama merasakan cinta pertama yang tidak terlupakan, tetapi Choi Mujin terpaksa meninggalkan dan menghilang dari Jiwoo untuk meneruskan perusahaan ayahnya hingga menyisakan luka yang mendalam untuk Jiwoo. Mujin yang tid...